Jumat, 18 Juni 2010
Lima Budaya di Sekolah yang Patut Dikembangkan.
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Oleh: Agus Sampurno
Sebuah sekolah yang baik mempunyai budaya yang menjadi ruh di dalamnya. Sekolah memang akan berjalan dengan adanya siswa dan guru serta administrator yang melayani jalannya operasional sekolah, tetapi tanpa ruh sekolah hanya akan terjerumus menjadi sebuah organisasi tanpa arah. Sebuah budaya sekolah yang berlangsung di sebuah sekolah bisa saja diterapkan di sekolah lain, sebaliknya tidak semua hal yang menjadi budaya di sebuah sekolah bisa diaplikasikan disekolah lain. Budaya sekolah yang bisa dirasakan oleh individu yang ada didalamnya akan menjelma menjadi iklim sekolah yang melingkupi dan menjadi dasar pijakan pengembangan sekolah.
Saya mencoba mengkategorikan budaya sekolah ini dalam beberapa kategori
Budaya Komunikasi dan interaksi.
* Guru tidak datang kepada kepala sekolah dengan hanya semata persoalan dan keluhan saja. Guru juga datang sambil membawa solusi.
* Orang tua siswa dan guru mudah bertemu dengan kepala sekolah. Bagi kepala sekolah, bersikap prosedural (seperti membuat janji sebelum bertemu dan lain sebagainya) memang penting, tapi jauh lebih penting mendengar dan mengarahkan serta memimpin di saat yang tepat.
* Sekolah memperlakukan sama guru lama dan guru baru. Guru lama mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan guru baru mitra kerja yang setara, sambil ditingkatkan apa yang belum pas dari seorang guru baru. Guru baru menaruh hormat pada perasaan dan wibawa guru lama, dengan demikian keduanya mudah berkolaborasi dan bekerja sama.
* Siswa punya suara yang sama di sekolah, siswa bahkan dilibatkan dalam komite dan kepanitiaan untuk didengar aspirasinya.
* Semua jadwal pertemuan diberitahu minimal satu minggu sebelumnya, dan tertulis di staff morning bulletin. Pemberitahuan ini di ulang beberapa kali menjelang rapat. Dengan demikian tidak ada hal yang mendadak dalam budaya sekolah yang efektif.
* Konflik guru dengan guru, orang tua siswa dengan guru atau kepala sekolah dengan guru difasilitasi dengan adil dan menerapkan prinsip mencari solusi demi perbaikan ke depannya.
Budaya Komunitas Pembelajar
* Setiap guru dan semua elemen di sekolah punya kesempatan yang sama dalam menghadiri seminar atau workshop yang dibiayai sekolah sesuai dengan minat dan hubungan dengan pekerjaannya. Jika ada guru yang mendapat kesempatan untuk secara gratis menjadi peserta atau menjadi pembicara dalam sebuah acara seminar atau workshop professional guru, sepanjang hal tersebut tidak menggangu ritme pembagian tugas di sekolah dan di kelas, sekolah wajib membantu dan memngatur agar bisa terwujud.
* Setiap indvidu yang mendapat ilmu baru dalam acara workshop atau seminar guru di luar sekolah yang dibiayai sekolah, wajib membaginya di dalam sekolah. Perlu diingat bahwa keberangkatan individu tersebut juga dalam rangka bekerja dan bukan untuk sekedar lepas dari rutinitas sekolah atau malah bertamasya, untuk itu dengan membagi ilmunya di sekolah adalah juga bagian dari pekerjaan.
* Setiap guru punya kewajiban untuk berbagi dengan guru lainnya (tidak harus yang didapat dari luar sekolah saat workshop). Saat ada guru yang bersedia untuk berbagi dalam rapat atau pertemuan guru di sekolah, guru yang lain wajib mengapresiasi dan menghargai.
* Guru yang dipandang mampu, mesti siap jika diminta berbagi dihadapan orang tua siswa, tentunya semua materinya sudah dikonsultasikan dengan kepala sekolah.
Budaya Teliti
* Dalam hal surat menyurat misalnya, guru mesti menunjukkan dan meminta pendapat dari atasan dan rekan sekerja mengenai isi dan susunan bahasa sebuah surat yang akan dikirim ke luar sekolah. Utamanya jika isi surat tersebut membawa nama sekolah secara keseluruhan, dan tidak semua surat mesti didiskusikan dengan atasan, jika hanya memo biasa tidak menjadi masalah.
* Guru dan sekolah bersikap satu kata yaitu demi perbaikan mutu sikap dan pembelajaran siswa dihadapan orang tua siswa, ini berarti semua yang akan diinfokan kepada orang tua mesti disepakati, minimal dikomunikasikan dan dikonsultasikan terlebih dahulu.
Budaya Pembagian Tugas
* Alokasi pembagian tugas untuk guru, jam mengajar serta jam piket menjaga siswa di buat di umumkan dan dibuat menjelang tahun ajaran berakhir untuk di tahun ajaran berikutnya. Dengan demikian saat tahun ajaran baru mulai guru sudah tinggal melaksanakannya saja.
* Guru difasilitasi untuk bisa hadir, mendaftar dan ikut serta dalam kepanitiaan yang dibentuk di sekolah, baik yang ada hubungannya dengan akademis maupun event yang terjadi di sekolah
Budaya Menomorsatukan Siswa
* Semua elemen yang ada di sekolah, baik itu guru, kepala sekolah dan manajemen, sadar bahwa keberadaannya di sekolah karena ada siswa. Untuk itu semua rapat, pertemuan anggaran biaya sampai komitmen pribadi bermuara kepada peningkatan mutu belajar dan perilaku siswa.
Agus Sampurno
Educational Blogger | Educational Motivator | Teacher Professional
Development Program Facilitator | Global Jaya International School
Teacher Indonesia
+62-21- 745 - 7562 | +62-813 -155 - 90729 |
Senin, 14 Juni 2010
Kamis, 10 Juni 2010
Rabu, 09 Juni 2010
Telkom Speedy Rilis Paket Internet Edukasi
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Telkom Speedy Rilis Paket Internet Edukasi
Dengan paket ini, pelanggan mendapatkan konten edukasi gratis Indismart selama dua bulan.
Senin, 31 Mei 2010, 15:17 WIB
Muhammad Chandrataruna
VIVAnews - Bersamaan dengan digelarnya Speedy Sport Championship 2010 di Balikpapan, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), melalui divisi Telkom Speedy, kembali memperkenalkan program promo terbaru, yaitu Paket Edukasi Speedy.
Pada Paket Edukasi Speedy, pelanggan bisa mendapatkan konten edukasi gratis Indismart selama dua bulan...
Sebagai informasi, IndiSmart adalah website media belajar online yang bertujuan menciptakan nuansa belajar yang interaktif. Di dalamnya, Telkom menyuguhkan konten-konten pembelajaran yang bersifat animasi.
"Dengan konten yang interaktif dan penambahan berkala konten-konten baru setiap bulannya untuk setiap tingkat SD, SMP, dan SMA, diharapkan para siswa dapat lebih memahami pelajaran dengan lebih cepat. Berbagai pengembangan pun terus-menerus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas konten," kata Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, di Jakarta, Senin 31 Mei 2010.
Eddy mengatakan, komunitas gamer dan pelajar merupakan salah satu target pasar bagi pemasaran Speedy. "Setidaknya, tahun ini, perseroan menargetkan 20 persen dari total pelanggan Speedy berasal dari segmen edukasi di samping komunitas game online," paparnya dalam siaran pers perseroan.
Hingga Januari 2010, jumlah pelanggan layanan Internet cepat Speedy mencapai hampir 1,2 juta SSL (Satuan Sambungan Layanan), atau meningkat 69,7 persen dibanding jumlah pelanggan yang diraihnya pada Januari 2009, yakni sekitar 683 ribu SSL.
Di sisi pendapatan, Speedy juga mencatat pertumbuhan sebesar 81 persen menjadi Rp 2,6 trilliun dari Rp 1,4 triliun pada 2008. Secara keseluruhan, pertumbuhan pendapatan data, Internet, dan layanan TI mengalami pertumbuhan dengan pencapaian sebesar 25,8 persen dari Rp 14,7 triliun menjadi Rp 18,5 triliun pada 2009.
"Dari 1,3 juta pelanggan Speedy di posisi April 2010, sekitar 450 ribu di antaranya berdomisili di Jabodetabek. Kami berharap jumlahnya dapat tumbuh signifikan di akhir 2010 nanti dengan jangkauan yang lebih luas," ujarnya. Saat ini, layanan Speedy sudah menjangkau tidak kurang dari 378 kota di seluruh Indonesia. (art)
Telkom Speedy Rilis Paket Internet Edukasi
Dengan paket ini, pelanggan mendapatkan konten edukasi gratis Indismart selama dua bulan.
