Rabu, 11 Mei 2011

Telkomsel Siapkan 200 Komputer untuk Sekolah

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





– Mengawali tahun 2011 ini, PT Telkomsel tbk, melakukan program terkait Corporate Social Responbility (CSR) dalam bidang pendidikan, khususnya yang berbasis ICT. Operator tersebut menggelontorkan 200 perangkat untuk menunjang penetrasi internet pendidikan.

Perangkat tersebut akan disebar ke seluruh Indonesia, dari ujung Sumatera sampai dengan Papua. Total terdapat 40 yang akan dibantu oleh Telkomsel. Sebagai awalan, mereka menyerahkan bantuan tersebut kepada SMU 5 , Sulawesi Selatan.

“Kami ingin menfokuskan CSR ini dalam bidang pendidikan, yang merupakan sinergi dari perusahaan yang mendukung progam GO Green. Kami berharap, bantuan ini dapat membantu pendidikan khususnya di ,” terang Vice President Telkomsel Area Pamasuka (Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan), Agus Mulyadi, di SMA 5 , Jumat (18/2/2011).

Dalam acara tersebut, Telkomsel menyerahkan 1 CPU dan 5 monitor yang dipasang secara pararel sehingga mampu menghemat listrik hingga 90 persen. Tidak hanya itu tersebut akan mendapatkan 150 free login bagi user untuk mengakses telkomselsahabatpintarku.com. Secara bertahap free login ini akan bertambah sesuai dengan minat siswa.

Pemilihan SMA 5 sendiri, oleh Telkomsel didasaari oleh berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah, SMA ini merupakan satu dari sekian banyak unggulan di Sulsel. Seperti dikatakan Kepala SmA 5 Ruslan Abu, sekolahnya merupakan yang ditunjuk sebagai Model.

“Maksud dari Model itu adalah salah satunya mendorong pendidikan berbasis IT. Tidak lagi belajar secara konvensional,” katanya.

Untuk Indonesia bagian Timur sendiri, selain di program cSR ini juga akan diberikan kepada lain yang terdapat di dalam wilayah lain layanan area Pamsuka, yang terdiri dari SMKN 1 Manado, SMAN 3 Gorontalo, SAMN 4 Jayapura, SMAN2 Balikpapan, SMKN 1 Samarinda, SMAN 7 Pontianaka, dan SMAN 2 Banajarmasin. Periode pemberian akan dilakukan secara vbertahap mulai Januari hingga Februari mendatang. (srn)

Source: Okezone – Techno

Lima Puluh Persen Dana CSR Telkomsel untuk Pendidikan

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.


– PT tbk menyatakan bahwa selama tahun 2010 kemarin perusahaanya telah mengeluarkan program Corporate Social Responbility (CSR) sebanyak Rp26 Milliar. Sebagian besar dialokasikan bantuan .

“Tahun lalu kami mengeluarkan CSR sebesar Rp26 milliar, 50 persen lebih kami gunakan . memang dalam menjalan tugasnya, tidak melulu berpikir mencari keuntungan saja. Kami juga bertanggung jawab terhadap user kami melalu program CSR ini,” tukas GM CSR Tubagus Husniyullah, di SMAN 5 , Sulawesi Selatan, Jumat (18/2/2011).

Kendati dalam anggarannya sudah dialokasikan sesuai anggaran, tetap memberikan di luar itu jika terjadi peristiwa-peristiwa seperi bencana alam. Bahkan yang digelontorkan bisa lebih besar dari yang dianggarkan.


“Seperti bencana di Wasior dan Padang misalnya, kami berkomitmen terus menjaga pelayanan dan tanggung jawab sosial kami tetap berjalan baik,” ujar VP arean Pamasuka Agus Mulyadi.

Di Wasior, cerita Agus, merupakan satu-satunya operator yang menyentuh wilayah tersebut. Karena memang di daerah itu mempunyai 3 BTS yang sangat menunjang telekomunikasi.
“Bahkan ketika helikopter pertama yang mendarat di Wasior, ada 2 orang di sana. Ini menunjukkan komitmen kami dalam hal responsibilty,” ceritanya.

Sebelumnya, dalam bidang , khususnya yang berbasis ICT. Operator tersebut menggelontorkan 200 perangkat komputer menunjang penetrasi internet .

