Mendiknas M.Nuh (Foto: Beno Junianto (VIVAnews))
Oleh: Bobby Andalan
VIVANews – Menteri Pendidikan Republik Indonesia, Muhammad Nuh mengklaim pendidikan Indonesia sukses menghapus kesenjangan partisipasi pendidikan antar-kelompok status ekonomi selama periode 2004-2009.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, lama masa sekolah anak usia 15 tahun ke atas meningkat. Angka partisipasi murni (APM) SD sederajat meningkat dari 94,12 persen menjadi 95,23 persen. Sedangkan angka partisipasi kasar (APK) SMP sederajat meningkat dari 81,22 persen menjadi 98,11 persen.
"APK untuk SMA sederajat meningkat dari 49,01 persen menjadi 69,60 persen," terangnya, saat memberikan sambutan dalam acara “Pertemuan Menteri Pendidikan Negara Asia Tenggara dan Asia Timur, di Nusa Dua, Bali, Minggu 5 Juni 2011.
Sistem pendidikan Indonesia, lanjutnya, merupakan sistem pendidikan dengan cakupan peserta didik sebanyak 54,8 juta -terbesar ketiga di Asia dan terbesar keempat di dunia-, dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dan melibatkan lebih dari 3,4 juta guru dan dosen serta lebih dari 236 ribu satuan pendidikan yang tersebar di 33 provinsi dan 527 kabupate dan kota.
Sedangkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA), menunjukkan bahwa skor kemampuan membaca siswa Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni, 31 point selama periode tahun 2000-2009.
"Peningkatan ini menempatkan Indonesia pada posisi keempat, negara yang berhasil mencatat kenaikan skor kemampuan membaca terbesar," ucapnya.
Seiring dengan meningkatnya jumlah lulusan pendidikan dasar Sembilan tahun, kebijakan pasca-pendidikan dasar ditekankan untuk menyiapkan para lulusan melanjutkan pada jenjang berikutnya.
Hal ini dalam rangka merespon kebutuhan dunia kerja yang dinamis, maka peningkatan akses, kualitas pendidikan kejuruan serta keselarasan menjadi perhatian pemerintah. Tak lupa pula sejak tahun 2009 anggaran Indonesia telah menetapkan kerangka strategis yakni mengalokasikan dana sebesar 20 persen untuk pendidikan.
"Tak lain untuk mempercepat peningkatan akses pendidikan, peningkatan mutu dan kesejahteraan guru serta penguatan sistem penilaian," ujar Nuh.
Sementara itu, Direktur UNESCO perwakilan Bangkok, Gwang Jo Kim, mengatakan, bahwa Indonesia memang seperti raksasa. Data statistik Indonesia sangat berhasil mengembangkan pendidikan untuk semua. Nilai Matematika Indonesia sangat tinggi.
"Tetapi pendidikan tak hanya itu saja. Indonesia harus melengkapi segala hal tentang pendidikan yang melingkupi semua," kritik Kim.
Kim melanjutkan, sebagai Negara Kepulauan, Indonesia harus betul-betul memerhatikan dunia pendidikannya. Apalagi, jika Indonesia betul-betul ingin mengarahkan pendidikannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
"Tetapi, pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah kebijakan yang sangat berani yang diambil Indonesia. Pun halnya dengan peningkatan mutu guru. Meski sudah dilakukan, tetapi tetap harus ditingkatkan," imbuhnya.
"APK untuk SMA sederajat meningkat dari 49,01 persen menjadi 69,60 persen," terangnya, saat memberikan sambutan dalam acara “Pertemuan Menteri Pendidikan Negara Asia Tenggara dan Asia Timur, di Nusa Dua, Bali, Minggu 5 Juni 2011.
Sistem pendidikan Indonesia, lanjutnya, merupakan sistem pendidikan dengan cakupan peserta didik sebanyak 54,8 juta -terbesar ketiga di Asia dan terbesar keempat di dunia-, dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dan melibatkan lebih dari 3,4 juta guru dan dosen serta lebih dari 236 ribu satuan pendidikan yang tersebar di 33 provinsi dan 527 kabupate dan kota.
Sedangkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA), menunjukkan bahwa skor kemampuan membaca siswa Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni, 31 point selama periode tahun 2000-2009.
"Peningkatan ini menempatkan Indonesia pada posisi keempat, negara yang berhasil mencatat kenaikan skor kemampuan membaca terbesar," ucapnya.
Seiring dengan meningkatnya jumlah lulusan pendidikan dasar Sembilan tahun, kebijakan pasca-pendidikan dasar ditekankan untuk menyiapkan para lulusan melanjutkan pada jenjang berikutnya.
Hal ini dalam rangka merespon kebutuhan dunia kerja yang dinamis, maka peningkatan akses, kualitas pendidikan kejuruan serta keselarasan menjadi perhatian pemerintah. Tak lupa pula sejak tahun 2009 anggaran Indonesia telah menetapkan kerangka strategis yakni mengalokasikan dana sebesar 20 persen untuk pendidikan.
"Tak lain untuk mempercepat peningkatan akses pendidikan, peningkatan mutu dan kesejahteraan guru serta penguatan sistem penilaian," ujar Nuh.
Sementara itu, Direktur UNESCO perwakilan Bangkok, Gwang Jo Kim, mengatakan, bahwa Indonesia memang seperti raksasa. Data statistik Indonesia sangat berhasil mengembangkan pendidikan untuk semua. Nilai Matematika Indonesia sangat tinggi.
"Tetapi pendidikan tak hanya itu saja. Indonesia harus melengkapi segala hal tentang pendidikan yang melingkupi semua," kritik Kim.
Kim melanjutkan, sebagai Negara Kepulauan, Indonesia harus betul-betul memerhatikan dunia pendidikannya. Apalagi, jika Indonesia betul-betul ingin mengarahkan pendidikannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
"Tetapi, pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah kebijakan yang sangat berani yang diambil Indonesia. Pun halnya dengan peningkatan mutu guru. Meski sudah dilakukan, tetapi tetap harus ditingkatkan," imbuhnya.
Sumber: VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar