Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.
dicopas dari milis IGI
SURABAYA- Menteri Pendidikan Nasional Prof.Dr. Muh Nuh, DEA menegaskan pentingnya profesionalitas guru. Pemerintah menaruh perhatian luar biasa untuk meningkatkan dan mendorong terwujudnya guru yang bermutu, berkompeten dan professional. Untuk tujuan ini, pemerintah mengalokasikan sebagian besar anggarannya untuk memberikan penghargaan bagi guru yang professional.
“Pemerintah mengalokasikan 70% anggaran pendidikan untuk gaji guru dan dosen. Ini angka yang sangat besar,” tegas M. Nuh, dalam sambutan seminar “Guru Menulis” yang diselenggarakan Ikatan Guru Indonesia (IGI) bekerja sama dengan Harian Umum KOMPAS, di Gedung PDAM Surabaya, Minggu (31/10). Tahun ini, anggaran pendidikan mencapai Rp 243 trilyun. Sekitar 10% dari jumlah itu dipakai untuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sisanya, 20%, untuk membangun infrastruktur dan lainnya.
Mendiknas berharap alokasi dana yang sangat besar ini berdampak pada meningkatkan profesionalitas guru. “Kalau gajinya besar, seharusnya imbal baliknya, guru harus meningkatkan kemampuannya, sehingga hasilnya sepadan, sumbut antara gaji besar dengan peningkatan mutunya,” tegas M. Nuh.
Tidak boleh lagi ada guru yang tidak mau belajar. Dulu, katanya, guru itu menjadi rujukan masyarakat,s ebagai tempat bertanya. Sekarang, masyarakat sudah semakin pandai. Seharusya, guru meningkatkan kompetensinya terus-menerus agar masyarakat tetap menghormatinya sebagai guru. “Profesionalitas harus dilakukan secara sadar dan terus-menerus. Guru itu harus belajar, belajar, belajar,” paparnya.
Saat ini, dari 2,6 juta guru di Indonesia, hanya sedikit sekali yang bisa naik pangkat dengan cepat. Ini disebabkan guru-guru tidak bisa menulis karya tulis ilmiah. Pemerintah mensyaraatkan penulisan karya ilmiah agar guru mampu menulis dan meningkatkan kompetensinya. Angkanya memprihatinkan. Guru dengan golongan IV b hanya 0,87%, golongan IVc hanya sekitar “James Bond” yaitu 0,007%, serta IV d 0,002%. Sampai November 2009, terdapat 569, 611 (21,84) guru yang kariernya mentok di IV a. “Karena itulah saya senang sekali jika ada kegiatan-kegiatan seperti ini. Kegiatan ini penting sekali untuk meningkatkan profesionalitas guru agar guru-guru bisa menulis,” tuturnya.
Ketua Ikatan Guru Indonesia Satria Dharma menyambut baik kehadiran Mendiknas di acara ini. “Ini menunjukkan Mendiknas sangat peduli pada guru-guru yang ingin belajar menulis. Kami berharap dukungan Mendiknas ini tidak disia-siakan guru. Teruslah belajar dan belajar. IGI akan sekuat tenaga memfasilitasi keinginan guru untuk belajar meningkatkan kompetensinya,” tegas Satria Dharma.
Menurutnya, menulis sangat penting bagi karier guru. IGI bekerja sama dengan harian umum Kompas dan Surya akan memfasilitasi agar karya tulis guru bisa dimuat secara berkala. “Guru diajari menulis. Setelah itu tulisannya akan dimuat di media massa. Ini kesempatan baik agar guru bisa menulis sekaligus bisa mendapatkana kredit point untuk kepentingan kenaikan pangkat. Itu artinya guru berpotensi mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangannya,” terang Satria.
Dalam kesempatan itu, Mendiknas mengeluarkan informasi baru tentang ranking pendidikan Indonesia di antara Negara-negara di dunia. Catatan Global Competitive Index (GCI) mencatat kemajuan berarti pendidikan di Indonesia. Tahun lalu, 2009-2010, rangking Indonesia menempati 54 dari sejumlah negara di dunia. Indonesia masih kalah oleh Thailand dan Malaysia. Kini, tahun 2010-2011, ranking GCI naik menjadi ranking 44. “Peningkatan ini sangat berarti bagi kemajuan pendidikan kita dan itu semua berkat guru-guru yang berdedikasi,” katanya.
Kondisi antara jumlah guru dengan siswa juga masih tergolong baik. Satu guru mengajar 19 orang siswa. Angka ini masih tidak berbeda jauh dengan Singapura yang mengajar 16 guru. Persoalannya kualitas guru memang masih menjadi pertanyaan. Dalam sertifikasi portofolio, hampir sebagian besar guru tidak meningkat kualitasnya. Begitu diberi terapi sertifikasi melalui PLPG, kemampuan guru perlahan mulai membaik.
Dalam kesempatan itu, Mendiknas menayangkan sejumlah foto mahasiswa miskin yang menerima bantuan beasiswa. Sejumlah guru, peserta pelatihan, terharu dan menangis melihat foto-foto itu. Dalam foto terlihat rumah gubuk milik mahasiswa penerima beasiswa. (her)