Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.
by em
diambil dari www.orgsites.com
Beberapa teman mengaku kebingungan saat membacakan buku untuk anaknya. Selain tidak biasa, mereka juga menanyakan bagaimana cara membacakan buku yang benar untuk anak-anak. Seperti mendongeng, membacakan buku pun tidak mempunyai teori yang pasti. Teori tentang membacakan buku untuk anak lebih berkaitan dengan efek kegiatan membaca itu sendiri. Membacakan buku merupakan keterampilan teknis yang apabila sering kita lakukan, maka semakin pandailah kita. Kalaupun ada artikel berisi tips-tips membacakan buku untuk anak, penerapannya bergantung pada berbagai hal yang berhubungan dengan situasi dan kondisi, seperti usia dan karakter anak, jenis buku, dan lain sebagainya.
Teknik membacakan buku untuk anak dikenal dengan sebutan Read Aloud. Teknik ini meminta orang dewasa untuk membacakan buku dengan bersuara pada anak-anak. Read Aloud percaya bahwa awalnya anak-anak mencerap kata-kata melalui pendengaran. Dalam Read Aloud, anak-anak dikenalkan pada bahasa tulisan (yang dilisankan) sebelum akhirnya mereka bisa membaca tulisan itu sendiri. Buku menjadi prasyarat utama ketika hendak melakukan Read Aloud. Oleh karena itu, semakin sering kita melakukan Read Aloud semakin besarlah minat anak untuk membaca buku.
Beberapa penelitian mengungkapkan, Read Aloud dapat mengembangkan kemampuan anak dalam berbahasa. Read Aloud dianggap sebagai cara paling baik untuk mempersiapkan anak belajar membaca dan menjaga minatnya dalam membaca. Dengan Read Aloud kita juga mengajak anak mengenal elemen-elemen cerita seperti karakter, plot, dan melakukan prediksi. Selain itu, membacakan buku kepada anak juga dapat mempererat ikatan emosional antara orang tua dan anaknya. Ketika kita membacakan buku kepada anak, pada dasarnya kita juga sedang berbagi petualangan bersama mereka.
Melakukan Read Aloud bukan hal yang mahal dan susah. Modalnya cukup rasa cinta kita untuk berbagi kesenangan membaca kepada anak. Namun, memang seringkali orang dewasa tidak percaya diri dalam melakukannya. Kalau Anda pernah menonton film Despicable Me, Anda pasti ingat dengan adegan di mana Gru, tokoh utama yang jahat, terpaksa membacakan buku kepada 3 anak yang diadopsinya. Cara Gru membacakan tidak menarik sekali, namun anak-anak tetap antusias dengan isi buku itu. Dari sini kita harus bisa yakin bahwa anak-anak di manapun sebenarnya senang mendengarkan cerita.
Lalu bagaimana cara membacakan buku kepada anak? Pakailah gaya Anda. Tidak harus memiliki bakat khusus pendongeng seperti mengubah suara atau membuat bermacam mimik. Kalau memang Anda memilikinya, itu akan menjadi nilai tambah. Selama suara dan intonasi yang Anda lakukan jelas, anak-anak akan dengan senang hati mendengarkannya. Pilih buku yang sesuai dengan usia anak, lihat apakah kata-kata dalam buku itu bisa dipahami anak seusianya.
Karena tujuan Read Aloud adalah mengenalkan bahasa teks pada anak, sepanjang Read Aloud sebaiknya kita juga menunjuk kata-kata yang sedang kita bacakan kepada anak. Dengan begitu anak-anak paham bahwa setiap kata yang kita bacakan memiliki simbol yang merepresentasikannya. Inilah yang akhirnya mendorong anak untuk ingin segera bisa membaca dan mempelajari huruf-huruf di buku tersebut.
Usai membacakan buku adalah waktu yang tepat untuk mendiskusikan isi buku bersama anak. Sebelum membaca sebaiknya kita membaca dulu isi buku tersebut sehingga kita dapat memilih apa yang akan kita diskusikan.
Nah, kalau Anda sudah melakukan Read Aloud, jangan lupa juga melakukan Think Aloud. Apakah gerangan itu? Ketika kita membaca sesungguhnya kita juga melakukan kegiatan berpikir. Kita mengaitkan, mempertanyakan, memprediksi, membayangkan, menilai, dan menyimpulkan apa yang sedang kita baca. Dengan begitu kita memahami dan memberi makna pada bacaan.
