Subekti.Com - Untuk menghilangkan beban
pikiran akibat rutinitas sehari-hari, melakukan perjalan wisata bisa menjadi
pilihan yang tepat. Namun sayangnya, seringkali tujuan wisata tidak menjadikan
badan dan pikiran semakin segar, justru menambah stress dan capek. Misalnya,
kemacetan yang panjang menuju daerah wisata merupakan pemandangan umum di saat
musim liburan. Jika hal ini terjadi maka tujuan wisata menjadi sia-sia.
Dari
berbagai tempat wisata di Indonesia yang pernah saya kunjungi, bahkan propinsi
– propinsi yang terkenal sebagai tujuan wisata, saya merasakan ada banyak
sekali kekurangan sehingga membuat tujuan wisata menjadi rusak. Ada 5 hal yang
seringkali merusak tujuan wisata:
1.
Kesan kotor dan jorok
Tidak
sedikit tempat wisata di Indonesia terkesan kotor. Sampah terdapat di mana-mana
bahkan terkadang bau menyengat yang sangat mengganggu. Terus terang sampah yang
berserakan membuat pemandangan tidak nyaman. Ironisnya tidak sedikit
tempat-tempat wisata yang jauh dari kesan bersih dan indah.
Hal
sangat buruk seringkali saya lihat di tempat parkiran pengunjung. Ironisnya
kendaraan-kendaraan yang membawa pengunjung yang notabene juga kalangan
terdidik seperti siswa berserta guru, dan mahasiswa berserta dosennya
meninggalkan sampah berserakan. Jujur, sampah-sampah tersebut membuat pandangan
mata tidak nyaman. Bau yang menyengat seringkali membuat kepala pusing,
termasuk lalat-lalat yang berseliweran membuat kehidupan tidak sehat.
Fasilitas
umum di tempat wisata seringkali kelihatan kotor dan jorok. Tidak jarang bau toilet
yang sangat menyengat membuat mual ketika menggunakan fasilitas umum tersebut.
2.
Minimnya fasilitas publik
Minimnya
fasilitas publik seperti lahan parkir, toilet, fasilitas restauran yang bersih
dan sehat, dan tempat ibadah termasuk salah satu faktor yang merusak indahnya
wisata. Tujuan wisata yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi kekecewaan
karena minimnya fasilitas publik.
3.
Minimnya rasa aman
Tempat
wisata yang merupakan tempat umum juga didatangi tidak hanya oleh mereka yang
ingin berwisata, tetapi juga mereka-mereka yang ingin berbuat buruk dengan
memanfaatkan kelengahan orang lain. Badan yang lelah dan nikmatnya suasana
tempat wisata seringkali membuat pengunjung terlalu santai sehingga kurang
begitu penduli dengan barang-barang yang dibawanya. Kondisi seperti ini
seringkali dimanfaat oleh mereka-mereka yang ingin berbuat kriminal. Dari
beberapa tempat wisata yang pernah saya kunjungi, saya melihat minim sekali
fasilitas petugas keamanan yang disediakan oleh pengelola.
4.
Minimnya jaminan kenyamanan pengunjung
Beberapa
kali saya mengunjungi tempat wisata saya dibuat pusing oleh ulah beberapa oknum
pedagang, pengamen dan peminta-minta. Baru saja datang dari kendaraan dan
membeli tiket masuk sudah dikejar-kejar oknum pedagang. Ketika sedang bersantai
menikmati makanan, seringkali para pengamen dan pengemis menghampiri kita. Hal
yang membuat kecewa adalah banyaknya jumlah pedagang, pengamen, dan pengemis
yang mengganggu saat-saat santai tersebut. Liburan akhirnya diisi dengan
kegiatan melayani pada pedangan, pengamen, dan pengemis.
5.
Banyaknya biaya dikeluarkan ketika berwisata
Di
beberapa tempat wisata, setiap pengunjung pasti dikenai restribusi termasuk
kendaraan yang dipakai. Di tempat wisata, masih ada biaya parkir yang
dikelola oleh warga, biaya toilet yang dikelola oleh warga dll. Sungguh kondisi
seperti ini membuat pengunjung tidak akan nyaman.
Secara
pribadi akhirnya saya memutuskan untuk tidak sering-sering berwisata.
Perjalanan wisata seringkali tidak mengobati penatnya pikiran dan letihnya
badan akibat rutinitas harian. Hal lebih buruk justru terjadi ketika berwisata
ditempat-tempat yang miskin fasilitas dan kenyamanan. Bagi saya, jalan-jalan di
mall dan toko buku merupakan wisata tersendiri. Mall tempatnya lebih
bersih, ber-AC, bebas pengamen, bebas pengemis dll. Satu cangkir kopi
kental sudah bisa mengurangi penatnya pikiran. Bahkan mengelola kebun sendiri
juga termasuk wisata yang murah meriah. Bagaimana dengan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar