Rabu, 25 Agustus 2010

Promo Berkah Ramadhan dari Indismart

Segera bergabung di www.indi-smart.com





Kabar gembira, sebagai bentuk penghargaan kami kepada masyarakat Indonesia atas antusiasmenya bergabung dengan Indismart, kami menggelar promo Berkah Ramadhan. Dalam promo ini, setiap 5 orang pendaftar bersamaan/kolektif, pendaftar akan mendapatkan 10 akun Indismart.  Dengan mengikuti paket ini, Anda telah berhemat 50%. Promo ini berlaku hingga Kamis, 2 September 2010.


Terdapat dua cara untuk memanfaatkan promo ini: pertama, melalui cara transfer, dan kedua melalui pembelian voucher. Dengan promo ini, Anda hanya mengeluarkan Rp 330.000.- dari yang seharusnya Rp 660.000.- untuk mendapatkan 10 akun Indismart selama setahun penuh. Untuk pemesanan dan informasi, silakan hubungi 022 71294696. Promo ini terbatas bagi 50 pendaftar pertama paket Berkah Ramadlan.


Segeralah bergabung! Ramadhan lebih seru dengan Indismart! Ngabuburit jadi lebih bermanfaat! Indismart, hadiah terbaik untuk pelajar… www.indi-smart.com

Sabtu, 21 Agustus 2010

Mengajak Anak Berpikir Saat Membaca

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.


by em





diambil dari www.orgsites.com

Beberapa teman mengaku kebingungan saat membacakan buku untuk anaknya. Selain tidak biasa, mereka juga menanyakan bagaimana cara membacakan buku yang benar untuk anak-anak. Seperti mendongeng, membacakan buku pun tidak mempunyai teori yang pasti. Teori tentang membacakan buku untuk anak lebih berkaitan dengan efek kegiatan membaca itu sendiri. Membacakan buku merupakan keterampilan teknis yang apabila sering kita lakukan, maka semakin pandailah kita. Kalaupun ada artikel berisi tips-tips membacakan buku untuk anak, penerapannya bergantung pada berbagai hal yang berhubungan dengan situasi dan kondisi, seperti usia dan karakter anak, jenis buku, dan lain sebagainya.

Teknik membacakan buku untuk anak dikenal dengan sebutan Read Aloud. Teknik ini meminta orang dewasa untuk membacakan buku dengan bersuara pada anak-anak. Read Aloud percaya bahwa awalnya anak-anak mencerap kata-kata melalui pendengaran. Dalam Read Aloud, anak-anak dikenalkan pada bahasa tulisan (yang dilisankan) sebelum akhirnya mereka bisa membaca tulisan itu sendiri. Buku menjadi prasyarat utama ketika hendak melakukan Read Aloud. Oleh karena itu, semakin sering kita melakukan Read Aloud semakin besarlah minat anak untuk membaca buku.

Beberapa penelitian mengungkapkan, Read Aloud dapat mengembangkan kemampuan anak  dalam berbahasa. Read Aloud dianggap sebagai cara paling baik untuk mempersiapkan anak belajar membaca dan menjaga minatnya dalam membaca. Dengan Read Aloud kita juga mengajak anak mengenal elemen-elemen cerita seperti karakter, plot, dan melakukan prediksi. Selain itu, membacakan buku kepada anak juga dapat mempererat ikatan emosional antara orang tua dan anaknya. Ketika kita membacakan buku kepada anak, pada dasarnya kita juga sedang berbagi petualangan bersama mereka.

Melakukan Read Aloud bukan hal yang mahal dan susah. Modalnya  cukup rasa cinta kita untuk berbagi kesenangan membaca kepada anak. Namun, memang seringkali orang dewasa tidak percaya diri dalam melakukannya. Kalau Anda pernah menonton film Despicable Me, Anda pasti ingat dengan adegan di mana Gru, tokoh utama yang jahat, terpaksa membacakan buku kepada 3 anak yang diadopsinya. Cara Gru membacakan tidak menarik sekali, namun anak-anak tetap antusias dengan isi buku itu. Dari sini kita harus bisa yakin bahwa anak-anak di manapun sebenarnya senang mendengarkan cerita.

Lalu bagaimana cara membacakan buku kepada anak? Pakailah gaya Anda. Tidak harus memiliki bakat khusus pendongeng seperti mengubah suara atau membuat bermacam mimik. Kalau memang Anda memilikinya, itu akan menjadi nilai tambah. Selama suara dan intonasi yang Anda lakukan jelas, anak-anak akan dengan senang hati mendengarkannya. Pilih buku yang sesuai dengan usia anak, lihat apakah kata-kata dalam buku itu bisa dipahami anak seusianya.

Karena tujuan Read Aloud adalah mengenalkan bahasa teks pada anak, sepanjang Read Aloud sebaiknya kita juga menunjuk kata-kata yang sedang kita bacakan kepada anak. Dengan begitu anak-anak paham bahwa setiap kata yang kita bacakan memiliki simbol yang merepresentasikannya. Inilah yang akhirnya mendorong anak untuk ingin segera bisa membaca dan mempelajari huruf-huruf di buku tersebut.

Usai membacakan buku adalah waktu yang tepat untuk mendiskusikan isi buku bersama anak. Sebelum membaca sebaiknya kita membaca dulu isi buku tersebut sehingga kita dapat memilih apa yang akan kita diskusikan.

Nah, kalau Anda sudah melakukan Read Aloud, jangan lupa juga melakukan Think Aloud. Apakah gerangan itu? Ketika kita membaca sesungguhnya kita juga melakukan kegiatan berpikir. Kita mengaitkan, mempertanyakan, memprediksi, membayangkan, menilai, dan menyimpulkan apa yang sedang kita baca. Dengan begitu kita memahami dan memberi makna pada bacaan.

Think Aloud adalah teknik memverbalkan atau melisankan pikiran yang melintas ketika kita sedang membaca. Teknik ini penting untuk memberi contoh kepada anak-anak bagaimana cara berpikir sepanjang membaca buku sehingga mereka dapat melakukannya saat mereka membaca secara independen. Seperti Read Aloud, kita juga menggunakan suara saat membacakan buku. Namun, di sela-sela pembacaan kita memberi komentar kepada isi buku yang sedang dibaca. Tidak perlu meminta respon dari anak-anak ketika Anda melakukan Think Aloud. Anak-anak hanya perlu melihat bagaimana kita berpikir saat membaca dengan memperhatikan komentar-komentar kita dan memberi kesimpulan di akhir bacaan.