Perangkat komputer tersebut akan disebar ke sekolah seluruh , dari ujung Sumatera sampai dengan Papua. Total terdapat 40 sekolah yang akan dibantu oleh . Sebagai awalan, mereka menyerahkan bantuan tersebut kepada SMU 5 , Sulawesi Selatan. (srn)

Source: Okezone – Techno

Kabar Baik dari Telkom Speedy untuk Para Guru

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.






Bagi para guru, khususnya yang tergabung dalam komunitas Ikatan Guru Indonesia, PT Telkom memberikan penghargaan khusus berupa paket Komunitas IGI. Dengan program ini, para guru akan lebih mampu menjangkau koneksi internet kaya konten.Program ini telah dimulai sejak 28 Maret 2011.

Di samping itu, para partisipan program ini akan mendapatkan akses gratis Indismart untuk satu tahun penuh. Indismart adalah website yang di dalamnya terdapat ratusan konten pembelajaran interaktif untuk pelajar SD, SMP, dan SMA. Di dalamnya terdapat teori ringkas animasi, games edukatifm latihan soal, pembahasan dan penilaian. Dalam beberapa bulan ke depan, Indismart akan diperkaya dengan program Social Education Network yang memungkinkan anak, guru, dan orangtua menjalin komunikasi untuk kemajuan pendidikan anak.



Para guru yang berminat dapat mendaftar di seluruh Plasa telkom terdekat. Mereka juga dapat menghubungi 147 untuk informasi program ini. Untuk bertanya tentang Indismart, mereka dapat menghubungi 022 71294696. Para peminat program ini, hanya akan membayar Rp 99.000.- setiap bulannya. Sangat terjangkau bukan? Apalagi jika dibandingkan dengan jendela ilmu yang terbuka lebar melalui koneksi internet dan kegiatan belajar mengajar dengan Indismart.

Kenapa Bangsa Indonesia Dulu Sangat Unggul?

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Tahukah Anda?
Ini adalah perbedaan besar antara anak SMU jaman Sukarno Hatta dengan anak SMU sekarang.
1. Di masa penjajahan Belanda, seorang anak SMU (HBS, Hogere Burger School) menguasai 4 bahasa sekaligus, Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman.
2. Selama tiga tahun masa sekolahnya diwajibkan membaca minimal 25 buku sastra kelas dunia dari 4 bahasa itu.
3. Mereka diwajibkan membuat sekurang-kurangnya 100 tulisan, baik ilmiah maupun karya sastra.



Lihat buku-buku besar bacaan Sukarno-Hatta waktu masih di HBS di file "Rahasia Keunggulan Para Tokoh Besar". Menguasai bahasa asing, seperti Inggris, berarti menguasai bahasa ilmu pengetahuan dunia. Menguasai 4 bahasa, berarti mempunyai akses dan menyerap ilmu pengetahuan besar jauh lebih banyak.







Bagaimana anak Indonesia sekarang?
Menurut budayawan Taufik Ismail (Kompas, 4 Desember 2007), anak-anak sekarang paling hanya membuat 1 tulisan setahun. Jumlah bacaannya pun sudah begitu sedikit, dan mungkin mereka tidak pernah sekalipun pernah membaca buku dalam bahasa Inggris, apalagi bahasa lainnya. Dan harga buku sekarang juga sangat mahal, selain itu akses pada buku-buku pengetahuan yang bagus pun sangat terbatas. Dan jangankan menguasai 4 bahasa sekaligus, 1 bahasa Inggris saja sekarang sudah pas-pasan.


Tahukah Anda ?
Salahsatu kunci Kebangkitan Eropa, Renaissance, adalah penemuan Mesin Cetak Gutenberg. Akibat Mesin Cetak ini, buku menjadi jauh lebih murah dan mudah didapat di seluruh Eropa. Apa hasilnya? Ini menciptakan terjadinya Revolusi Besar terhadap akses Eropa kepada seluruh pengetahuan terunggul dunia. Seluruh Eropa dilanda demam membaca, dan proses belajar serta kecerdasan Eropa akhirnya melampaui bangsa-bangsa lainnya. Eropa menguasai dunia.


Jepang di jaman kebangkitannya, Restorasi Meiji, mengimpor habis-habisan teknologi Revolusi Industri dari Barat (Eropa dan Amerika). Tapi sebelum itu, mereka mengimpor habis-habisan beragam buku tentang peradaban Barat, sejarah, proses pembelajaran, sains, dan teknologinya. Dengan pengetahuan yang luas, penyerapan teknologi baru di Jepang jauh lebih mudah. Mereka bahkan punya badan khusus untuk mempelajari buku-buku Barat, "Bansho Shiraibesho", Institut Penelitian Buku Asing.


Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada umat manusia adalah ilmu, yang kemudian terangkum, dalam sebuah buku.


Bagaimana dengan orang-orang terbesar dalam sejarah dunia? Alexander the Great, Napoleon Bonaparte, Kennedy, Leonardo da Vinci, Einstein, Andrew Carnegie, Bill Gates, darimana sumber kekuatan dan pengetahuan unggul mereka?


Jadi apakah kebangkitan peradaban semata-mata adalah kebangkitan pengetahuan manusianya? Dan itu bisa mulai dilakukan dengan masalisasi pengetahuan unggul, lewat buku?

sumber: www.kaskus.com

Pendidikan Terjajah Bahasa Inggris

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Oleh: Asmadji As Muchtar

PENDIDIKAN kita ’’terjajah’’ Bahasa Inggris, demikian gerutu beberapa orang tua murid terkait dengan biaya sekolah anak-anaknya yang makin mahal. Dengan memasang label rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) ataupun sekolah bertaraf internasional (SBI) secara terang-terangan atau tersamar kini makin banyak sekolah yang mengharuskan muridnya untuk mampu berbahasa Inggris.

Mahalnya biaya sekolah hanya karena ingin muridnya mampu berbahasa Inggris adalah sesuatu hal yang sulit dimengerti oleh rakyat. Pasalnya, proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah relatif murah. Artinya, sekolah cukup hanya menyediakan buku untuk guru dan murid.

Jika guru Bahasa Inggris memang betul-betul mahir berbahasa Inggris dan mampu mengajarkannya dengan baik, sedangkan murid-muridnya serius belajar, pasti akan mampu berbahasa Inggris.

Dengan kata lain, proses belajar mengajar Bahasa Inggris tidak memerlukan infrastruktur yang mahal dan karenanya sangat aneh jika biaya sekolah menjadi sangat mahal. Dalam hal ini, laboratorium Bahasa Inggris, kalau memang dianggap penting, bukan termasuk infrastruktur yang mahal dan bisa dibangun dengan anggaran pendidikan yang disediakan negara.



Rakyat makin tahu bahwa mahalnya biaya sekolah terkait dengan urusan belajar mengajar Bahasa Inggris hanya gara-gara label negeri dan label internasional. Artinya, setelah pemerintah berhasil memopulerkan status sekolah dengan label ’’terdaftar’’ dan ’’diakui’’, dilanjutkan dengan kebijakan mengistimewakan sekolah-sekolah berstatus negeri, lantas mencoba memopulerkan sekolah negeri bertaraf internasional.

Terkait proses belajar mengajar Bahasa Inggris, sejumlah sekolah swasta nyata-nyata lebih baik ketimbang sekolah negeri. Satu contoh saja, betapa Pondok Pesantren Gontor (swasta) ternyata mampu mendidik muridnya mahir berbahasa Inggris (dan juga Bahasa Arab) tanpa biaya mahal.

Mahalnya biaya sekolah terkait proses belajar mengajar Bahasa Inggris sangat aneh dan sulit dimengerti. Namun, lepas dari urusan biaya, proses belajar mengajar Bahasa Inggris di banyak sekolah perlu dibenahi agar Bahasa Inggris tidak terkesan menjajah (yang berarti juga menindas) rakyat.

Dalam upaya pembenahan proses belajar mengajar Bahasa Inggris, yang harus dicermati adalah kualitas buku dan lembar kerja siswa (LKS). Jika buku dan LKS yang ada kurang baik, seharusnya segera diperbaiki. Layak diduga, buku dan LKS yang ada kurang baik, dan buktinya mayoritas lulusan SMA belum mampu berbahasa Inggris.
Guru Berkualitas Untuk mencermati kualitas buku dan LKS, pemerintah sebaiknya meneliti buku dan LKS di SMA, apakah ada yang sama isinya dengan yang digunakan di SMP? Jika pemerintah betul-betul cermat, mungkin menemukan banyak kejanggalan. Misalnya, ada LKS untuk SMP yang isinya sama dengan isi buku untuk SD. Atau ada LKS untuk SMA isinya sama dengan isi buku untuk SMP.

