Oleh: "Satria Dharma"
Jika Anda punya sedikit waktu untuk membaca di pagi, siang atau malam hari maka saya menganjurkan Anda untuk membaca buku “Stones into Schools”, sebuah buku tentang perjuangan Greg Mortenson dalam membangun lebih dari 145 sekolah di Pakistan dan Afghanistan selama 17 tahun ini. Buku ini adalah sekuel memoar laris “Three Cups of Tea” yang bukunya telah terjual 3,4 juta kopi dan diterbitkan di tiga lusin negara di seluruh dunia dan bertahan sebagai buku terlaris New York Times untuk kategori jenis nonfiksi selama tiga tahun terus menerus!
Fakta ini saja sebenarnya cukup untuk membuktikan bahwa buku ini dahsyat! Sebuah buku yang patut untuk Anda baca dan sebarluaskan semangatnya pada siapa saja yang ingin memiliki hidup yang memiliki arti bagi orang lain. Buku ini bahkan menjadi buku bacaan wajib bagi para perwira militer yang mengikuti pendidikan penumpasan pemberontakan (countersurgency) di Pentagon. Buku ini dapat mengajar para perwira tersebut agar mereka memahami semangat dan visi Greg Mortenson dalam membangun peradaban di negara yang diluluhlantakkan oleh perang yang tiada henti.
Buku ini diberi kata pengantar oleh Khaled Hosseini, penulis novel fenomenal laris “The Kite Runner”, yang memberikan penghargaan yang tinggi terhadap upaya Greg Mortenson untuk membangun sekolah di negara-negara yang luluh lantak oleh perang dan pertikaian suku itu. Greg tidak hanya membangun sekolah bagi anak-anak di daerah sangat terpencil di sudut-sudut dunia yang tak terbayangkan oleh kita tapi ia juga mengutamakan dedikasinya tersebut bagi anak-anak perempuan yang paling menderita oleh karena situasi perang dan pertikaian tersebut.
Greg percaya pada fenomena ‘Girl Effect’ pada pepatah Afrika yang menyatakan “Jika kita mengajar anak laki-laki, kita mendidik individu; tapi jika kita mengajar anak perempuan, kita mendidik satu komunitas.” Dari upayanya ini Greg berhasil menumbuhkan anak-anak perempuan yang berasal dari suku paling terpencil di Pakistan dan Afghanistan menjadi pahlawan dan pemimpin komunitasnya masing-masing, sesuatu yang bahkan takkan terbayangkan waktu sekolah itu dibangun.
Upaya-upaya serius untuk mempromosikan sekolah untuk anak perempuan agar dapat menjadi bagian dari pendidikan komunitas yang diprakarsai oleh Greg juga berlangsung di seluruh penjuru dunia, dari Guatemala dan Mesir hingga Bangladesh dan Uganda. Dan itu semua dimulai dari kunjungan pertama Greg ke desa Balti di pegunungan di Afghanistan (ia tersesat dan ditolong oleh penduduk desa itu saat itu) ketika Haji Ali berkata padanya. ”Pada cangkir teh pertama yang kamu minum bersama kami, kamu masih orang asing. Pada cangkir kedua, kau adalah teman. Tapi pada cangkir ketiga, kau menjadi keluarga – dan demi keluarga, kami bersedia melakukan apa saja, bahkan mati.” Greg telah minum bercangkir-cangkir teh bersama para penduduk gunung dan daerah-daerah paling terpencil di Afghanistan dan Pakistan dan ia bersedia untuk mati berkali-kali untuk membantu mereka, keluarga barunya, yang dibelanya begitu gigih. Begitu fantastisnya apa yang dilakukan oleh Greg sehingga bahkan membayangkannya saja telah membuat saya gemetaran. “Tashakor, Greg jan, atas semua yang telah Anda lakukan.” Demikian kata Khaled Hosseini dalam kata pengantarnya. Ya, Greg Mortenson adalah pahlawan dalam arti sesungguhnya. ....
baca selanjutnya di :
· http://satriadharma.wordpress.com/2010/10/25/stones-into-schools/#more-317
· http://satriadharma.com/index.php/2010/10/25/stones-into-schools/#more-206
· http://satriadharma.com/