Seperti halnya Read Aloud, Think Aloud pun tidak sulit untuk dilakukan karena kita sudah punya modal dalam diri kita, yaitu berpikir. Pertama, bacalah terlebih dahulu buku yang hendak dibacakan. Perkirakan bagian mana saja yang akan dikomentari. Beri tanda dengan menempelkan post it pada bagian cerita yang hendak Anda komentari. Setelah membaca, lihat kembali apakah post it telah menempel pada bagian yang benar-benar Anda akan komentari dan apakah komentar yang akan diberikan cukup memberi kemampuan berpikir yang tepat pada anak. Berikut beberapa strategi berpikir yang dapat gunakan untuk melakukan Think Aloud:
Kaitkan isi bacaan dengan kehidupan nyata. Misal, apabila ada adegan gempa bumi dalam sebuah cerita, kita bisa berkomentar, “Aku juga pernah mengalami gempa bumi, rasanya bumi bergetar dan membuatku pusing.” Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain, “Aku jadi ingat dengan…,” “Ingat tidak, kita kan pernah mengalami hal yang sama saat…”, atau “Di Indonesia tidak ada musim salju, tapi kita punya…”
Menebak atau memprediksi isi bacaan selanjutnya. Misal, ketika bacaan menjelaskan tentang sebuah negeri,  kita berkomentar, “Aku jadi ingin tahu siapa saja yang hidup di negeri ajaib ini.” Beberapa kalimat yang dapat digunakan antara lain, “Aku rasa aku tahu apa yang akan terjadi kemudian, sepertinya…,” “Dia akan mengalami masalah apabila…,” atau “Aku rasa dia akan belajar tentang…”
Membayangkan atau menggambarkan isi bacaan. Misalnya dengan berkomentar, “Duh, aku bisa membayangkan bagaimana malunya sang raja berjalan tanpa pakaian.” Beberapa kalimat yang bisa digunakan antara lain, “Walaupun tidak ada dalam gambar, aku bisa tahu bahwa…,” “Aku bisa merasakan bagaimana…,” “Ini membuatku takut ketika…,” atau “Sebentar, aku rasa aku bisa mencium…”
Memberi kesimpulan pada bacaan. Misalnya dengan berkomentar “Aku rasa seharusnya dia merasa bersalah karena mencuri kue itu dari kawannya”. Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain: “sejauh ini aku belajar tentang…”, “Aku tidak tahu alasannya, tapi aku kira….”, atau “Sejauh ini, bagian paling menari adalah …”.
Mempertanyakan isi bacaan. Misalnya dengan berkomentar, “Aku jadi ingin tahu mengapa mereka berkelahi.” Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain, “Aku jadi ingin tahu apa maksudnya…,” “Sangat tidak masuk akal saat…,” atau “Coba aku baca lagi, rasanya aneh sekali bahwa…”
Memberi penilaian terhadap isi bacaan, Misalnya dengan berkomentar, “Aku sangat suka bagaimana penulis menggambarkan kuenya. Lucu sekali.” Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain, “Bagian paling menarik dari cerita ini adalah…,” “Yang tidak aku suka dari buku ini adalah…,” “Sangat menyenangkan mengetahui bahwa…” atau “Seandainya aku…” .

Strategi-strategi di atas merupakan contoh, Anda bisa mengembangkannya sesuai dengan cara berpikir Anda sendiri. Yang pasti, anak akan belajar dari apa yang kita lakukan pada mereka. Satu kutipan dari Center for the Improvement of Early Reading Achievement (CIERA) mudah-mudahan bisa mengingatkan, “one of the ways in which students become fluent readers is by listening to good models of fluent reading“. Kalau kita ingin anak kita memiliki kemampuan membaca yang baik, kita pun harus menunjukkan diri sebagai pembaca yang baik.

sumber: http://omemdisini.com/mengajak-anak-berpikir-saat-membaca/

Selasa, 10 Agustus 2010

Ciri-Ciri Guru Profesional

Segera bergabung di www.indi-smart.com


foto Ibu Muslimah, Laskar pelangi, Belitung


Guru dikatakan  Profesional  jika :

1. Fleksibel

Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.

2. Optimis

Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan yakin akan perubahan anak didik ke arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang fun akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut.



3. Respek

Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekadar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.

4. Cekatan

Anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif, dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu di imbangi oleh Anda sebagai pengajarnya sehingga Anda mampu bertindak sesuai kondisi yang ada.



5. Humoris

Menjadi guru killer? Anak-anak malah takut kepada Anda dan tidak mau belajar. Meskipun setiap orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat membantu mengaktifkan kinerja otak kanan mereka.

6. Inspiratif

Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan peserta didik mengikutnya, guru harus dapat menemukan banyak ide dari hal-hal baru dan lebih memahami informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya.



7. Lembut

Dimanapun, guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasing sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul.

8. Disiplin

Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup bebagai hal lain. Sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisplinan tanpa harus sering mengatakan tentang pentingnya disiplin. Contoh, disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar dan sebagainya. Dengan demikian, akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup disiplin.



9. Responsif

Ciri guru yang profesional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi, dll.

10. Empatik

Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses  peneriamaan, serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda.  Oleh karena itu, seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga bisa lebih memahami kebutuhan-kebutuhan belajar mereka.