Selain buku dan LKS, peran guru sangat penting. Dalam hal ini, pemerintah selayaknya terus meningkatkan kualitas guru Bahasa Inggris agar mampu mengajar lebih baik lagi.

Kalau memang pemerintah menghendaki anak-anak Indonesia mampu berbahasa Inggris, seharusnya segera menyediakan guru yang betul-betul mampu mengajar dengan baik. Terlalu gegabah jika pemerintah membiarkan guru-guru kurang cakap mengajar yang membuat lulusannya tidak akan mampu berbahasa Inggris dengan baik.

Untuk konteks global, tidak ada salahnya pemerintah mencoba merekrut guru-guru Bahasa Inggris dari luar negeri. Dalam hal ini, kehadiran guru-guru dari luar negeri akan membuka persaingan yang sehat. Artinya, guru-guru kita akan bersemangat belajar lagi jika merasa belum cakap berbahasa Inggris .

Layak disayangkan, jika mahalnya biaya sekolah terkait dengan Bahasa Inggris ternyata hanya sebatas upaya menaikkan citra atau gengsi status sekolah negeri. Terlalu kasihan jika rakyat di negeri ini menderita di ranah pendidikan setelah menderita di banyak bidang lain. Kini, rakyat makin menderita karena pemerintah ’’menjajah’’ dengan mata pelajaran Bahasa Inggris yang dibungkus dengan pencitraan sekolah-sekolah negeri bertaraf internasional. (10)

NB: Dr Asmadji As Muchtar, guru sekolah swasta, Direktur Forum Multi-Studies, tinggal di Kudus


http://suaramerdeka .com/v1/index. php/read/cetak/2011/04/02/142080/10/Pendidikan-Terjajah- Bahasa-Inggris

Menumbuhkan Sikap Kewirausahaan Siswa

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Oleh: Moch Ali Fuad SPd

Salah satu dampak logis kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah terjadinya persaingan global di segala bidang, kondisi ini menuntut dunia pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya insani yang cerdas, andal pada bidangnya, produktif dan inovatif terhadap perubahan zaman.

Adalah sebuah realitas yang tidak dapat dimungkiri banyak lulusan pendidikan kita banyak yang tidak siap dengan terpaan arus globalisasi. Hal ini ditandai dengan kecenderungan meningkatnya angka pengangguran setiap tahunnya, potensi calon tenaga kerja banyak yang kesulitan mencari kerja daripada menciptakan lapangan kerja baru berkompetisi dalam dunia usaha.

Kecenderungan tersebut tidak terlepas dari hasil pendidikan kita yang terjebak pada pola pembelajaran hanya menitikberatkan pada aspek kognitif semata dengan menafikan proses kreatif dalam pembelajaran sebagai bentuk keterampilan hidup, yang menumbuhkan etos kerja ilmiah semenjak dini.

Sampiran kecil untuk fenomena tersebut adalah bagaimana siswa mendapatkan pelajaran tentang sumber daya alam (SDA), sebagaimana sajian dari literatur buku yang mereka dapat, siswa hafal betul macam-macam sumber daya alam dan daerah penghasilnya, tetapi tidak ada ruang kreatif bagi siswa bagaimana mengelola SDA untuk lebih efektif dan efisien dengan nilai jual yang lebih, sebagai bekal keterampilan hidup.



Hasil dari sebuah pembelajaran sesungguhnya adalah proses kreatif dari pembelajaran itu sendiri yang memberikan pengalaman belajar yang mengondisikan siswa secara sadar sukarela untuk belajar, mengukur keberhasilan dari pembelajaran dengan tolok ukur nilai angka dalam jangka pendek masif sifatnya dalam rentang waktu yang dijalani siswa di kehidupan yang nyata. Yang mereka butuhkan sesungguhnya adalah sebuah pengalaman belajar yang menumbuhkan dan membentuk karakter kreatif untuk sigap menyikapi setiap tantangan di dunia nyata.

Agar anak tidak gagap menghadapi dunia nyata di sekitar mereka, salah satunya adalah dengan mendekatkan mereka pada konsep pelajaran dengan lingkungan di sekitar siswa, sebagai satu jembatan untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang mengesankan, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa. Konsep ini dikenal dengan pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning ( CTL ).