Senin, 31 Mei 2010, 15:17 WIB
Muhammad Chandrataruna
VIVAnews - Bersamaan dengan digelarnya Speedy Sport Championship 2010 di Balikpapan, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), melalui divisi Telkom Speedy, kembali memperkenalkan program promo terbaru, yaitu Paket Edukasi Speedy.
Pada Paket Edukasi Speedy, pelanggan bisa mendapatkan konten edukasi gratis Indismart selama dua bulan...
Sebagai informasi, IndiSmart adalah website media belajar online yang bertujuan menciptakan nuansa belajar yang interaktif. Di dalamnya, Telkom menyuguhkan konten-konten pembelajaran yang bersifat animasi.
"Dengan konten yang interaktif dan penambahan berkala konten-konten baru setiap bulannya untuk setiap tingkat SD, SMP, dan SMA, diharapkan para siswa dapat lebih memahami pelajaran dengan lebih cepat. Berbagai pengembangan pun terus-menerus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas konten," kata Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, di Jakarta, Senin 31 Mei 2010.
Eddy mengatakan, komunitas gamer dan pelajar merupakan salah satu target pasar bagi pemasaran Speedy. "Setidaknya, tahun ini, perseroan menargetkan 20 persen dari total pelanggan Speedy berasal dari segmen edukasi di samping komunitas game online," paparnya dalam siaran pers perseroan.
Hingga Januari 2010, jumlah pelanggan layanan Internet cepat Speedy mencapai hampir 1,2 juta SSL (Satuan Sambungan Layanan), atau meningkat 69,7 persen dibanding jumlah pelanggan yang diraihnya pada Januari 2009, yakni sekitar 683 ribu SSL.
Di sisi pendapatan, Speedy juga mencatat pertumbuhan sebesar 81 persen menjadi Rp 2,6 trilliun dari Rp 1,4 triliun pada 2008. Secara keseluruhan, pertumbuhan pendapatan data, Internet, dan layanan TI mengalami pertumbuhan dengan pencapaian sebesar 25,8 persen dari Rp 14,7 triliun menjadi Rp 18,5 triliun pada 2009.
"Dari 1,3 juta pelanggan Speedy di posisi April 2010, sekitar 450 ribu di antaranya berdomisili di Jabodetabek. Kami berharap jumlahnya dapat tumbuh signifikan di akhir 2010 nanti dengan jangkauan yang lebih luas," ujarnya. Saat ini, layanan Speedy sudah menjangkau tidak kurang dari 378 kota di seluruh Indonesia. (art)
ESQ Luncurkan Training MCB untuk Anak
Segera bergabung di www.indi-smart.com
ESQ Luncurkan Training MCB untuk Anak
Senin, 24 Mei 2010 10:25:16 Berita Training
Joko Santoso
ESQ Leadership Center (ESQ LC) meluncurkan training MCB for Kids angkatan pertama bertema “Hero In Me”, Sabtu (22/5). Training lanjutan tingkat dua khusus bagi anak-anak ini diselenggarakan di Ruang Andalusia, Menara 165, Cilandak, Jakarta Selatan.
Dalam training selama satu hari ini, anak-anak diajak untuk mengenal lebih dekat kepada Tuhan dan Rasul-Nya, memaknai tujuan hidup mereka, lalu bagaimana mencapai tujuan hidup, kemudian diajak untuk menemukan cita-cita mulia yang diminatinya serta mengetahui alasan mengapa memiliki cita-cita tersebut.
Menumbuhkan cita-cita mulia pada anak sejak dini adalah hal yang sangat penting. Betapa banyak anak yang bingung dan gamang ketika akan meraih masa depannya kelak misalnya: mau memilih jurusan apa, mau kuliah di mana, mau jadi apa kelak. Dengan materi training ini anak-anak diberikan stimulasi untuk menemukan cita-cita mulianya dan ditumbuhkan motivasi untuk meraihnya.
“Training MCB for Kids benar-benar luar biasa, materinya lebih mengerucut atau fokus kepada misi anak, kemudian disampaikan dengan cara sederhana sehingga anak-anak dapat menangkap pesan yang disampaikan para trainer,” ungkap Filivhiena Andaluisa “Ucie” Faisol, orang tua peserta.
Ucie menyambut gembira adanya training tingkat dua bagi anak-anak ini, karena MCB for Kids dapat membantu anak-anak dalam membentuk karakter dan mengenal Allah serta Rasul-rasul-Nya. Anak-anak pun akan mengetahui tujuan hidup serta cita-cita mereka yang diiringi dengan visi-misi karena Allah SWT.
“Usai training ESQ Kids tingkat pertama, anak saya lebih peka terhadap lingkungan, rajin shalat, dan bisa diajak bekerja sama. Saya yakin dengan training seperti ini mereka akan menyadari bagaimana menjadi hamba Allah, menjadi manusia dan saya berharap ke depannya mereka dapat berbakti dan berguna untuk Allah, agama Islam, masyarakat, bangsa dan negara,” ucap alumni ESQ tingkat tiga (SCC) Bandung angkatan perdana.
Ibu dua anak yang kesehariannya sebagai Ketua Yayasan Lentera Budaya Bangsa Indonesia ini mengatakan, akan mengikutsertakan anak asuhnya dalam berbagai training ESQ. “Kami akan berkolaborasi dengan ESQ untuk membina anak asuh kami, karena yayasan kami bergerak dalam pengembangan SDM khusus anak-anak yatim,” terangnya.
Training ini diikuti sekitar 400 peserta yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia, para peserta tampak begitu menikmati materi-materi yang diberikan oleh para trainer. Hal ini dikarenakan segala materi training dikemas dalam bentuk games-games seru, simulasi menarik, dan multimedia 3 dimensi yang atraktif bagi anak-anak.
Acara semakin semarak ketika Ary Ginanjar Agustian, penemu dan pencipta metode ESQ 165 hadir di tengah mereka. Ary pun mengajak para peserta untuk berdoa bersama dan mengenal sang pencipta serta mengetahui nilai-nilai kehidupan.
Ary berpesan kepada peserta untuk belajar dengan giat sebagai bakti kepada Allah, menyayangi adik dan kakak karena Allah, dan hormat pada orang tua karena Allah. Bila hal ini sudah dapat dilaksanakan, maka cita-cita harus dicapai juga semata-mata karena Allah. Acara ini ditutup dengan shalat berjamaah dan bershalawat bersama.
KOMENTAR PESERTA
San Ralph Jafnajwan Sahetapy:
Acaranya bagus, enak karena ada permainannya, saya pun senang ada di sini. Acara ini mengajarkan saya banyak ilmu, saya jadi tahu tentang agama Islam dan Tuhan kita adalah Allah.
Saya juga tahu kalau kita sholat berarti kita menghadap ke Allah, di rumah umi (ibu) mengajari saya tentang shalat dan membaca Iqra. Kalau ada acara ini lagi, saya akan datang untuk melihat karena seru.
Saya punya cita-cita menjadi diplomat, karena ingin menjadi pemimpin Indonesia yang menolong orang-orang miskin dan sebagai wakil Allah.
Marcelino Junior:
Acaranya enak, karena kita bisa kenal dan dekat sama Allah. Saya hobi main bola, sehingga saya mempunyai cita-cita sebagai pemain bola. Kalau saya jadi pemain bola, saya akan adil waktu oper-operan sama teman. Adil dalam membagi tugas dan adil dalam strategi.
Acaranya juga bagus karena banyak permainan, terus ada pelajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan. Manfaat dari pelatihan ini mengajarkan saya untuk menjadi mandiri, saya jadi dekat dengan Allah dan saya akan terus dekat biar semakin cinta sama Allah.
Miftharizqa Raifananda Pratama:
Acaranya bagus karena seru. Saya diajarkan untuk kenal siapa Tuhan kita, kalau Tuhan saya adalah Allah. Kalau ingin dekat sama Allah kita harus shalat, jadi saya shalat untuk dekat sama Allah. Saya juga tahu tentang Nabi Muhammad, selain cinta sama Allah kita juga harus cinta sama Nabi.
Waktu di kelas saya disuruh menulis cita-cita dan alasan, mengapa pilih cita-cita itu. Tadi saya menulis cita-cita sebagai dokter, biar saya bisa mengobati orang-orang yang sakit. Saya juga punya cita-cita lain, cita-cita saya sebagai penyanyi biar bisa menghibur orang dan orang menjadi senang. (jos)
ESQ Luncurkan Training MCB untuk Anak
Senin, 24 Mei 2010 10:25:16 Berita Training
Joko Santoso
ESQ Leadership Center (ESQ LC) meluncurkan training MCB for Kids angkatan pertama bertema “Hero In Me”, Sabtu (22/5). Training lanjutan tingkat dua khusus bagi anak-anak ini diselenggarakan di Ruang Andalusia, Menara 165, Cilandak, Jakarta Selatan.
