Jakarta, 4/10/2010 (Kominfo-Newsroom) Kepala pusat Penilaian Pendidikan,
Kemendiknas, Nugaan Yulia Wardhani mengungkapkan dari hasil kajian empirik
dengan beberapa universitas di Indonesia bahwa dampak positif Ujian Nasional
(UN) sebanyak 89 persen siswa lebih semangat belajar, semangat menambah
wawasan, dan meningkat masuk sekolah.
“Rata-rata nilai UN SMP relatif ada peningkatan, ada penurunan namun
tidak begitu berarti. Begitu juga pada level SMU, ada peningkatan. Secara
umum terjadi peningkatan dan penurunan tidak siginifikan. Dari kesimpulan
kajian itu bahwa sebanyak 89 persen siswa lebih semangat belajar,” kata
Nugaan Yulia Wardhani saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X di Gedung
DPR RI Jakarta, Senin (4/10).
Menurutnya, peningkatan semangat belajar siswa harus diimbangi dengan
perhatian orang tua secara lebih maksimal dengan memberi dorongan belajar,
atau menambah fasilitas belajar pada anak-anaknya.
Namun rupanya siswa memiliki respon atau opini yang beragam tentang
pelaksanaan UN. Nugaan Yulia Wardhani menjelaskan hal ini berdasarkan studi
IKIP Padang pada 2004.
“Opini siswa tentang UN terbagi pada tidak stres, sedikit stres, sangat
stres, dan tidak menanggapi. Yang tertinggi adalah sedikit stress dan sangat
stres sedikit yang memilih jawabannya,” jelasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR dari FPG, HM Nasrudin mengatakan, patut
dipahami bahwa setiap sistem ada kelebihan dan kekurangan. Maka kita perlu
mengkaji sejauh mana UN bisa menjadi parameter bagi para siswa.
“Di berbagai negara tidak melaksanakan UN. Maka sebaiknya keputusan tentang
UN harus komprehensif dan sangat berhati-hati. Karena tidak semua sekolah
dapat kita survei. Pembanding negara lain diperlukan sebagai komparasi
tentang penerapan UN,” tukasnya.
Anggota Komisi X DPR lainnya, Dedi Wahidin turut mengapresiasi paparan
Nugaan Yulia Wardhani. Tapi menurutnya, hal tersebut kontra dengan kondisi
di daerah. Ebtanas kata dia, lebih baik dari pada UN, kembalikan lagi UN ke
Ebtanas. Untuk pemetaan, tidak untuk alat kelulusan, tidak untuk alat
melanjutkan. Dengan pemetaan, kalau ada sekolah yang hasilnya jelek, ini
yang harus diperhatikan serta ditelusuri penyebabnya.
“Di negara-negara yang juga melaksanakan UN, di sisi lain kedisiplinan
mereka lebih bagus. Maka kita tidak bisa membandingkan diri dengan mereka,”
tegasnya. (T.wd)
Sumber: http://www.bipnewsr oom.info/ index.php? &newsid=66803& _link=loadnews. php