Pembelajaran kontekstual (CTL) ini diharapkan mampu menjadi realisasi dari konsep verbal pembelajaran yang didapat siswa dari proses belajar. Ada proses taransformasi yang mengesankan bahwa pelajaran yang mereka pahami bermanfaat langsung dalam kehidupan keseharian mereka.

Alternatif dari pembelajaran CTL dengan mengemas pembelajaran terpadu antara mata pelajaran IPA pada kompetensi dasar membuat model teknologi sederhana dengan mata pelajaran IPS pada kompetensi sumber daya alam dengan kolaborasi model pembelajaran penemuan (inkuiri) dan model pembelajaran kerjasama kelompok (kooperatif) .

Pembelajaran tersebut dapat dikemas dalam bentuk kegiatan festival teknologi sederhana, secara berkelompok siswa menghasilkan suatu karya model teknologi sederhana dengan orientasi pengolahan sumber daya alam di sekitar siswa. Didahului dengan proses observasi lingkungan, analisis data sederhana, perencanaan karya, perakitan karya dan presentasi keunggulan karya.



Festival teknologi sederhana pengelolahan sumber daya alam adalah alternatif model pembelajaran terpadu IPA dan IPS yang berfungsi sebagai wahana dan sarana strategis yang efektif untuk menumbuhkan karakter ke-wirausahaan (enterpeanur) siswa sejak dini. Pembelajaran seperti ini diharapkan akan mendidik siswa agar terbiasa mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat mengembangkan potensi lingkungan di sekitar siswa.

Sementara bagi para pengajar dengan adanya festival teknologi sederhana pengelolahan sumber daya alam ini adalah sebuah langkah kecil yang diharapkan mampu menjadikan suatu pembelajaran yang lebih bermakna membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran dengan situasi dunia nyata serta menumbuhkan proses kreatif siswa dalam menyikapi potensi lingkungan sekitarnya, arif dalam berkompetisi, inovatif dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Moch Ali Fuad SPd: Guru SDN Airlangga I/198 Surabaya
Sumber: http://www.surya. co.id/pendapat/untukmu-guru/menumbuhkan- sikap-kewirausahaan-siswa.html

Selasa, 10 Mei 2011

Wawasan Pendidikan Imam al-Ghazali (1111-2011 M)

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.







Oeh: Dwikis
Karya besar Imam al-Ghazali tentang pendidikan atau tepatnya wawasan pendidikan, bertajuk *Fatihatul Ulum* (*Introduction to the Sciences*). Buku tersebut berisi pandangan al-Ghazali mengenai persoalan-persoalan pendidikan, yang sesungguhnya menjadi fondasi konsep-konsep pendidikan modern. Buku *Fatihatul Ulum* atau Pengantar Ilmu Pengetahuan juga dimaksudkan sebagai penyempurnaan terhadap khazanah ilmu pendidikan Eropa pada masa al-Ghazali hidup (Abad XI dan XII Masehi).

 Sedangkan karya lain al-Ghazali yang mengupas tema pendidikan –dalam pengertian praktis– diantaranya: *Ihya Ulumuddin* (Kebangkitan Ilmu-ilmu Agama), *Mi’yar al-Ilm* (Takaran Standar Pengetahuan) , dan *Mizanul Amal*(Kaidah- kaidah Perilaku). Untuk melihat karya-karya besar al-Ghazali dengan tema yang lain, sila pembaca klik tautan terpercaya ini: http://www.ghazali. org .

 Sebelum saya menggali lebih dalam wawasan pendidikan Imam al-Ghazali, terlebih dahulu kita ungkap sekilas riwayat hidupnya. Riwayat hidup singkat al-Ghazali berikut saya kutip dari situs Ghazali Org di atas dan Id Wikipedia Org: *http://id.wikipedia .org*

 Al-Ghazali Imam Abu Hamid Muhammad, juga dikenal sebagai al-Ghazali, adalah salah seorang di antara cendekiawan muslim terkemuka. Ia seorang di antara ahli teologi, filosof dan sufi muslim terbesar. Di dunia Barat, orang mengenalnya dengan nama *Algazel*.

 Al-Ghazali lahir pada 1058 M / 450 H di kota Thus provinsi Khurasan di Persia timur laut (kini masuk wilayah negara Iran). Nizamul Mulk memberikan jabatan professor kepada al-Ghazali di Akademi Nizamiyyah Baghdad, akan tetapi posisi tersebut ia tinggalkan selama empat tahun untuk mengembara dan menulis. Selanjutnya al-Ghazali mengajar lagi sebentar di Akademi Nizamiyyah, tetapi kemudian pulang ke kota kelahirannya di Thus. Tokoh terkemuka dalam dunia muslim ini meninggal di kota kelahirannya pada 1111 M / 505 H pada usia 53 tahun.