Dalam training selama satu hari ini, anak-anak diajak untuk mengenal lebih dekat kepada Tuhan dan Rasul-Nya, memaknai tujuan hidup mereka, lalu bagaimana mencapai tujuan hidup, kemudian diajak untuk menemukan cita-cita mulia yang diminatinya serta mengetahui alasan mengapa memiliki cita-cita tersebut.
Menumbuhkan cita-cita mulia pada anak sejak dini adalah hal yang sangat penting. Betapa banyak anak yang bingung dan gamang ketika akan meraih masa depannya kelak misalnya: mau memilih jurusan apa, mau kuliah di mana, mau jadi apa kelak. Dengan materi training ini anak-anak diberikan stimulasi untuk menemukan cita-cita mulianya dan ditumbuhkan motivasi untuk meraihnya.
“Training MCB for Kids benar-benar luar biasa, materinya lebih mengerucut atau fokus kepada misi anak, kemudian disampaikan dengan cara sederhana sehingga anak-anak dapat menangkap pesan yang disampaikan para trainer,” ungkap Filivhiena Andaluisa “Ucie” Faisol, orang tua peserta.
Ucie menyambut gembira adanya training tingkat dua bagi anak-anak ini, karena MCB for Kids dapat membantu anak-anak dalam membentuk karakter dan mengenal Allah serta Rasul-rasul-Nya. Anak-anak pun akan mengetahui tujuan hidup serta cita-cita mereka yang diiringi dengan visi-misi karena Allah SWT.
“Usai training ESQ Kids tingkat pertama, anak saya lebih peka terhadap lingkungan, rajin shalat, dan bisa diajak bekerja sama. Saya yakin dengan training seperti ini mereka akan menyadari bagaimana menjadi hamba Allah, menjadi manusia dan saya berharap ke depannya mereka dapat berbakti dan berguna untuk Allah, agama Islam, masyarakat, bangsa dan negara,” ucap alumni ESQ tingkat tiga (SCC) Bandung angkatan perdana.
Ibu dua anak yang kesehariannya sebagai Ketua Yayasan Lentera Budaya Bangsa Indonesia ini mengatakan, akan mengikutsertakan anak asuhnya dalam berbagai training ESQ. “Kami akan berkolaborasi dengan ESQ untuk membina anak asuh kami, karena yayasan kami bergerak dalam pengembangan SDM khusus anak-anak yatim,” terangnya.
Training ini diikuti sekitar 400 peserta yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia, para peserta tampak begitu menikmati materi-materi yang diberikan oleh para trainer. Hal ini dikarenakan segala materi training dikemas dalam bentuk games-games seru, simulasi menarik, dan multimedia 3 dimensi yang atraktif bagi anak-anak.
Acara semakin semarak ketika Ary Ginanjar Agustian, penemu dan pencipta metode ESQ 165 hadir di tengah mereka. Ary pun mengajak para peserta untuk berdoa bersama dan mengenal sang pencipta serta mengetahui nilai-nilai kehidupan.
Ary berpesan kepada peserta untuk belajar dengan giat sebagai bakti kepada Allah, menyayangi adik dan kakak karena Allah, dan hormat pada orang tua karena Allah. Bila hal ini sudah dapat dilaksanakan, maka cita-cita harus dicapai juga semata-mata karena Allah. Acara ini ditutup dengan shalat berjamaah dan bershalawat bersama.
KOMENTAR PESERTA
San Ralph Jafnajwan Sahetapy:
Acaranya bagus, enak karena ada permainannya, saya pun senang ada di sini. Acara ini mengajarkan saya banyak ilmu, saya jadi tahu tentang agama Islam dan Tuhan kita adalah Allah.
Saya juga tahu kalau kita sholat berarti kita menghadap ke Allah, di rumah umi (ibu) mengajari saya tentang shalat dan membaca Iqra. Kalau ada acara ini lagi, saya akan datang untuk melihat karena seru.
Saya punya cita-cita menjadi diplomat, karena ingin menjadi pemimpin Indonesia yang menolong orang-orang miskin dan sebagai wakil Allah.
Marcelino Junior:
Acaranya enak, karena kita bisa kenal dan dekat sama Allah. Saya hobi main bola, sehingga saya mempunyai cita-cita sebagai pemain bola. Kalau saya jadi pemain bola, saya akan adil waktu oper-operan sama teman. Adil dalam membagi tugas dan adil dalam strategi.
Acaranya juga bagus karena banyak permainan, terus ada pelajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan. Manfaat dari pelatihan ini mengajarkan saya untuk menjadi mandiri, saya jadi dekat dengan Allah dan saya akan terus dekat biar semakin cinta sama Allah.
Miftharizqa Raifananda Pratama:
Acaranya bagus karena seru. Saya diajarkan untuk kenal siapa Tuhan kita, kalau Tuhan saya adalah Allah. Kalau ingin dekat sama Allah kita harus shalat, jadi saya shalat untuk dekat sama Allah. Saya juga tahu tentang Nabi Muhammad, selain cinta sama Allah kita juga harus cinta sama Nabi.
Waktu di kelas saya disuruh menulis cita-cita dan alasan, mengapa pilih cita-cita itu. Tadi saya menulis cita-cita sebagai dokter, biar saya bisa mengobati orang-orang yang sakit. Saya juga punya cita-cita lain, cita-cita saya sebagai penyanyi biar bisa menghibur orang dan orang menjadi senang. (jos)
Buka BNI Tapenas GRATIS 1 tahun berlangganan Indismart!
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Segera Hubungi Kantor BNI Terdekat!
BNI Tapenas, Tabungan Pendidikan Anak Sekolah yang memberikan kemudahan bagi anda yang mempersiapkan masa depan si buah hati, dengan lebih terencana, lebih pasti dan lebih terjangkau, juga manfaat asuransi yang menarik.
Nilai Lebih BNI Tapenas di antaranya;
- Lebih mudah dan lebih leluasa.
- Setoran bulanan sesuai dengan kemampuan anda, mulai dari Rp. 100 ribu – Rp. 5 Juta dipotong secara otomatis dari rekening BNI Taplus, Taplus Bisnis atau BNI Giro Anda.
- Setoran tambahan dapat disetorkan kapan saja.
- Jangka waktu yang Fleksibel 2 tahun – 18 tahun.
- Perlindungan asuransi jiwa plus asuransi kesehatan/ rawat inap.*
- Pelayanan di lebih dari 900 kantor cabang BNI.
- Pencantuman nama penerima manfaat di cover buku.
- Dapat dilakukan perpanjangan jangka waktu secara otomatis.
Lebih Menguntungkan
- Bunga kompetitif dan lebih tinggi dari bunga tabungan biasa.
- Manfaat asuransi hingga Rp. 800 juta/rekening tertanggung.
- Asuransi otomatis bebas premi.
Lebih Aman dan Pasti
- Jika terjadi resiko kematian atau cacat tetap total pada penabung
Maka setoran bulanan akan dilanjutkan oleh perusahaan asuransihingga saat jatuh tempo.
- Menabung secara disiplin sehingga persiapan dana untuk biaya pendidikan menjadi lebih pasti.
(* khusus asuransi plus II dan plus III)
* Syarat & ketentuan berlaku
Senin, 31 Mei 2010
LOWONGAN KERJA MENARIK DI INDISMART!
Segera bergabung di www.indi-smart.com
LOWONGAN KERJA MENARIK DI INDISMART!
Indi-Smart, perusahaan di bidang Online Learning Content Developer membutuhkan segera:
a. Staf Penjualan
b. Web Programmer
c. Content Producer e- Learning
Persyaratan untuk Staf Penjualan:
- pria / wanita , maks 30 thn, Pendidikan min D1
- Pengalaman min 1 tahun di bidang sales
- Berpenampilan menarik , memiliki kemampuan komunikasi yg baik
- Ulet , mampu bekerja di bawah tekanan dan target
- Memiliki kendaraan sendiri
Persyaratan Umum Programmer & Content Producer:
1. Laki-laki atau perempuan, maksimum 28 thn
2. Lulusan D3/S1 Informatika /MIPA dengan IPK minimal 2.75
3. Pengalaman minimal 1 tahun dalam posisi sejenis
4. Mampu berkomunikasi secara baik dalam team
5. Mampu bekerja berdasarkan target dan memiliki kemauan untuk belajar
6. Memiliki 'Sense Of Art' dan 'Thinking out of the Box'
Kualifikasi Khusus Web Programmer:
1. Menguasai PHP, MySQL, Javascript, Flash, Apache, HTML & CSS; TCP/IP
Kualifikasi Khusus Content Producer:
1. Berpengalaman menggunakan muddle menggunakan Authoring Tools
( WBT Express)
2. Mengerti bahasa pemrograman web
Dapatkan gaji pokok dan fasilitas yg menarik!