Think Aloud adalah teknik memverbalkan atau melisankan pikiran yang melintas ketika kita sedang membaca. Teknik ini penting untuk memberi contoh kepada anak-anak bagaimana cara berpikir sepanjang membaca buku sehingga mereka dapat melakukannya saat mereka membaca secara independen. Seperti Read Aloud, kita juga menggunakan suara saat membacakan buku. Namun, di sela-sela pembacaan kita memberi komentar kepada isi buku yang sedang dibaca. Tidak perlu meminta respon dari anak-anak ketika Anda melakukan Think Aloud. Anak-anak hanya perlu melihat bagaimana kita berpikir saat membaca dengan memperhatikan komentar-komentar kita dan memberi kesimpulan di akhir bacaan.
Seperti halnya Read Aloud, Think Aloud pun tidak sulit untuk dilakukan karena kita sudah punya modal dalam diri kita, yaitu berpikir. Pertama, bacalah terlebih dahulu buku yang hendak dibacakan. Perkirakan bagian mana saja yang akan dikomentari. Beri tanda dengan menempelkan post it pada bagian cerita yang hendak Anda komentari. Setelah membaca, lihat kembali apakah post it telah menempel pada bagian yang benar-benar Anda akan komentari dan apakah komentar yang akan diberikan cukup memberi kemampuan berpikir yang tepat pada anak. Berikut beberapa strategi berpikir yang dapat gunakan untuk melakukan Think Aloud:
Kaitkan isi bacaan dengan kehidupan nyata. Misal, apabila ada adegan gempa bumi dalam sebuah cerita, kita bisa berkomentar, “Aku juga pernah mengalami gempa bumi, rasanya bumi bergetar dan membuatku pusing.” Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain, “Aku jadi ingat dengan…,” “Ingat tidak, kita kan pernah mengalami hal yang sama saat…”, atau “Di Indonesia tidak ada musim salju, tapi kita punya…”
Menebak atau memprediksi isi bacaan selanjutnya. Misal, ketika bacaan menjelaskan tentang sebuah negeri, kita berkomentar, “Aku jadi ingin tahu siapa saja yang hidup di negeri ajaib ini.” Beberapa kalimat yang dapat digunakan antara lain, “Aku rasa aku tahu apa yang akan terjadi kemudian, sepertinya…,” “Dia akan mengalami masalah apabila…,” atau “Aku rasa dia akan belajar tentang…”
Membayangkan atau menggambarkan isi bacaan. Misalnya dengan berkomentar, “Duh, aku bisa membayangkan bagaimana malunya sang raja berjalan tanpa pakaian.” Beberapa kalimat yang bisa digunakan antara lain, “Walaupun tidak ada dalam gambar, aku bisa tahu bahwa…,” “Aku bisa merasakan bagaimana…,” “Ini membuatku takut ketika…,” atau “Sebentar, aku rasa aku bisa mencium…”
Memberi kesimpulan pada bacaan. Misalnya dengan berkomentar “Aku rasa seharusnya dia merasa bersalah karena mencuri kue itu dari kawannya”. Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain: “sejauh ini aku belajar tentang…”, “Aku tidak tahu alasannya, tapi aku kira….”, atau “Sejauh ini, bagian paling menari adalah …”.
Mempertanyakan isi bacaan. Misalnya dengan berkomentar, “Aku jadi ingin tahu mengapa mereka berkelahi.” Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain, “Aku jadi ingin tahu apa maksudnya…,” “Sangat tidak masuk akal saat…,” atau “Coba aku baca lagi, rasanya aneh sekali bahwa…”
Memberi penilaian terhadap isi bacaan, Misalnya dengan berkomentar, “Aku sangat suka bagaimana penulis menggambarkan kuenya. Lucu sekali.” Kalimat lain yang dapat digunakan antara lain, “Bagian paling menarik dari cerita ini adalah…,” “Yang tidak aku suka dari buku ini adalah…,” “Sangat menyenangkan mengetahui bahwa…” atau “Seandainya aku…” .
Strategi-strategi di atas merupakan contoh, Anda bisa mengembangkannya sesuai dengan cara berpikir Anda sendiri. Yang pasti, anak akan belajar dari apa yang kita lakukan pada mereka. Satu kutipan dari Center for the Improvement of Early Reading Achievement (CIERA) mudah-mudahan bisa mengingatkan, “one of the ways in which students become fluent readers is by listening to good models of fluent reading“. Kalau kita ingin anak kita memiliki kemampuan membaca yang baik, kita pun harus menunjukkan diri sebagai pembaca yang baik.
sumber: http://omemdisini.com/mengajak-anak-berpikir-saat-membaca/