Selasa, 16 November 2010

Tips Anak Belajar Online

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Disusun oleh: Sumardiono
Email: aar@rumahinspirasi.com

Salah satu tools yang dapat dipergunakan untuk melatih anak menjadi pembelajar mandiri adalah materi-materi online. Berikut ini beberapa tips untuk belajar secara online:

1. Membangun ketertarikan
Untuk membuat anak menjadi pembelajar mandiri, anak tak bisa dilepaskan begitu dengan materi belajarnya dan kemudian kita mengharapkan mereka menjadi seorang pembelajar mandiri. Hal pertama yang harus dibangun adalah merangsang ketertarikan anak. Ketertarikan anak itu bisa dibangun dengan membuat kita (orangtua) tertarik terlebih dahulu. Kalau orangtua sendiri suka dan tertarik dengan materi yang ada, orangtua lebih mudah menarik perhatian anak. Tetapi kalau kita sendiri tak suka, tentunya akan menjadi sulit untuk meyakinkan dan menarik perhatian anak.

2. Keterlibatan
Setelah orangtua tertarik, orangtua harus terjun dan mencoba sendiri sehingga dapat merasakan (feels) materi online yang dipelajari. Mencoba dan merasakan sendiri berbeda dengan sekedar melihat dan mengetahui. Setelah itu, orangtua dapat memberi contoh kepada anak. Jika materi yang dipelajari memang menarik, tak sulit buat anak-anak generasi digital (digital natives) untuk mempelajari dan beradapatsi. Bahkan, mereka bisa dengan cepat berjalan sendiri dan melampaui orangtua.



3. Pendampingan
Ketika anak sudah tertarik dan mencoba sendiri materi belajar online, proses selanjutnya yang diperlukan adalah pendampingan. Pendampingan bukan berarti selalu menemani anak saat online. Unsur pokok dalam pendampingan adalah membangun kenyamanan pada anak bahwa orangtua selalu siap sedia untuk membantu jika diperlukan. Proses pendampingan ini juga dengan sesekali menengok dan menemani serta membahaskan materi yang sedang dimainkan/dipelajar i. Pembahasan dan pembicaraan itu dapat dilakukan pada saat makan bersama atau melalui cerita kepada orang lain (yang diketahui anak) untuk menunjukkan bahwa hal yang dilakukan anak itu cool, keren, asyik, dan penting.

4. Feedback
Ketika anak sudah merasa nyaman dan berkembang dengan materi yang dipelajarinya, orangtua dapat memberikan feedback untuk meningkatkan kualitas belajar anak. Proses yang terjadi bisa dua-arah: saling tanya-jawab, berkomentar, dan berdiskusi. Anak diberdayakan untuk menjadi guru dan orangtua membuka diri untuk diajari anak. Jika dilakukan dengan genuine (bukan pura-pura), proses ini akan sangat positif dan membangun kepercayaan diri pada anak.

Sumber: http://rumahinspirasi.com

Benarkah Berenang Tingkatkan Kecerdasan Anak?

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Sumber: VIVAnews

Mengajarkan anak berenang sejak dini ternyata memiliki banyak manfaat. Selain menyehatkan, aktivitas olahraga air itu juga bermanfaat merangsang perkembangan otak anak. Tim peneliti di Queensland percaya bahwa berenang bisa meningkatkan kecerdasan anak.

Sebuah proyek penelitian Universitas Griffith menganalisa lebih 10 ribu anak lima tahun ke bawah untuk mengetahui pengaruh berenang terhadap perkembangan fisik, sosial, intelektual, dan kemampuan bahasa.



Seperti dilansir dari Times of India, Profesor Robyn Jorgensen mengatakan bahwa anak yang memiliki rutinitas berenang cenderung lebih percaya diri dibandingkan dengan anak seusianya yang tak memiliki rutinitas tersebut.

Penelitian ini sudah berjalan setidaknya dua tahun untuk merekam perkembangan anak-anak selama belajar berenang. "Data awal yang kami dapat memberikan kabar perkembangan cukup positif," katanya. "Bahkan anak-anak yang ikut sekolah berenang terlihat berkembang lebih bagus dalam kehidupannya. "



Jorgensen mengatakan penelitian juga memantau 60 perenang muda yang diambil secara acak dari sejumlah sekolah di Australia untuk mendukung penelitian. Berdasarkan penelitian, anak yang sejak kecil diajarkan berenang memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diajari berenang sejak kecil.
http://kosmo.vivanews.com/news/read/186565-benarkah-berenang-tingkatkan-kecerdasan-anak

Sekolah Belum Tanamkan Sadar Bencana

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.



Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan di sekolah-sekolah Indonesia seharusnya mengajarkan anak-anak didik untuk hidup harmonis bersama alam. Dengan pengetahuan lingkungan yang kuat, anak-anak Indonesia akan mampu memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan serta menjaga alam sebaik-baiknya guna mencegah terjadinya bencana atau kerugian yang lebih besar dari fenomena alam. Kunci utama dari persoalan ini sebenarnya bagaimana kurikulum dalam pendidikan kita itu memiliki roh utama tentang lingkungan.

"Di tengah banyaknya bencana alam yang terjadi, memang, pendidikan kebencanaan mutlak diperkuat di sekolah-sekolah sejak dini. Tetapi, kunci utama dari persoalan ini sebenarnya bagaimana kurikulum dalam pendidikan kita itu memiliki roh utama tentang lingkungan," kata Lendo Novo, pemerhati pendidikan lingkungan yang juga penggagas Sekolah Alam, di Jakarta, Rabu (3/11/2010).



Menurut Lendo, bencana alam yang terutama karena ulah manusia serta ketidaksiagaan masyarakat mengantisipasi bencana, tidak lepas dari kontribusi kesalahan pada sistem pendidikan nasional. Hal itu terjadi karena pemahaman masyarakat soal prinsip-prinsip lingkungan sekitar dan dampak baik-buruknya dalam kehidupan sehari-hari sangat terbatas.

Sekolah sendiri tidak menjadi contoh atau representasi dari peduli lingkungan dan siaga bencana. Bangunan sekolah yang tahan gempa, misalnya, masih minim. Pendidikan bagi siswa untuk mengantisipasi adanya bencana alam juga belum secara sadar dilakukan pihak sekolah.

Lendo menambahkan, sudah semestinya pemerintah mewajibkan sekolah untuk memperkenalkan kepada siswa tentang peta gempa atau bencana nasional yang sebenarnya sudah ada. Siswa akan tahu dan sadar bagaimana lingkungan yang dihadapinya dan dibekali dengan keterampilan untuk mengantisipasi datangnya bencana alam tersebut.



Salah satunya, dengan membuat buku soal daerah rawan bencana dan cara mengantisipasinya. Buku-buku tersebut mesti disebarkan ke sekolah, sambil tetap
membiasakan siswa dengan latihan-latihan siaga bencana.

"Coba kita contoh pendidikan di Jepang. Anak-anak sejak usia TK sudah tahu bahwa mereka hidup di daerah rawan gempa dan tahu bagaimana mengantisipasinya. Ketika besar, kesadaran itu ada dengan ketaatan mengikuti aturan membangun rumah tahan gempa, misalnya," ujar Lendo.

Lima Makanan Pantangan Anak

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.



Sayang anak bukan berarti memberinya segala jenis makanan dan minuman yang disukainya. Seperti gorengan, burger, camilan kemasan atau kentang goreng. Sebagai orang tua yang cerdas memilih makanan dan minuman yang sehat serta aman untuk anak tercinta sangat penting. Kami yakin Anda yang memiliki anak sudah mengetahui makanan mana saja yang tidak sehat, memiliki pengawet atau pewarna. Tapi tahukah Anda kalau makanan dan minuman ini sebenarnya tidak baik untuk kesehatan dan perkembangan anak-anak? Meski kita rutin menyantapnya. Berikut beberapa santapan yang kurang sehat untuk anak Anda, seperti yang dilansir situs Shine:

1. Roti putih, meses dan selai botol
Makanan yang dibuat dari terpung terigu ini menjadi favorit banyak orang yang tinggal di perkotaan sebagai asupan sarapan saat pagi hari. Menyiapkannya mudah, mengenyangkan dan harganya relatif murah. Tapi roti putih berpotensi membuat anak Anda gemuk karena kandungan karbohidratnya tinggi. Selain itu roti putih juga minim kandungan gizi. Makin berpotensi membahayakan kesehatan jika ditambah olesan selai botol dan meses. Selai botol dan meses buatan pabrik terdapat kandungan bahan pengawet, pewarna dan gula dalam konsentrasi tinggi. Jika terlalu sering dikonsumsi dalam jangka waktu panjang bisa merusak gigi, mulut dan ginjal anak Anda. Gantilah roti putih dengan roti gandum. Roti gandum dikenal memiliki serat tinggi dan karbohidrat rendah. Jika tak suka rasanya yang tawar, bisa ditambahkan dengan kismis.