Kirim lamaran lengkap beserta Contoh Portfolio/Hasil Karya ke alamat berikut email: martha.novandy@yahoo.com dengan subject INDISMART dan nama posisi yang dilamar. Untuk pelamar posisi programmer dan content producer, sertakan contoh portfolio/hasil karya dalam bentuk weblinks atau zipped files (max file size 5MB.) Lamaran dapat juga dikirimkan melalui pos ke PT. Indismart Kreatif Idea, Jl. Tubagus Ismail XVI No. 7, Bandung 40134. Contoh Portfolio/Hasil Karya dikirim dalam bentuk CD
info produk: www.indi-smart.com dan www.myindismart.blogspot.com
Selasa, 25 Mei 2010
Bundling Speedy Indismart selama Bulan Mei 2010!
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Bundling Speedy + Indismart = 99 Ribu
Sahabat, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Telkom Speedy adakan PROMO MEI 2010 bagi kalangan pendidikan. Bundling Speedy + Indismart = 99 Ribu. Bagi Guru, Dosen, Pelajar, Mahasiswa, Institusi Pendidikan yg berminat silakan hubungi: 147
Syarat: Fotocopy KTP/Kartu Pelajar/Mahasisiwa/PGRI.
Bundling Speedy + Indismart = 99 Ribu
Sahabat, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Telkom Speedy adakan PROMO MEI 2010 bagi kalangan pendidikan. Bundling Speedy + Indismart = 99 Ribu. Bagi Guru, Dosen, Pelajar, Mahasiswa, Institusi Pendidikan yg berminat silakan hubungi: 147
Syarat: Fotocopy KTP/Kartu Pelajar/Mahasisiwa/PGRI.
Bundling Telkomsel-Advan Gratis Internet dan Konten Edukasi Indismart
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Bandung, 24 Mei 2010
Telkomsel bekerjasama dengan Advan menggelar program bundling notebook dan modem internet murah. Dengan membeli paket bundling ini, pelanggan dapat menikmati akses internet kecepatan tinggi sekaligus belajar secara online dan interaktif menggunakan konten pembelajaran Indi-Smart selama 6 bulan secara gratis.
Program bundling unlimited internet ini menyediakan paket notebook Vanbook-modem Advan yang dijual seharga Rp 2.899.000 dan paket notebook Soulmate-modem Advan seharga 4.399.000. Tersedia pula modem Advan DT-8 hanya Rp 399.000. Seluruh paket ini di-bundle dengan perdana simPATI yang sudah dilengkapi gratis internet Telkomsel Flash 125 MB per bulan selama 6 bulan.
Layanan mobile internet telah menembus seluruh segmen masyarakat, termasuk pelajar yang kini sudah terbiasa mengakses internet menggunakan ponsel atau notebook saat sedang beraktivitas. Menurut VP Channel Management Telkomsel Gideon Edie Purnomo, “Program bundling ini merupakan bagian dari upaya kami dalam menghadirkan layanan mobile broadband berkualitas dengan harga terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Kini pelajar pun dapat memanfaatkan layanan internet yang tersedia untuk belajar dan mengakses berbagai informasi yang berguna untuk menambah pengetahuannya.”
Selain layanan internet gratis, pembeli paket bundling ini juga mendapatkan gratis voucher Indi-Smart selama 6 bulan. Dengan voucher ini, pelajar SD, SMP, dan SMU bisa belajar secara interaktif memanfaatkan konten yang tersedia di portal online www.indi-smart.com. Penawaran ini hanya berlaku selama pameran penjualan yang berlangsung pada 24-30 Mei 2010 di Bandung Indah Plaza.
“Kerjasama dengan Telkomsel yang merupakan operator selular penyedia layanan mobile internet terhandal merupakan wujud dedikasi kami untuk menyediakan produk berkualitas dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang selalu haus akan informasi kapan saja dan di mana saja,” kata Teddy Tjan, Direktur Pemasaran PT Intech Surya Abadi, produsen notebook dan modem Advan.
Vanbook merupakan notebook dengan tampilan stylish yang memiliki baterai tahan lama dengan daya tahan hingga 7 jam. Sementara Soulmate sudah dilengkapi DDR3 SDRAM yang mengoptimalkan performansi notebook. Ada pun modem DT-8 adalah modem dengan desain minimalis yang mampu menghantarkan kecepatan akses internet hingga 7,2 Mbps.
Kemampuan maksimal seluruh paket bundling simPATI-Advan ini didukung jaringan terluas dan berkualitas terbaik milik Telkomsel. Kini lebih dari 32.000 Base Transceiver Station (BTS) termasuk lebih dari 5.000 Node B (BTS 3G) siap untuk melayani masyarakat Indonesia hingga pelosok.
Kamis, 29 April 2010
Free, Undangan Talkshow Internet Aman, Sehat & Produktif
Segera bergabung di www.indi-smart.com
UNDANGAN
Yth bapak/ibu orangtua & pendidik,
Internet telah menjadi suatu hal yang umum di masa kini. Internet terdapat di mana-mana dan semakin banyak digunakan orang. Putra-putri kita termasuk generasi yang akrab dengan internet. Disamping manfaat yang berlimpah, internet juga dapat membawa kerusakan yang fatal jika tidak diarahkan kepada hal yang positif dan membangun. Karenanya, diperlukan panduan praktis kepada seluruh orangtua dan pendidik mengenai bagaimana berinternet secara sehat.
Untuk memberikan panduan praktis tersebut, kami mengundang bapak/Ibu untuk hadir di acara: talkshow ICT Parenting, yang akan diselenggarakan di Aula timur Instistut Teknologi Bandung, Jl Ganesha No. 10, Bandung pada hari Rabu, 5 Mei 2010, pukul 13.30-16.00 WIB.
Topik dan Pembicara:
- 1. Tauhid Nur Azhar (mendampingi anak di jaman internet)
- 2. Dina Suryandari (Tips Berinternet sehat)
- 3. Widi Nugroho (Konten Edukatif persembahan Telkom), dalam konfirmasi
- 4. Yose Andrea & Anne Wilhart (Perencanaan pendidikan Anak)
Acara ini bersifat gratis dan terbuka untuk umum, namun peserta diharuskan melakukan konfirmasi pendaftaran melalui nomor telepon 022-71294696.
Selasa, 27 April 2010
Indismart & BNI SMS Payment
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Berlangganan Indismart Lebih Mudah
via BNI SMS Payment
BNI SMS Payment memudahkan pengguna SMS Banking BNI untuk membayar biaya berlangganan Indismart dengan menggunakan telepon seluler. Cara ini berlaku untuk transaksi online maupun melalui telepon (on call service). Anda hanya menggunakan telepon seluler sebagai alat otoriasi pembayaran.
Dua Langkah Mudah
Pembayaran. Kunjungi website Indismart, klik daftar, isi data yang diminta, klik pembayaran melalui bni sms payment, lalu masukkan dua jenis data yaitu: Nomor telepon selular & 4 angka terakhir dari nomor kartu debit BNI. Dalam transaksi pembelian melalui On Call Service, konsumen hanya perlu menyebutkan nomor telepon seluler dan 4 digit nomor kartu debit BNI mereka. Call center akan memasukkan nomor tersebut ke dalam POS system yang secara langsung akan terhubung dengan sistem BNI MOTION.
Otorisasi. Segera setelah itu, konsumen akan mendapatkan SMS dari BNI yang berisi tagihan terhadap pembelian yang baru saja dilakukan. Konsumen mem-forward (meneruskan kembali) SMS tersebut setelah menambahkan PIN SMS Banking mereka (yang telah diperoleh sebelumnya dengan melakukan registrasi di ATM BNI) ke SMS Gateway BNI. Selanjutnya, BNI akan memverifikasi SMS personal tersebut dan langsung memvalidasi transaksi.
Indismart Gratis bagi Nasabah Baru
Tapenas (Tabungan Pendidikan Anak Sekolah)
Untuk yang ingin mendapatkan akun gratis selama setahun penuh, silakan Anda membuka rekening Tapenas di kantor-kantor pelananan BNI di Bandung.
Jumat, 23 April 2010
Undangan dari Prof Yohanes Surya, ASEC 2010 untuk Remaja
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Yth. Bapak/Ibu Kepala Sekolah
No. : 065/SI/III/2010
Perihal : Undangan bagi siswa/i untuk mengikuti ASEAN Science Enterprise Challenge (ASEC) 2010
Dengan hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan lomba technopreneur untuk remaja, ASEAN Science Enterprise Challenge (ASEC), kami mengundang siswa-siswi di sekolah yang Bapak/Ibu pimpin untuk ikut berpartisipasi menunjukkan dan menggali potensi masing-masing.
Lomba ini akan diselenggarakan pada tanggal 28 – 31 Mei 2010 (lokasi Jabodetabek, tempat masih dalam konfirmasi), dengan biaya pendaftaran Rp 500.000,- per siswa. Lomba ini merupakan kerjasama antara Surya Institute (didirikan oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D.) dengan United in Diversity (didiririkan oleh MIT Sloan School of Management, Universitas Indonesia, dan Sinar Harapan). Pemenang ASEC (tim terdiri dari 6 siswa pilihan) dari Indonesia bersama pemenang dari negara ASEAN lainnya akan mengikuti Global Enterprise Challenge (GEC) di Bali pada tanggal 13-16 Juni 2010.