 Sepanjang hayatnya, al-Ghazali menulis lebih dari 70 buku. Ia menulis tema-tema besar dengan cakupan luas dan mendalam meliputi hukum, doktrin Islam, spiritualitas Islam (tasawuf), dan filsafat. Pembaca di Indonesia pastilah tidak asing dengan buku *Ihya Ulumuddin* yang terjemahan bahasa Indonesia-nya banyak ditemukan di toko-toko buku.

 Karya al-Ghazali lainnya *Tahafutul Falasifah* (Keruntuhan para Filosof) telah mendorong Ibnu Rusyd (*Averroes*) menulis buku untuk membantah pendapat-pendapat al-Ghazali itu dengan tajuk *Tahafut Tahafutul Falasifah*(Runtuhny a Keruntuhan para Filosof). Berkat buku ini pula, semenjak itu nama Ibnu Rusyd menjulang tinggi di angkasa raya intelektual.

 ***

 Di antara percikan pemikiran *Wawasan Pendidikan Imam al-Ghazali*dalam *Fatihatul Ulum* yang saya ungkap di awal tulisan, yakni tentang hubungan antara guru-murid. Bagi kita, wawasan pendidikan al-Ghazali tersebut senantiasa aktual dan relevan dengan situasi dan kondisi masa kini.

 Al-Ghazali berpendapat bahwa para guru hendaknya memiliki sifat kasih sayang terhadap murid-muridnya, dan memperlakukan mereka dengan lembut laksana mereka memperlakukan anaknya sendiri.

 Lebih lanjut ia berkata, “*Hendaknya guru senantiasa jujur kepada setiap murid. Jangan biarkan murid-murid bertingkah laku buruk. Dan jangan sekali-kali membicarakan keburukan teman guru lainnya di hadapan seorang murid… Hindarkan mengajarkan pelajaran yang berada di luar kemampuan berpikir murid*.”

 Ia kemukakan pula bahwa para guru hendaknya senantiasa memberi teladan yang baik dari apa yang diajarkan. Jika tidak demikian, katanya, maka perbuatan itu tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Al-Ghazali juga menekankan tentang pentingnya niat dan kebersihan hati para murid. “*Perbaikilah niat  mereka dan bersihkan hati mereka, agar pendidikannya dapat berfungsi dengan baik*.”



Sementara tentang pujian terhadap murid dan kesalahan yang dilakukannya, al-Ghazali berujar, “*Pujilah dan doronglah murid-murid apabila perbuatan mereka patut mendapatkan pujian. Maafkanlah mereka apabila mereka baru melakukan kesalahan satu kali, tetapi manakala ia mengulangi kesalahannya, peringatkanlah ia secara tersendiri. Untuk membetulkan kesalahannya, janganlah mencaci-maki mereka. Serta jauhkanlah mereka dari ‘teman-temannya yang jahat’, lantaran ini adalah hal amat mendasar bagi pendidikannya* .”

 Wawasan pendidikan al-Ghazali dalam buku *Fatihatul Ulum* lainnya mencakup: Keutamaan Ilmu, Asas-asas Pengajaran dan Bimbingan, Bukti-bukti Rasional soal mengajar sebagai profesi yang mulia, Pembagian Ilmu, Tanggungjawab Guru dan Murid, dan lain sebagainya.

 Pada karya pendidikan lainnya, *Mizanul Amal* (Kaidah-kaidah Perilaku), al-Ghazali mengembangkan psikologi asosiasional yang menarik. Pendapat yang dikemukakan al-Ghazali di bawah ini amat mengagumkan jika kita membayangkan situasi jaman tatkala ia hidup waktu itu.

 Al-Ghazali berpendapat bahwa: (1). Akal terletak di pusat otak sebagaimana seorang raja tinggal di tengah-tengah kerajaannya, (2). Daya cipta terletak di otak depan seperti seorang kepala kantor pos yang mengumpulkan dan menyebarkan berita, (3). Ingatan terletak di bagian belakang otak seperti  seorang pelayan yang berdiri di belakang majikannya, (4). Kemampuan berbicara adalah seperti seorang penerjemah (tentang gagasan-gagasan) , dan (5). Panca indera dapat dibandingkan dengan mata-mata yang memeriksa sumber dan membuktikan kebenaran informasi.