11. Nge-friend

Jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik hanya karena posisi Anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekadar hubungan guru-murid. Sehingga, anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungannya.


Tentang Penulis
Moch. Mughir adalah nama yang diberikan oleh pasangan Muslimin T dan S. Khuma’iyah. Saya lahir 35 tahun yang lalu tepatnya 8 Pebruari 1975 di sebuah dusun kecil Kedung Peluk, Candi, Sidoarjo. Sejak kecil saya sudah membantu ortu untuk mengajar mengaji di Masjid Da’wah. Sebuah masjid kecil yang jama’ahnyapun sedikit, tetapi kegiatannya luarbiasa banyaknya. Hampir tiap hari selesai shalat Maghrib tidak pernah sepi dari pengajian , baik anak-anak maupun orang dewasa. Dari Kebiasaan itulah akhirnya ditahun 1997 saya mulai mengajar di Madarasah Dininyah Penatarsewu Tanggulangin sampai 2004, yang sekarang menjadi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 Tanggulangin. Saya belajar S1 di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam dan lulus tahun 1999. Di tahun 1999 saya juga mulai mengajar di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo dan Nopember 2000 diangkat menjadi Guru Tetap Yayasan samapai sekarang (2010). Pengalaman di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, 

Senin, 09 Agustus 2010

11 Aturan Dasar Membesarkan Anak oleh Nanny Stella

Segera bergabung di www.indi-smart.com





Ditulis oleh: Hendro Ismoyo Jati


KOMPAS.com รข€“ Penonton setia acara Nanny 911 pasti tak asing dengan nama Nanny Stella. Acara ini memiliki banyak penonton karena para nanny yang terlibat harus membantu keluarga tersebut mencapai kerja sama dan mengubah kekacauan menjadi ketenangan hanya dalam waktu 7 hari.

Beberapa waktu lalu, Nanny Stella mengunjungi Jakarta untuk berbagi 11 aturan dasar (11 Commandments) dalam membesarkan anak. Aturan-aturan ini ia buat bersama salah seorang sahabatnya, Nanny Deb, yang juga ikut dalam acara tersebut. Pengalamannya selama kurang lebih 15 tahun dalam mengasuh anak, ditambah pendidikannya selama 2 tahun di National Nursery Education Board membuatnya percaya diri untuk menerbitkan 11 aturan dasar ini. Menurutnya, aturan dasar ini lintas usia, lintas negara, tidak situasional, tidak emosional, absolut, dan dibuat untuk menghindari tindakan-tindakan buruk yang bisa saja terjadi di masa mendatang.

Berikut adalah 11 aturan tersebut, yang disampaikan Nanny Stella dalam seminarnya di JITEC, Mangga Dua Square, Jakarta, Sabtu (7/12/09) lalu.

1. Bersikap konsisten
Tidak artinya tidak. Ya, artinya ya. Jika Anda ingin memberlakukan ‘timeout’ kepada anak Anda, lakukanlah. Jangan berhenti atau membatalkan hal tersebut hanya karena ada gangguan.

2. Setiap tindakan punya konsekuensi
Tingkah laku yang baik mendapat imbalan. Tingkah laku buruk mendapat hukuman. Berikan penjelasan jika memang ada imbalan untuk sesuatu yang baik yang ia lakukan, atau hukuman jika ia melakukan kesalahan. Misal, Anda sekeluarga akan berlibur ke tempat liburan yang menyenangkan jika anak bisa meraih angka bagus di rapor. Atau, jika malas belajar, ia akan tinggal kelas.

3. Katakan seperti apa yang Anda inginkan
Berpikirlah sebelum bicara, atau rasakan akibatnya. Jika si anak pernah melanggar perintah Anda, maka hukumannya pun harus jelas, dan Anda harus melakukan hukuman tersebut. Jika Anda melanggar sistem ganjaran Anda sendiri, maka si anak akan terbiasa mengabaikan hukuman yang Anda tetapkan untuk hal-hal lain. Bersiaplah, karena hal ini akan berujung pada pembangkangan.