Lomba ini adalah lomba inovasi dan kewirausahaan di bidang sains yang mendayagunakan teknologi internet, serta mencakup kompetisi global. ASEC maupun GEC akan memberikan tantangan yang harus diselesaikan dalam waktu 24 jam. Siswa-siswi dari seluruh dunia ditantang untuk bekerja sama dalam tim untuk merancang suatu prototipe dan studi kelayakan untuk sebuah produk yang bisa dipasarkan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh profesor dari Massachusetts Institute of Technology/MIT (untuk ASEC) dan oleh NASA, serta Careers Scotland (untuk GEC). Tantangan yang ditampilkan menuntut inovasi teknologi dengan kepekaan sosial dan bersifat kecintaan pada lingkungan hidup atau nature friendly. Diharapakan siswa-siswi yang akan mengikuti ASEC maupun GEC memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik.
Kami menunggu peran serta Bapak/Ibu sekalian dalam ajang pengembangan jiwa enterpreneurship anak bangsa, masa depan kita. Silahkan hubungi asec-gec2010@ suryainstitute. org atau (ph) +62 21 531 63394 -98/ (f) +62 21 531 621 97 untuk informasi lebih lanjut.
Atas perhatian Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih.
Salam hormat,
Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Laksamana Muda Rosihan Arsyad
Vice Chairman ASEC 2010 Indonesia Chairman ASEC 2010 Indonesia
Ketua Dewan Pembina President
Surya Institute
Yth. Bapak/Ibu Kepala Sekolah
No. : 065/SI/III/2010
Perihal : Undangan bagi siswa/i untuk mengikuti ASEAN Science Enterprise Challenge (ASEC) 2010
Dengan hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan lomba technopreneur untuk remaja, ASEAN Science Enterprise Challenge (ASEC), kami mengundang siswa-siswi di sekolah yang Bapak/Ibu pimpin untuk ikut berpartisipasi menunjukkan dan menggali potensi masing-masing.
Lomba ini akan diselenggarakan pada tanggal 28 – 31 Mei 2010 (lokasi Jabodetabek, tempat masih dalam konfirmasi), dengan biaya pendaftaran Rp 500.000,- per siswa. Lomba ini merupakan kerjasama antara Surya Institute (didirikan oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D.) dengan United in Diversity (didiririkan oleh MIT Sloan School of Management, Universitas Indonesia, dan Sinar Harapan). Pemenang ASEC (tim terdiri dari 6 siswa pilihan) dari Indonesia bersama pemenang dari negara ASEAN lainnya akan mengikuti Global Enterprise Challenge (GEC) di Bali pada tanggal 13-16 Juni 2010.
Lomba ini adalah lomba inovasi dan kewirausahaan di bidang sains yang mendayagunakan teknologi internet, serta mencakup kompetisi global. ASEC maupun GEC akan memberikan tantangan yang harus diselesaikan dalam waktu 24 jam. Siswa-siswi dari seluruh dunia ditantang untuk bekerja sama dalam tim untuk merancang suatu prototipe dan studi kelayakan untuk sebuah produk yang bisa dipasarkan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh profesor dari Massachusetts Institute of Technology/MIT (untuk ASEC) dan oleh NASA, serta Careers Scotland (untuk GEC). Tantangan yang ditampilkan menuntut inovasi teknologi dengan kepekaan sosial dan bersifat kecintaan pada lingkungan hidup atau nature friendly. Diharapakan siswa-siswi yang akan mengikuti ASEC maupun GEC memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik.
Kami menunggu peran serta Bapak/Ibu sekalian dalam ajang pengembangan jiwa enterpreneurship anak bangsa, masa depan kita. Silahkan hubungi asec-gec2010@ suryainstitute. org atau (ph) +62 21 531 63394 -98/ (f) +62 21 531 621 97 untuk informasi lebih lanjut.
Atas perhatian Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih.
Salam hormat,
Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Laksamana Muda Rosihan Arsyad
Vice Chairman ASEC 2010 Indonesia Chairman ASEC 2010 Indonesia
Ketua Dewan Pembina President
Surya Institute
Senin, 19 April 2010
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
Segera bergabung di www.indi-smart.com
disusun oleh Akhmad Sudradjat
disusun oleh Akhmad Sudradjat
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/04/17/konsep-penilaian-kinerja-kepala-sekolah/
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja atau prestasi kerja berasal dari kata job performance yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Kinerja dapat ditunjukkan seseorang misalnya guru atau kepala sekolah atau pengawas sekolah, dapat pula ditunjukkan pada unit kerja atau organisasi tertentu misalnya sekolah, lembaga pendidikan, kursus-kursus, dll. Atas dasar itu maka kinerja diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Tulisan ini difokuskan pada penilaian kinerja kepala sekolah.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud dengan kinerja kepala sekolah adalah hasil kerja yang dicapai kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawabnya dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Hasil kerja tersebut merupakan refleksi dari kompetensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah ditunjukkan dengan hasil kerja dalam bentuk konkrit, dapat diamati, dan dapat diukur baik kualitas maupun kuantitasnya. Kinerja kepala sekolah dalam tulisan ini diukur dari tiga aspek yaitu: (a) perilaku dalam melaksanakan tugas yakni perilaku kepala sekolah pada saat melaksanakan fungsi-fungsi manajerial, (b) cara melaksanakan tugas dalam mencapai hasil kerja yang tercermin dalam komitmen dirinya sebagai refleksi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang dimilikinya, dan (c) hasil dari pekerjaannya yang tercermin dalam perubahan kinerja sekolah yang dipimpinnya. Ketiga aspek di atas menjadi ranah dari penilaian kinerja kepala sekolah yang dikembangkan dalam tulisan ini.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data sebagai bahan dalam rangka pengambilan keputusan. Dengan demikian dalam setiap kegiatan penilaian ujungnya adalah pengambilan keputusan. Berbeda dengan penelitian yang berujung pada pemecahan masalah. Penilaian kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk menilai kinerja kepala sekolah secara periodik yang ditentukan oleh organisasi. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengembangan pegawai, pemberian reward, perencanaan pegawai, pemberian konpensasi dan motivasi. Setiap pegawai di lingkungan organisasi mana pun sudah tentu memiliki tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai dengan deskripsi tugas yang diberikan pimpinan organisasi.
Berdasarkan rumusan di atas maka penilaian kinerja kepala sekolah adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data tentang kualitas pekerjaan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai kepala sekolah. Tugas pokok kepala sekolah adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan sekolah yang dipimpinnya. Kinerja kepala sekolah TK dinilai oleh pengawas TK, kinerja kepala sekolah SD dinilai oleh pengawas SD dan kinerja kepala sekolah SMP dinilai oleh pengawas SMP.
Penilaian kinerja kepala sekolah sebagaimana dikemukakan di atas tidak hanya berkisar pada aspek karakter individu melainkan juga pada hal-hal yang menunjukkan proses dan hasil kerja yang dicapainya seperti kualitas, kuantitas hasil kerja, ketepatan waktu kerja, dan sebagainya. Apa yang terjadi dan dikerjakan kepala sekolah merupakan sebuah proses pengolahan input menjadi output tertentu. Atas dasar itu terdapat tiga komponen penilaian kinerja kepala sekolah yakni:
Penilaian input, yaitu kemampuan atau kompetensi yang dimiliki dalam melakukan pekerjaannya. Orientasi penilaian difokuskan pada karakteristik individu sebagai objek penilaian dalam hal ini adalah komitmen kepala sekolah terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Komitmen tersebut merupakan refleksi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial kepala sekolah.
Penilaian proses, yaitu penilaian terhadap prosedur pelaksanaan pekerjaan. Orientasi pada proses difokuskan kepada perilaku kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan dan tanggung jawabnya yakni melaksanakan fungsi manajerial dan fungsi supervisi pada sekolah yang dipimpinnya.
Penlaian output, yaitu penilaian terhadap hasil kerja yang dicapai dari pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawabnya. Orientasi pada output dilihat dari perubahan kinerja sekolah terutama kinerja guru dan staf sekolah lain yang dipimpinnya.
Penekanan penilaian terhadap ketiga komponen di atas memungkinkan terjadinya penilaian kinerja yang obyektif dan komprehensif. Terkait ketiga komponen penilaian di atas terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penilaian kinerja yaitu:
Relevance, artinya aspek-aspek yang diukur dalam penilaian kinerja terkait dengan pekerjaanya baik input, proses, maupun outputnya (hasil kerja yang dicapai).
Sensitivity, artinya sistem penilaian yang digunakan peka dalam membedakan antara kepala sekolah yang berprestasi tinggi dengan yang berprestasi rendah.