 Wawasan pendidikan al-Ghazali yang paling baik tentang asas-asas pendidikan praktis dalam buku *Mizanul Amal* yang telah kita singgung di atas terdapat dalam tulisannya bertitel ‘*Anakku*‘. Rangkaian goresan pena ‘*Anakku*‘ tersebut dapat pembaca telusuri dengan mengunjungi situs web Pustaka Hidayah yang saya rekomendasikan ini: *http://www.pustakahidayah.com*. Di situs tersebut, tulisan ‘*Anakku*‘ yang memukau buah karya al-Ghazali disajikan dalam 6 (enam) buah artikel sambung-menyambung.

Saya ambilkan contoh nasehat al-Ghazali dalam risalah ‘*Anakku*‘ dimaksud mengenai pentingnya ilmu untuk diamalkan. Kata al-Ghazali, “*Yakinlah bahwa ilmu semata tidak mungkin bisa diandalkan. Contohnya, seandainya seorang laki-laki gagah di tengah gurun sendirian memiliki sepuluh pedang India yang sangat ampuh dan beberapa pusaka lainnya. Laki-laki itu dikenal pemberani dan jago perang. Kemudian seekor singa yang sangat besar menghampirinya dan siap menerkamnya. Apa pendapatmu, apakah senjata-senjata yang hebat itu mampu mencegah laki-laki itu dari terkaman singa jika ia tidak menggunakan dan menghantamkannya kepada singa? Sudah pasti senjata-senjata itu tidak mampu melindunginya kecuali dengan digerak-gerakkan. Demikian juga jika seseorang telah membaca 100.000 masalah ilmiah dan berhasil menguasainya. tetapi tidak mengamalkannya, maka ilmu-ilmu itu tidak akan memberinya manfaat kecuali dengan mengamalkannva. Contoh lain. jika seseorang sakit kuning, dan ia mengetahui bahwa kesembuhannya hanya dengan ramuan obat tertentu yang telah dikuasainya, maka ia tidak mungkin sembuh kecuali dengan meminum obat itu… Seandainya kamu telah belajar puluhan tahun, membaca banyak buku dan menguasai berbagai macam ilmu, lalu kamu menyimpan kitah-kitab sebagai bahan koleksi pribadi, maka semua itu tidak akan menolong dan menjadikanmu mendapatkan manfaat kecuali dengan mengamalkannya* .”





 Akhirnya saya sudahi tulisan lumayan panjang ini dengan menyimpulkan filsafat al-Ghazali tentang pendidikan dengan memperhatikan wawasan pendidikannya dalam “*master piece*” karyanya *Ihya Ulumuddin*.

 Al-Ghazali menekankan agar seorang anak dibiasakan untuk bersusah payah, dan jangan dibiasakan dalam kemewahan. Sedari dini seorang anak juga musti ditanamkan sifat-sifat hormat, bersehaja dan kesungguhan dalam dirinya. Selanjutnya ia tandaskan, “*Hendaknya seorang anak dijaga agar tidak  menggemari uang dan benda-benda lainnya, lantaran inilah langkah yang dapat menuju kepada pertengkaran* .”

 Pada bagian lain al-Ghazali berujar, “*Orang tua bertanggungjawab mendidik anaknya dengan benar. Di tangan merekalah anak yang tidak berdosa dan nuraninya yang masih bersih itu diserahkan. Hatinya laksana sebuah cermin yang siap memantulkan bayangan apa pun yang diletakkan di depannya dan ia  akan meniru apa saja yang dilihatnya. Ia dapat menjadi warga negara yang baik apabila ia dididik dengan baik dan ia akan membahayakan orang lain apabila ia diabaikan dan diperlakukan dengan buruk. Orang tuanya, sanak familinya, maupun guru-gurunya, akan ikut menanggung kebahagiaan atau menanggung penderitaan karena kejahatannya. Oleh karena itu, menjadi tugas orang tua atau walinya untuk memperhatikan anak. Ajarkanlah kepadanya akhlak yang baik. Didiklah ia dan jauhkanlah dirinya dari teman-temannya yang buruk *.”

 *****


Sumber: http://dwikisetiyawan.wordpress.com

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)