4. Orangtua bekerja sama sebagai satu tim
Kalau Anda dan pasangan tidak saling setuju dalam satu hal, anak Anda tidak akan tahu siapa yang harus ia dengarkan. Hasilnya, ia tak akan mendengarkan siapa pun. Ini tak hanya berlaku untuk Anda dan pasangan saja, tetapi juga untuk semua orang yang berada di tempat Anda membesarkan si anak. Entah itu pengasuh, ibu-ayah, kakek-nenek, paman-bibi, semua yang terlibat dengan si anak. Jangan sampai ada yang memiliki kata-kata yang saling bertolak belakang, karena anak bisa bingung dan malah berakibat buruk baginya.

5. Jangan berjanji jika tak bisa ditepati
Kalau Anda menjanjikan sesuatu kepada si anak, pastikan janji tersebut terpenuhi. Jika Anda tak pasti bisa memberikan janji tersebut kepada anak, lebih baik jangan dikatakan. Karena ingkar janji bisa jadi hal yang sangat menyakitkan untuk anak.

6. Dengarkan anak-anak Anda
Akui perasaan mereka. Katakan, ‘Ibu mengerti’, tapi ucapkan dengan sungguh-sungguh, lalu luangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan Anda. Karena mereka butuh orang yang bisa dan mau mendengarkan keluh-kesah mereka. Jika mereka bersandar kepada orang yang salah, hasilnya bisa menjadi hal yang tak benar untuknya. Cobalah untuk menjadi sahabat mereka dan dengarkan apa yang mereka rasakan. Rasakan nikmatnya menjadi orang terdekat yang mengerti mereka.



7. Tentukan rutinitas
Rutinitas membuat anak Anda merasa aman dan memberi struktur terhadap waktu yang mereka miliki. Namun tak selalu berarti harus mengikuti jadwal sesuai jam. “Rutinitas itu penting, agar anak-anak jadi tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Tak perlu berdasarkan jam, berdasarkan rutinitas juga bisa. Dengan demikian mereka belajar keteraturan. Misalnya, usai bermain di sore hari, mereka mandi, makan malam, sikat gigi, cuci kaki, lalu tidur,” ujar Nanny Stella.

8. Rasa hormat berlaku dua arah
Kalau Anda tidak menghormati anak Anda, mereka tidak akan menghormati Anda. Hukumnya “perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan”. Menghormati mereka dengan memberikan apa yang menjadi hak mereka tanpa menunda, juga mendengarkan apa yang mereka ingin katakan.

9.Penguatan positif lebih baik dari penguatan negatif
Sanjungan, pujian, dan kebanggaan jauh lebih bermanfaat daripada bersikap nyinyir, negatif, dan mengacuhkan. Lebih baik mengucapkan penguatan positif kepadanya untuk menyampaikan maksud Anda, bukan menunjuk ke suatu kata sifat yang melabeli. Misalnya, “Mama senang sekali melihat usaha kamu meningkatkan nilai Matematika kamu” lebih baik ketimbang, “Kamu pintar. Nilai Matematika kamu sudah naik 1 angka di rapor”. Ketika Anda melabeli suatu titik, ia akan berhenti di sana dan tidak berusaha untuk berkembang.



10. Tingkah laku adalah hal yang universal
Tingkah laku yang baik diterima oleh siapa pun. Contohkan padanya untuk mengucapkan “terima kasih, tolong, atau maaf” kepada orang-orang yang bersinggungan. Di mana pun, sopan-santun selalu diperlukan. Ajarkan tata krama kepadanya lewat tindakan Anda. Anak seperti kaset kosong yang merekam apa pun yang mereka lihat dari orang-orang, atau apa yang ia saksikan. Maka, berikan contoh terbaik kepadanya.