Reliability, artinya alat dan sistem penilaian yang digunakan dapat diandalkan, dipercaya sebagai tolok ukur yang obyektif, akurat, dan konsisten.
Acceptability, artinya sistem penilaian yang digunakan harus dapat dimengerti dan diterima oleh pihak penilai ataupun pihak yang dinilai dan memfasilitasi komunikasi aktif dan konstruktif antara keduanya.
Practicality, artinya semua instrumen penilaian termasuk pengolahan dan analisis data hasil penilaian mudah digunakan.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, sistem penilaian kinerja setidaknya mempunyai dua elemen pokok yaitu: (a) spesifikasi tugas yang harus dikerjakan dan kriteria yang dapat memberikan penjelasan bagaimana kinerja yang baik (good performance), dan (b) adanya mekanisme untuk pengumpulan informasi dan pelaporan mengenai terpenuhi atau tidaknya perilaku yang terjadi dalam kenyataan dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan.
Secara komprehensif, proses penilaian kinerja kepala sekolah sekolah mencakup: (a) penetapan standar atau kriteria kinerja, (b) membandingkan kinerja aktual dengan standar tersebut, dan (c) memberikan umpan balik dari hasil penilaian untuk meningkatkan kinerjanya.
Dalam upaya mendapatkan manfaat optimal penilaian kinerja kepala sekolah, paling tidak terdapat lima aspek yang dapat dijadikan ukuran penilaian yaitu:
Quality of work – kualitas hasil kerja
Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan
Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
Comunication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.
Dalam menilai kelima aspek kinerja di atas, perlu diperhatikan lima hal berikut ini:
Penilaian kinerja harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan/tugas pokok dan fungsinya.
Sistem penilaian kinerja benar-benar menilai perilaku atau hasil kerja yang mendukung kegiatan pengembangan mutu sekolah.
Adanya standar minimal yang harus dicapai dalam pelaksanaan tugas secara rinci dan jelas. Standar pelaksanaan tugas adalah ukuran normatif yang dipakai untuk menilai kinerja tersebut.
Penilaian kinerja akan berjalan dengan efektif apabila menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Valid artinya menilai apa yang seharusnya dinilai, reliabel artinya keajegan hasil penilaian.
Prosedur penilaian kinerja dibuat secara sederhana sehingga mudah dipahami, dilaksanakan, diolah dan mudah digunakan.
3. Tujuan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
Penilaian kinerja kepala sekolah bertujuan untuk:
Memperoleh data tentang pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dan supervisi/pengawasan pada sekolah yang dipimpinnya.
Memperoleh data hasil pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai peminpin sekolah.
Menentukan kualitas kerja kepala sekolah sebagai dasar dalam promosi dan penghargaan yang diberikan kepadanya.
Menentukan program peningkatan kemampuan profesional kepala sekolah dalam konteks peningkatan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya.
Menentukan program umpan balik bagi peningkatan dan pengembangan diri dan karyanya dalam konteks pengembangan karir dan profesinya.
Hasil penilaian kinerja akan bermanfaat bagi kepala dinas pendidikan dalam menentukan promosi, penghargaan, mutasi dan pembinaan lebih lanjut.
4. Aspek Penilaian Kinerja Kepala Sekolah
Aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja kepala sekolah dapat mencakup tiga dimensi yakni: (a) komitmen terhadap tugas, (b) pelaksanaan tugas, dan (c) hasil kerja. Komitmen terhadap tugas sebagai aktualisasi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial kepala sekolah. Pelaksanaan tupoksi sebagai aktualiasi dari kompetensi manajerial, kompetensi supervisi dan kompetensi kewirausahaan yang dimiliki kepala sekolah Sedangkan hasil kerja merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok kepala sekolah sebagai refleksi dari semua dimensi kompetensi kepala sekolah.
Berkenaan dengan tugas pokok kepala sekolah ini, pada semua jenjang pendidikan tugas kepala sekolah akan mencakup tiga bidang, yaitu: (a) tugas manajerial, (b) supervisi dan (c) kewirausahaan.
Tugas kepala sekolah dalam bidang manajerial berkaitan dengan pengelolaan sekolah, sehingga semua sumber daya dapat disediakan dan dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Tugas manajerial ini meliputi aktivitas sebagai berikut: (1) menyusun perencanaan sekolah; (2) mengelola program pembelajaran; (3) mengelola kesiswaan; (4) mengelola sarana dan prasarana; (5) mengelola personal sekolah; (6) mengelola keuangan sekolah; (7) mengelola hubungan sekolah dan masyarakat; (8) mengelola administrasi sekolah; (9) mengelola sistem informasi sekolah; (10) mengevaluasi program sekolah; dan memimpin sekolah.
Selain tugas manajerial, kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf., dengan tujuan untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah. Dalam tugas supervisi ini tercakup kegiatan-kegiatan: (1) merencanakan program supervisi; (2) melaksanakan program supervisi; dan (3) menindaklanjuti program supervisi.
Di samping tugas manajerial dan supervisi, kepala sekolah juga memiliki tugas kewirausahaan. Tugas kewirausahaan ini tujuannya adalah agar sekolah memiliki sumber-sumber daya yang mampu mendukung jalannya sekolah, khususnya dari segi finansial. Selain itu juga agar sekolah membudayakan perilaku wirausaha di kalangan warga sekolah, khususnya para siswa.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut, seorang kepala sekolah dituntut memiliki sejumlah kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah telah ditetapkan bahwa terdapat 5 (lima) dimensi kompetensi yang seyogyanya dikuasai oleh kepala sekolah, yaitu: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi manajerial, (c) kompetensi kewirausahaan, (d) kompetensi supervisi, dan (e)kompetensi sosial.
Sumber:
- Diambil dan disarikan dari. Surya Dharma, MPA., Ph.D. 2008, Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (Materi Diklat Peningkatan Kompetensi Pengawas Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional
DAFTAR PUSTAKA
- Bacal Robert. 2005. Performance Management (alih bahasa oleh Surya Dharma). Jakarta: PT Sun.
- Castetter, William B. 1996. The Human Resourse Function in Educational Administration. Columbus, Ohio: Merril, Englewood Cliffs, New Jersey.
- Cony Semiawan. 1982. Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian di dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Mutiara.
- Nana Sudjana, R. Ibrahim. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
- Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dan Guru yang Bekerja di Swasta. www. dikdasmen.org
- Sudirman M. Chon. 2006. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah Menengah Kejuruan. www.dikmenjur.freehosting.net.
- Surya Dharma. 2005. Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya. Jakarta: Pustaka Pelajar.
- Tilaar, H. A. R. 1997. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Winardi. 1992. Manajemen Perilaku Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Selasa, 13 April 2010
Renungan: Sekolah Para Binatang (by Dr. Thomas Amstrong)
Segera bergabung di www.indi-smart.com
Kisah Sekolah Para Binatang (by Dr. Thomas Amstrong)
Syahdan di tengah-tengah hutan belantara Sumatera berdirilah sebuah sekolah untuk para binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh seorang manusia. Karena sekolah tersebut berstatus “disamakan”, maka tentu saja kurikulumnya juga harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.
Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah ; setiap siswa harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran.Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah; Terbang, Berenang, Memanjat, Berlari dan Menyelam
Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana; mulai dari; Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak
Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu; Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang; dia memiliki kemampuan yang berada diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik, meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi.
Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat; dia sangat pandai, lincah dan cekatan sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.
Sementara bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari kolam yang ada didalam hutan tersebut.
Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari; kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan sangat indah untuk dilihat.
Lain lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam; dengan gaya berenangnya yang khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang kolam.
Begitulah pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dimata pelajaran tertentu. Namun ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8 di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah.
Inilah awal dari semua kekacauan.itu; Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya.
Burung elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia gagal; dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat pelajaran menyelam.
Tupaipun demikian; ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang. Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar disana-sini.
Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang; tapi ia kelihatan hampir putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai rontok satu demi satu.
Demikian juga dengan binatang lainya; meskipun semua telah berusaha dengan susah payah untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.
Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya; perlahan-lahan Elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. Dan yang paling malang adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.
Akhirnya tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah. Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal, ya.... kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya..
Tidakkah kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.
Akankah nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada disekolah tersebut?
Bila kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari apa yang digambarkan oleh fabel tersebut; bayangkan betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya.
Begitupun setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya.
Belum lagi kita bicara tentang carut marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga. Masihkah kita bisa berharap dari para pelajar kita yang seperti ini. Dan seperti apa potret negeri kita kedepannya dengan melihat potret generasi penerusanya saat ini?
Apa yang menjadi biang keladi dari kehancuran sistem pendidikan di negeri ini...?