2. Kentang panggang dan Roti goreng (pretzel)
Jajanan yang satu ini bukan hanya anak-anak yang doyan, orang dewasa pun demikian. Rasanya gurih dan mengenyangkan. Tapi kentang panggang dan roti goreng punya kandungan lemak dan garam yang tinggi. Nutrisinya juga rendah sehingga kurang bermanfaat untuk daya tahan anak Anda. Jika ingin kentang panggang yang sehat, tambahkan keju dan daging cincang agar kadar proteinnya tinggi. Jangan lupa brokoli yang direbus tidak terlalu lama sangat baik menangkal sejumlah penyakit.



3. Susu
Susu baik bagi anak. Susu memiliki kandungan vitamin D dan kalsium yang baik bagi pertumbuhan tulang anak. Tapi jangan terlalu lama memberikan susu kepada anak karena kandungan lemaknya tinggi. Lemak yang berlebih pada anak bisa mengakibatkan obesitas atau berat badan yang tidak seimbang. Jika anak mengalami obesitas, ia akan mengalami kesulitan dalam bernafas, beraktivitas, bergaul dan bisa menyebabkan gangguan jantung atau diabetes. American Academy of Pediatric menganjurkan agar anak yang berusia di atas dua tahun lebih baik meminum susu rendah lemak (low fat milk). Susu rendah lemak tetap mengandung vitamin D dan kalsium, tapi kadar lemaknya rendah. Tapi akan lebih baik jika anak mendapat air susu ibu (ASI), minimal untuk enam bulan pertama setelah dilahirkan.

4. Pasta apel
Pasta apel, terutama di masyarakat Amerika Serikat, sangat digemari. Harganya murah, praktis dan lezat. Tapi pasta apel tidak sehat karena banyak mengandung bahan pengawet dan gula. Bahan pengawet jika dikonsumsi berlebih bisa berakibat kanker. Gula yang terlalu banyak membuat gigi keropos dan berpotensi kegemukan serta diabetes. Apel atau buah segar tetap yang paling baik. Biasakan anak-anak menyantap buah segar agar gigi mereka kuat, tidak sariawan, pencernaannya lancar dan jarang sakit flu. Jika anak enggan mengunyah buah, Anda bisa mengirisnya lalu mencampurnya dengan susu rendah lemak dan sereal gandum.
Tapi ingat, buah yang sehat dan segar adalah yang disantap tidak lebih dari lima jam setelah dikupas/dipotong.



5. Makanan kemasan dan minuman soda
Ini salah satu produk yang paling menggoda. Kemasannya menarik mata dan rasanya disukai anak-anak. Sebagian besar makanan kemasan mengandung bahan pengawet. Selain itu kandungan penyedap rasanya (MSG) tinggi. Penyedap rasa tidak baik untuk kecerdasan anak. Selain itu penyedap rasa bisa membuat sariawan bahkan iritasi mulut. Soda pun demikian. Kandungan gulanya tinggi. Bisa menyebabkan keropos pada gigi anak-anak. Juga berpotensi mengakibatkan keropos tulang dini.
Biasakan anak Anda minum air putih, jus buah segar atau susu rendah lemak. Untuk makanan kemasan, ganti yang terbuat dari rumput laut atau makanan laut. Kedua snack jenis ini tinggi protein, rendah garam dan MSG.
Nah, sebagai orang tua, biasakan Anda memberi contoh makanan dan minuman apa saja yang baik untuk dilahap. Meminta atau mengomeli anak bukan contoh yang baik. Jika asupan anak bergizi dan berimbang, sang buah hati pun akan memiliki daya tahan tubuh dan kecerdasan yang baik.

Disusun oleh:
Fajar AP; redaksi@yahoo-inc.com

Pilih Ketua OSIS, Siswa SMP Pakai E-Voting

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.



Euphoria penggunaan teknologi e-voting dalam memilih seorang pemimpin rupanya menular juga ke kalangan siswa di Jembrana. Seolah tidak mau kalah dengan pemilihan kepala dusun/kepala lingkungan, ratusan siswa SMPN 1 Negara mengadopsi sistem pemilihan yang kini sedang hangat dibicarakan untuk memilih Ketua OSIS periode 2010-2011.

Sabtu (13/2), sejak pukul 07.30, 817 siswa SMPN 1 Negara telah memenuhi lapangan sekolah yang terletak di Jalan Ngurah Rai, Jembrana menunggu digelarnya pemilihan ketua OSIS dengan e-voting. Ratusan siswa tersebut akan memilih satu diantara enam kandidat calon ketua OSIS yang kesemuanya masih duduk di kelas VIII untuk menggantikan Tri Utami Handayani, yang saat ini bersiap-siap lengser dari jabatannya sebagai ketua OSIS periode 2009-2010.

