Mungkin kesibukan anak-anak jaman sekarang sama sibuknya dengan
orang tua mereka. Orang tua sibuk bekerja di luar rumah mulai dari pagi hingga
petang bahkan pulang malam hari. Begitu pula anak-anak, belajar di sekolah mulai
dari pagi hingga sore hari. Kemudian ditambah lagi belajar berbagai macam
kursus / les di luar sekolah. Setelah maghrib belajar mengaji hingga sholat
isya. Setelah sholat isya belajar lagi atau mengerjakan pekerjaan rumah yang
diterima dari sekolahnya.
Begitu padatnya acara belajar dan belajar anak-anak kita
seharian penuh. Dan hasilnya memang cukup mengagumkan. Anak-anak kita
menjadi anak-anak yang cerdas dan gemilang prestasi sekolahnya.
Namun sayang, kecerdasan otaknya tidak diimbangi dengan
kecerdasan emosionalnya. Ibarat buah, anak-anak kita menjadi matang secara
buatan yang instant. Sehingga hasilnya pun menjadi anak-anak yang hanya pandai
di bidang pelajaran semata. Mereka kurang pandai dalam hal bersosialisasi
dengan lingkungan. Mereka kurang pandai mengambil nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat yang positif. Tidak jarang mereka terjatuh ke dalam jurang
kenalan remaja.
Terjadinya kenalan remaja sebenarnya merupakan akibat kurangnya
perhatian orang tua kepada anak-anaknya. Sehingga anak-anak akan mencurahkan
segala macam persoalan atau problem yang dihadapinya ke lingkungan di luar
rumahnya. Di luar rumah seakan mereka mendapatkan tempat yang cocok untuk
menumpahkan segala macam problema hidupnya, karena memang di dalam rumah mereka
tidak pernah diperhatikan oleh orang tuanya. Di dalam rumah, orang tua hanya
berperan sebagai hakim yang serba melarang dan menghukum dengan mengatakan
jangan begini atau jangan begitu. Akibatnya permasalahan mendasar yang dihadapi
anaknya tidak akan pernah diketahui oleh orang tuanya.
Di sinilah barangkali benang merah yang bisa kita ambil sebagai
pelajaran. Jangan jadi orang tua hanya berkomunikasi kepada anak-anak pada
waktu pagi hari dengan mengatakan bangun!, mandi!, sarapan pagi!, sekolah!.
Kemudian pada sore hari mengatakan pulang!, mandi!, makan!, belajar!. Tanpa
komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak.
Jadi dari sekilas gambaran di atas dapat kita simpulkan bahwa,
bila kita menghendaki anak-anak kita menjadi anak yang saleh, maka:
1. Jalan satu-satunya kita sebagai orang tua harus saleh
terlebih dahulu.
2. Berikanlah contoh yang baik kepada anak-anak Anda.
3. Berikanlah perhatian penuh kepada anak-anak Anda. Jangan
hanya bisa melarang dan menghukum saja.
4. Dengarkan apa problema mereka. Luangkan waktu khusus untuk
mendampingi mereka di dalam rumah.
Apabila Anda sebagai orang tua bisa menjadi figur yang saleh di
mata anak-anak Anda, niscaya anak-anak Anda akan meniru Anda. Jangan pernah
salahkan lingkungan bila anak-anak Anda terjerumus ke dalam kelompok kenakalan
remaja. Karena lingkungan sekitar Anda sebenarnya tercipta mulai dari rumah
tangga Anda.