11. Definisikan peran Anda sebagai orangtua
Bukan tugas Anda untuk membuat anak menempel pada Anda. Tugas Anda adalah mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia luar, dan membiarkannya menjadi diri sendiri. Jangan selalu menempel dan membantunya mengerjakan segala hal. Sesekali ia pun harus belajar menghadapi rasa sakit hati, rasa gagal, juga rasa tak mampu. Ini penting agar ia bisa mencari jalan untuk mengatasi keterbatasannya.

Ditulis oleh: Hendro Ismoyo Jati
SEKOLAH HIGH SCOPE INDONESIA

Tips Menemani Anak Belajar

Segera bergabung di www.indi-smart.com





Mungkin anda benar-benar sangat sibuk. Tapi cobalah luangkan waktu dengan anak atau orang yang anda kasihi. Temanilah mereka belajar. Menemani belajar kan tidak harus memahami benar pelajaran si anak (meskipun kalau anda bisa mengikuti pelajarannya, akan sangat bagus…). Bagaimana mungkin, menemani anak belajar tapi tidak memahami pelajarannya?.

Cara anda menemani belajar sebetulnya cukup simpel kok, seharusnya semua orangtua bisa melakukannya. Anda cuma perlu banyak bertanya tentang pelajaran si anak. Artinya di sini posisi anda memang bukan mengajarkan, tapi justru ada di posisi “murid” yang ingin mengetahui ilmu baru. Seharusnya ini mudah, kan?. Mungkin tidak semua orang bisa menjawab, tapi semua orang kan bisa bertanya. Waktu kita kecil kita banyak bertanya. Anda cuma perlu mengulangi kegiatan-kegiatan itu sesekali.

Apa sih manfaatnya bertanya?, dan bertanya yang seperti apa?, mungkin itu yang pertama terlintas di pikiran kita. Padahal untuk bertanya, anda tidak harus pusing-pusing kok. Tanya saja pertanyaan-pertanyaan dasar terkait materi yang sedang anak anda pelajari. Sederhana saja, enggak perlu “terlalu intelek” lah…

Manfaat dari kegiatan bertanya tentu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak anda tentang yang ia baca/pelajari. Anda percaya tidak, bahwa tidak semua orang yang membaca itu sebenarnya paham yang ia baca (bahkan kalau orang itu terlihat sangat serius). Mungkin saja sih, anak anda paham, tapi belum tentu ia bisa menceritakan kembali tentang apa yang ia baca/pelajari. Kenapa begitu? Karena tidak semua dari kita diajari cara-cara untuk menyimpan suatu informasi. Jarang dari kita yang dilatih untuk bisa mengoptimalkan kemampuan dalam mengingat informasi. Padahal ini penting. Orang yang daya ingatnya terlatih dengan baik, tentu akan dapat menceritakan sesuatu yang ia pernah baca.pelajari.

Jadi mulai deh, anda amati anak anda. Kalau sekarang ia sedang belajar sejarah, misalnya. Tanya saja pertanyaan-pertanyaan dasar. Tentang sejarah apa?. Siapa tokoh-tokoh dalam sejarah itu?, kapan sih itu terjadi?. Apa yang paling menarik (anak anda sukai) dari sejarah itu?. Di mana sih peristiwa sejarah itu terjadi?. Apa penyebabnya sehingga sejarah itu bisa terjadi?.-

Kalau anda benar-benar malas, dan tidak punya waktu untuk meneliti apakah jawaban anak anda benar atau tidak-anda juga tidak perlu melakukannya, kok. Cukup anda perhatikan saja. Biasanya anak-anak itu jujur. Kalau mereka tidak tahu, mereka akan membuka kembali buku mereka. Jarang sekali mereka sampai berbohong dengan jawabannya mereka. Nah kegiatan anda untuk sering bertanya itu-nantinya akan mendorong mereka untuk lebih berkonsentrasi tentang apa yang mereka baca/pelajari.


sumber: http://manemonik.com/2010/08/tips-menemani-anak-belajar/

Jumat, 06 Agustus 2010

Hidrosfer, satu dari ratusan konten Indismart.wmv



Segera bergabung di www.indi-smart.com

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)