1. Sistem yang tidak menghargai proses
Belajar adalah proses dari tidak bisa menjadi bisa. Hasil akhir adalah buah dari kerja setiap proses yang dilalui. Sayangnya proses ini sama sekali tidak dihargai; siswa tidak pernah dinilai seberapa keras dia berusaha melalui proses. Melainkan hanya semata-mata ditentukan oleh ujian akhir. Keseharian siswa dalam belajar tidak ada nilainya, jadi wajar saja apa bila suatu ketika ada siswa yang berkata bahwa yang penting ujian akhir bisa, gak perlu masuk setiap hari.
2. Sistem yang hanya mengajari anak untuk menghafal bukan belajar dalam arti sesunguhnya
Apa beda belajar dengan menghafal; Produk dari sebuah pembelajaran kemampuan atau keahlian yang dikuasai terus menerus. Contoh yang paling sederhana adalah pada saat anak belajar sepeda. Mulai dari tidak bisa menjadi bisa, dan setelah bisa ia akan bisa terus sepanjang masa. Sementara produk dari menghafal adalah ingatan jangka pendek yang dalam waktu singkat akan cepat dilupakan. Perbedaan lain bahwa belajar membutuhkan waktu lebih panjang sementara menghafal bisa dilakukan hanya dalam 1 malam saja. Padahal pada hakekatnya Manusia dianugrahi susunan otak yang paling tinggi derajadnya dibanding mahluk manapun didunia. Fungsi tertinggi dari otak manusia tersebut disebut sebagai cara berpikir tingkat tinggi atau HOT; yang direpresentasikan melalui kemampuan kreatif atau bebas mencipta serta berpikir analisis-logis; sementara fungsi menghafal hanyalah fungsi pelengkap. Keberhasilan seorang anak kelak bukan ditentukan oleh kemampuan hafalannya melainkan oleh kemampuan kreatif dan berpikir kritis analisis.
3. Sistem sekolah yang berfokus pada nilai
Nilai yang biasanya diwakili oleh angka-angka biasanya dianggap sebagai penentu hidup dan matinya seorang siswa. Begitu sakral dan gentingnya arti sebuah nilai pelajaran sehingga semua pihak mulai guru, orang tua dan anak akan merasa rasah dan stress jika melihat siswanya mendapat nilai rendah atau pada umumnya dibawah angka 6 (enam).
Setiap orang dikondisikan untuk berlomba-lomba mencapai nilai yang tinggi dengan cara apapun tak perduli apakah si siswa terlihat setangah sekarat untuk mencapainya. Nyatanya toh dalam kehidupan nyata, nilai pelajaran yang begitu dianggung-anggungkan oleh sekolah tersebut tidak berperan banyak dalam menentukan sukses hidup seseorang. Dan lucunya sebagian besar kita dapati anak yang dulu saat masih bersekolah memiliki nilai pas-pasan atau bahkan hancur, justru lebih banyak meraih sukses dikehidupan nyata.
Mari kita ingat-ingat kembali saat kita masih bersekolah dulu; betapa bangganya seseorang yang mendapat nilai tinggi dan betapa hinanya anak yang medapat nilai rendah; dan bahkan untuk mempertegas kehinaan ini, biasanya guru menggunakan tinta dengan warna yang lebih menyala dan mencolok mata.
Sementara jika kita kaji lagi; apakah sesungguhnya representasi dari sebuah nilai yang diagung-agungkan disekolah itu...?Nilai sesungguhnya hanyalah representasi dari kemampuan siswa dalam “menghapal” pelajaran dan terkadang ada juga “subjektifitas” guru yang memberi nilai tersebut terhadap siswanya.
Meskipun kerapkali guru menyangkalnya, cobalah anda ingat-ingat; berapa lama anda belajar untuk mendapatkan nilai tersebut; apakah 3 bulan...? 1 bulan..? atau cukup hanya semalam saja..? Kemudian coba ingat-ingat kembali, jika dulu saat bersekolah, ada diantara anda yang pernah bermasalah dengan salah seorang guru; apakah ini akan mempengaruhi nilai yang akan anda peroleh..?
Jadi mungkin sangat wajar; meskipun kita banyak memiliki orang “pintar” dengan nilai yang sangat tinggi; negeri ini masih tetap saja tertinggal jauh dari negara-negara maju. Karena pintarnya hanya pintar menghafal dan menjawab soal-soal ujian.
4. Sistem pendidikan yang Seragam-sama untuk setiap anak yang berbeda-beda
Siapapun sadar bahwa bila kita memiliki lebih dari 1 atau 2 orang anak; maka bisa dipastikan setiap anak akan berbeda-beda dalam berbagai hal. Andalah yang paling tahu perbedaan-perbedaanya. Namun sayangnya anak yang berbeda tersebut bila masuk kedalam sekolah akan diperlakukan secara sama, diproses secara sama dan diuji secara sama.
Menurut hasil penelitian Ilmu Otak/Neoro Science jelas-jelas ditemukan bahwa satiap anak memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda. Mulai dari Instingtif otak kiri dan kanan, Gaya Belajar dan Kecerdasan Beragam. Sementara sistem pendidikan seolah-oleh menutup mata terhadap perbedaan yang jelas dan nyata tersebut yakni dengan mengyelenggaraan sistem pendidikan yang sama dan seragam. Oleh karena dalam setiap akhir pembelajaran akan selalu ada anak-anak yang tidak bisa/berhasil menyesuaikan dengan sistem pendidikan yang seragam tersebut.
5. Sekolah adalah Institusi Pendidikan yang tidak pernah mendidik
Sekilas judul ini tampaknya membingungkan; tapi sesungguhnya inilah yang terjadi pada lembaga pendidikan kita.
Apa beda mendidik dengan mengajar...?
Ya.. tepat!, mendidik adalah proses membangun moral/prilaku atau karakter anak sementara mengajar adalah mengajari anak dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa.
Produk dari pengajaran adalah terbangunnya cara berpikir kritis dan kreatif yang berhubungan dengan intelektual sementara produk dari pendidikan adalah terbangunnya prilaku/akhlak yang baik.
Ya..! memang betul dalam kurikulum ada mata pelajaran Agama, Moral Pancasila, Civic dan sebagainya namun dalam aplikasinya disekolah guru hanya memberikan sebatas hafalan saja; bukan aplikasi dilapangan. Demikian juga ujiannya dibuat berbasiskan hafalan; seperti hafalan butir-butir Pancasila dsb. Tidak berdasarkan aplikasi siswa dilapangan seperti praktek di panti-panti jompo; terjun menjadi tenaga sosial, dengan sistem penilaian yang berbasiskan aplikasi dan penilaian masyarakat (user base evaluation).
Bayangkan pernah ada suatu ketika sebuah sekolah SD yang gedungnya bersebelahan dengan rumah penduduk, dan saat itu mereka sedang belajar tentang pendidikan moral, sementara persis di sebelah sekolah tersebut sedang ada yang meninggal dunia, namun anehnya tak ada satupun dari sekelah tersebut yang datang mengirim utusan untuk berbela sungkawa di rumah tersebut. Alih-alih sekolahnya malah ribut sehingga ketua RW setempat sempat menegur pihak sekolah atas kejadian tersebut.
Mungkin wajar saja jika anak-anak kita tidak pernah memiliki nilai moral yang tertanam kuat di dalam dirinya; melainkan hanya nilai moral yang melintas semalam saja dikepalanya dalam rangka untuk dapat menjawab soal-soal ujian besok paginya.
Artikel ini di ambil dari Tulisan Dr. Thomas Amstrong, pemerhati dan praktisi Pendidikan Berbasis Multiple Intelligence dari AS, yang dibuat sekitar tahun 1990an.dan telah disesuaikan dengan konteks Indonesia saat ini.
Mari kita renungkan bersama dengan hati dan nurani kita yang terdalam dan mari kita ambil hikmahnya.
Sumber: Buku Ayah Edy Judul: I love you Ayah, Bunda Penerbit: Hikmah, Mizan Group
Kisah Sekolah Para Binatang (by Dr. Thomas Amstrong)
Syahdan di tengah-tengah hutan belantara Sumatera berdirilah sebuah sekolah untuk para binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh seorang manusia. Karena sekolah tersebut berstatus “disamakan”, maka tentu saja kurikulumnya juga harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.
Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah ; setiap siswa harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran.Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah; Terbang, Berenang, Memanjat, Berlari dan Menyelam
Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana; mulai dari; Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak
Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu; Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang; dia memiliki kemampuan yang berada diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik, meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi.
Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat; dia sangat pandai, lincah dan cekatan sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.
Sementara bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari kolam yang ada didalam hutan tersebut.
Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari; kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan sangat indah untuk dilihat.
Lain lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam; dengan gaya berenangnya yang khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang kolam.
Begitulah pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dimata pelajaran tertentu. Namun ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8 di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah.
Inilah awal dari semua kekacauan.itu; Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya.
Burung elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia gagal; dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat pelajaran menyelam.
