Oleh: Murni Ramli
Pagi ini saya membaca sebuah artikel menarik di harian Yomiuri Shimbun yang menyediakan kolom khusus untuk para dosen Chuo University untuk membagi pandangan, pemikiran, dan hasil penelitian. Saya tertarik mengulas tulisan seorang dosen pendidikan yang memaparkan tentang perlu tidaknya buku text dipertebal? Atau lebih tepatnya apa makna dan esensi mempertebal textbook.
Pak Kenichi Ikeda yang menulis artikel tersebut adalah peneliti pendidikan migran di Perancis. Beliau mengemukakan bahwa pemerintah Perancis mengeluarkan peraturan untuk mengatur agar pendidikan untuk anak-anak migran tetap diberikan dalam kerangka tidak menghilangkan rasa cinta kepada tanah air asalnya. Oleh karena itu mereka tidak cocok diberi pendidikan yang sifatnya homogen dan cenderung menyamakan ilmu yang harus dikuasai peserta didik.
Pak Ikeda juga berpendapat bahwa sebenarnya tidak semua anak memerlukan pengetahuan yang sama. Setiap anak memiliki peminatan yang berbeda, dan oleh karena itu buku textbook sebaiknya dibuat tebal agar dapat memberikan wawasan dan informasi yang heterogen dan memungkinkan anak-anak terpuaskan keinginantahuannya.
1. Pendidikan Homogen atau Heterogen ?
Saya sependapat dengan Pak Ikeda pada satu sisi dan kurang sepemahaman pada sisi lain. Bahwa pendidikan untuk anak-anak migran harus tetap berorientasi pada mempertahankan kecintaan kepada negara masing-masing anak, ini saya setuju. Sebagaimana pendidikan multietnik akan lebih baik jika diarahkan bukan menganalogkan dan mengunifikasi semua etnik dan mengajarkan hal yang satu/seragam. Pendidikan multietnik harus memperkuat pemahaman anak tentang indigenous etniknya, lalu menambahkan dengan informasi etnik lain yang ada dalam komunitasnya. Target atau tujuan yang diharapkan adalah anak-anak mampu mengaktualisasikan pemahaman dan prinsip etnik yang dimilikinya dalam kehidupan bersama. Dia mampu menyadari adanya perbedaan dan mampu mencari solusi konflik atau lebih penting menghidari terjadinya konflik antaretnik.
Dalam komunitas anak-anak seetnik sekalipun, keberagaman dan peminatan yang berbeda adalah hal yang wajar. Oleh karena itu pendidikan yang bersifat heterogen sangat diperlukan. Namun, pendidikan homogen tidak bisa dilupakan untuk sebuah negara sebesar Indonesia atau negara yang masih harus memperkokoh nasionalismenya.
Kasus Perancis tidak sama dengan kasus Indonesia. Jika komunitas Indonesia terdiri dari beragam etnis yang memiliki kewarganegaraan yang satu, maka komunitas Perancis adalah migran yang boleh jadi masih mempertahankan kewarganegaraan aslinya. Namun kesamaannya tetap pada komunitas multietnik yang menyusun sebuah negara.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan homogen terutama pada substansi ajar masih diperlukan pada tahapan tertentu untuk memberikan prinsip berfikir yang sama kepada peserta didik. Prinsip berfikir yang sama adalah nilai-nilai yang secara universal dianggap benar. Pun nilai-nilai berfikir yang mendorong pada terciptanya rasa kebersamaan, bersifat menuju pada kemajuan, dan mencegah terjadinya konflik.
Adapun pendidikan dengan substansi heterogen perlu dikembangkan untuk memenuhi peminatan dan kesukaan peserta didik. Tetapi menyusun substansi pendidikan yang memenuhi minat dan bakat semua siswa adalah sebuah kemustahilan karena luasnya bidang peminatan. Oleh karena itu heterogen perlu dimaknai dan disepakati sebagai sesuatu yang perlu batasan.
Saya melihat pendidikan yang dikembangkan berdasarkan kekhasan daerah, nilai-nilai kearifan lokal dan keunggulan daerah adalah sebuah bentuk pendidikan heterogen yang nilai keberagamannya dapat ditinjau pada level nasional. Ada beberapa substansi ajar yang perlu dihomogenkan secara nasional, namun ada pula substansi yang perlu diheterogenkan dengan perbedaan atau kekhasan lokal.
2. Perlu Tidaknya Menebalkan Textbook
Perlu tidaknya menebalkan textbook tergantung dari apa tujuannya. Buku textbook yang tebal jika bermaksud diajarkan semuanya di kelas-kelas rendah di SD tentu tidak akan cukup waktu belajar setahun. Jika hendak memenuhi peminatan siswa, maka buku textbook tidak selalu tebal, tetapi cukup memuat hal-hal yang pokok. Adapun penjelasan tambahan dengan maksud memenuhi peminatan siswa, maka perlu disarankan dan ditetapkan buku-buku tambahan. Buku-buku suplemen inilah yang dapat memuaskan siswa.
Yang perlu didorong adalah minat untuk membaca dan mendalami sesuatu. Bukan hanya membaca buku-buku wajib di kelas, tetapi anak memiliki motivasi untuk membaca buku-buku yang terkait peminatannya.
Dengan demikian buku textbook yang dipakai di sekolah barangkali tidak perlu tebal-tebal, tetapi buku suplemen penunjang mata pelajaran di sekolah perlu diperbanyak. Setiap anak akan berkembang sesuai dengan motivasinya untuk maju, dan tentu saja sesuai dengan peminatannya. Anak yang menggemari mesin, barangkali kelak akan menjadi mekanik handal, anak yang menyukai tanaman, kelak akan menjadi ahli pertanian yang unggul. Semuanya akan berkembang sesuai dengan peminatannya jika guru dan orang tua benar-benar dapat membimbing mereka secara benar.
Sumber: http://murniramli.wordpress.com/2011/04/29/pendidikan-homogen-atau-pendidikan-heterogen/