Tupaipun demikian; ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang. Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar disana-sini.
Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang; tapi ia kelihatan hampir putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai rontok satu demi satu.
Demikian juga dengan binatang lainya; meskipun semua telah berusaha dengan susah payah untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.
Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya; perlahan-lahan Elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. Dan yang paling malang adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.
Akhirnya tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah. Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal, ya.... kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya..
Tidakkah kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.
Akankah nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada disekolah tersebut?
Bila kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari apa yang digambarkan oleh fabel tersebut; bayangkan betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya.
Begitupun setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya.
Belum lagi kita bicara tentang carut marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga. Masihkah kita bisa berharap dari para pelajar kita yang seperti ini. Dan seperti apa potret negeri kita kedepannya dengan melihat potret generasi penerusanya saat ini?
Apa yang menjadi biang keladi dari kehancuran sistem pendidikan di negeri ini...?
1. Sistem yang tidak menghargai proses
Belajar adalah proses dari tidak bisa menjadi bisa. Hasil akhir adalah buah dari kerja setiap proses yang dilalui. Sayangnya proses ini sama sekali tidak dihargai; siswa tidak pernah dinilai seberapa keras dia berusaha melalui proses. Melainkan hanya semata-mata ditentukan oleh ujian akhir. Keseharian siswa dalam belajar tidak ada nilainya, jadi wajar saja apa bila suatu ketika ada siswa yang berkata bahwa yang penting ujian akhir bisa, gak perlu masuk setiap hari.
2. Sistem yang hanya mengajari anak untuk menghafal bukan belajar dalam arti sesunguhnya
Apa beda belajar dengan menghafal; Produk dari sebuah pembelajaran kemampuan atau keahlian yang dikuasai terus menerus. Contoh yang paling sederhana adalah pada saat anak belajar sepeda. Mulai dari tidak bisa menjadi bisa, dan setelah bisa ia akan bisa terus sepanjang masa. Sementara produk dari menghafal adalah ingatan jangka pendek yang dalam waktu singkat akan cepat dilupakan. Perbedaan lain bahwa belajar membutuhkan waktu lebih panjang sementara menghafal bisa dilakukan hanya dalam 1 malam saja. Padahal pada hakekatnya Manusia dianugrahi susunan otak yang paling tinggi derajadnya dibanding mahluk manapun didunia. Fungsi tertinggi dari otak manusia tersebut disebut sebagai cara berpikir tingkat tinggi atau HOT; yang direpresentasikan melalui kemampuan kreatif atau bebas mencipta serta berpikir analisis-logis; sementara fungsi menghafal hanyalah fungsi pelengkap. Keberhasilan seorang anak kelak bukan ditentukan oleh kemampuan hafalannya melainkan oleh kemampuan kreatif dan berpikir kritis analisis.
3. Sistem sekolah yang berfokus pada nilai
Nilai yang biasanya diwakili oleh angka-angka biasanya dianggap sebagai penentu hidup dan matinya seorang siswa. Begitu sakral dan gentingnya arti sebuah nilai pelajaran sehingga semua pihak mulai guru, orang tua dan anak akan merasa rasah dan stress jika melihat siswanya mendapat nilai rendah atau pada umumnya dibawah angka 6 (enam).
Setiap orang dikondisikan untuk berlomba-lomba mencapai nilai yang tinggi dengan cara apapun tak perduli apakah si siswa terlihat setangah sekarat untuk mencapainya. Nyatanya toh dalam kehidupan nyata, nilai pelajaran yang begitu dianggung-anggungkan oleh sekolah tersebut tidak berperan banyak dalam menentukan sukses hidup seseorang. Dan lucunya sebagian besar kita dapati anak yang dulu saat masih bersekolah memiliki nilai pas-pasan atau bahkan hancur, justru lebih banyak meraih sukses dikehidupan nyata.
Mari kita ingat-ingat kembali saat kita masih bersekolah dulu; betapa bangganya seseorang yang mendapat nilai tinggi dan betapa hinanya anak yang medapat nilai rendah; dan bahkan untuk mempertegas kehinaan ini, biasanya guru menggunakan tinta dengan warna yang lebih menyala dan mencolok mata.
Sementara jika kita kaji lagi; apakah sesungguhnya representasi dari sebuah nilai yang diagung-agungkan disekolah itu...?Nilai sesungguhnya hanyalah representasi dari kemampuan siswa dalam “menghapal” pelajaran dan terkadang ada juga “subjektifitas” guru yang memberi nilai tersebut terhadap siswanya.
Meskipun kerapkali guru menyangkalnya, cobalah anda ingat-ingat; berapa lama anda belajar untuk mendapatkan nilai tersebut; apakah 3 bulan...? 1 bulan..? atau cukup hanya semalam saja..? Kemudian coba ingat-ingat kembali, jika dulu saat bersekolah, ada diantara anda yang pernah bermasalah dengan salah seorang guru; apakah ini akan mempengaruhi nilai yang akan anda peroleh..?
Jadi mungkin sangat wajar; meskipun kita banyak memiliki orang “pintar” dengan nilai yang sangat tinggi; negeri ini masih tetap saja tertinggal jauh dari negara-negara maju. Karena pintarnya hanya pintar menghafal dan menjawab soal-soal ujian.
4. Sistem pendidikan yang Seragam-sama untuk setiap anak yang berbeda-beda
Siapapun sadar bahwa bila kita memiliki lebih dari 1 atau 2 orang anak; maka bisa dipastikan setiap anak akan berbeda-beda dalam berbagai hal. Andalah yang paling tahu perbedaan-perbedaanya. Namun sayangnya anak yang berbeda tersebut bila masuk kedalam sekolah akan diperlakukan secara sama, diproses secara sama dan diuji secara sama.
Menurut hasil penelitian Ilmu Otak/Neoro Science jelas-jelas ditemukan bahwa satiap anak memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda. Mulai dari Instingtif otak kiri dan kanan, Gaya Belajar dan Kecerdasan Beragam. Sementara sistem pendidikan seolah-oleh menutup mata terhadap perbedaan yang jelas dan nyata tersebut yakni dengan mengyelenggaraan sistem pendidikan yang sama dan seragam. Oleh karena dalam setiap akhir pembelajaran akan selalu ada anak-anak yang tidak bisa/berhasil menyesuaikan dengan sistem pendidikan yang seragam tersebut.
5. Sekolah adalah Institusi Pendidikan yang tidak pernah mendidik
Sekilas judul ini tampaknya membingungkan; tapi sesungguhnya inilah yang terjadi pada lembaga pendidikan kita.
Apa beda mendidik dengan mengajar...?
Ya.. tepat!, mendidik adalah proses membangun moral/prilaku atau karakter anak sementara mengajar adalah mengajari anak dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa.
Produk dari pengajaran adalah terbangunnya cara berpikir kritis dan kreatif yang berhubungan dengan intelektual sementara produk dari pendidikan adalah terbangunnya prilaku/akhlak yang baik.
Ya..! memang betul dalam kurikulum ada mata pelajaran Agama, Moral Pancasila, Civic dan sebagainya namun dalam aplikasinya disekolah guru hanya memberikan sebatas hafalan saja; bukan aplikasi dilapangan. Demikian juga ujiannya dibuat berbasiskan hafalan; seperti hafalan butir-butir Pancasila dsb. Tidak berdasarkan aplikasi siswa dilapangan seperti praktek di panti-panti jompo; terjun menjadi tenaga sosial, dengan sistem penilaian yang berbasiskan aplikasi dan penilaian masyarakat (user base evaluation).
Bayangkan pernah ada suatu ketika sebuah sekolah SD yang gedungnya bersebelahan dengan rumah penduduk, dan saat itu mereka sedang belajar tentang pendidikan moral, sementara persis di sebelah sekolah tersebut sedang ada yang meninggal dunia, namun anehnya tak ada satupun dari sekelah tersebut yang datang mengirim utusan untuk berbela sungkawa di rumah tersebut. Alih-alih sekolahnya malah ribut sehingga ketua RW setempat sempat menegur pihak sekolah atas kejadian tersebut.
Mungkin wajar saja jika anak-anak kita tidak pernah memiliki nilai moral yang tertanam kuat di dalam dirinya; melainkan hanya nilai moral yang melintas semalam saja dikepalanya dalam rangka untuk dapat menjawab soal-soal ujian besok paginya.
Artikel ini di ambil dari Tulisan Dr. Thomas Amstrong, pemerhati dan praktisi Pendidikan Berbasis Multiple Intelligence dari AS, yang dibuat sekitar tahun 1990an.dan telah disesuaikan dengan konteks Indonesia saat ini.
Mari kita renungkan bersama dengan hati dan nurani kita yang terdalam dan mari kita ambil hikmahnya.
Sumber: Buku Ayah Edy Judul: I love you Ayah, Bunda Penerbit: Hikmah, Mizan Group
Langganan:
Postingan (Atom)