“Saya ingin mengajarkan anak-anak berdemokrasi melalui pemilihan ketua OSIS dengan e-voting”, ujar Kepala SMPN 1 Negara, I Ketut Budiarsa di sela-sela memantau persiapan pemilihan.

Menurut Budiarsa, pihaknya sengaja mengadopsi e-voting dalam pemilihan ini karena selain akurat juga tidak membutuhkan waktu lama. “Selama saya jadi kepala sekolah sudah empat kali dilakukan pemilihan ketua OSIS namun baru kali ini kami melakuannya dengan e-voting”, katanya.

Ketika jarum jam menunjukkan tepat pukul 08.00, pemilihanpun dimulai. Satu persatu siswa tampak tertib berbaris menuju tempat verifikasi.

Setelah lolos verifikasi, siswa-siswa tersebut langsung menuju dua bilik suara yang telah dipersiapkan. Di masing-masing bilik suara tersebut, telah tersedia satu unit komputer lengkap dengan card reader dan satu unit printer.

Ketika kartu Jembrana Smart School (JSS) diletakkan di card reader tersebut, terpampanglah enam foto kandidat calon yang siap untuk disentuh.

Seusai pemilih menyentuh kandidat calon yang dijagokannya, maka secara otomatis printer akan mencetak nomor calon pilihannya. Para pemilih langsung memasukkan cetakan nomor tersebut ke dalam kotak.

“Ini untuk antisipasi saja, siapa tahu ada calon yang tidak puas, kita bisa hitung manual melalui kertas ini”, ujar I Putu Agus Swastika, M.Kom, koordinator Tim IT Pemkab Jembrana yang ikut mengawasi jalannya pemilihan.

Setelah dilakukan pemilihan yang hanya memakan waktu dua jam saja, Nanda Pebri Prasetia calon nomor urut 1 berhasil mengumpulkan suara terbanyak dengan 395 suara. Dengan demikian, siswa berkaca mata ini berhak duduk menjadi Ketua OSIS SMPN 1 Negara periode setahun mendatang yang didampingi oleh Grace Vitaloka sebagai wakilnya setelah dalam pemilihan menduduki posisi kedua dengan meraih 159 suara.

“Ternyata dengan sistem ini cepat sekali diketahui hasilnya. Kayaknya, baru kami saja di Indonesia yang melakukan pemilihan ketua OSIS dengan e-voting”, ujar Erna, salah seorang siswa kelas VII. Sedangkan, Tri Utami mengaku kini bisa bernafas lega lantaran penggantinya sebagai ketua OSIS sudah bisa dipastikan.

“Sekarang saya sudah lega karena dengan waktu dua jam, saya sudah tahu siapa yang menggantikan saya. Kalau dulu pemilihan dengan manual, harus menunggu hingga sore”, ujar Tri Utami ketua OSIS yang bakal digantikan Nanda.

Bupati Jembrana, I Gede Winasa yang sempat meninjau jalannya pemilihan mengatakan SMPN 1 Negara memang sengaja dipersiapkan menjadi salah satu sekolah sampel dalam penerapan teknologi di Jembrana, termasuk pemilihan ketua OSIS dengan e-voting. “Dengan sistem ini, sekaligus juga kita mengajarkan siswa kalau demokrasi itu bisa berjalan dengan baik tapi dengan biaya murah”, tandasnya. (dey)

Sumber: http://www.beritaba li.com

Senin, 15 November 2010

Free Dua Bulan Akses Indismart bagi Pelanggan Speedy

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.

Rabu, 03 November 2010

Mendiknas Tegaskan Pentingnya Profesionalitas Guru

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




dicopas dari milis IGI

SURABAYA- Menteri Pendidikan Nasional Prof.Dr. Muh Nuh, DEA menegaskan pentingnya profesionalitas guru.  Pemerintah menaruh perhatian luar biasa untuk meningkatkan dan mendorong terwujudnya guru yang bermutu, berkompeten dan professional. Untuk tujuan ini, pemerintah mengalokasikan sebagian besar anggarannya untuk memberikan penghargaan bagi guru yang professional.

 “Pemerintah mengalokasikan 70% anggaran pendidikan untuk gaji guru dan dosen. Ini angka yang sangat besar,” tegas M. Nuh, dalam sambutan seminar “Guru Menulis” yang diselenggarakan Ikatan Guru Indonesia (IGI) bekerja sama dengan Harian Umum KOMPAS, di Gedung PDAM Surabaya, Minggu (31/10).  Tahun ini, anggaran pendidikan mencapai Rp 243 trilyun.   Sekitar 10%  dari jumlah itu dipakai untuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sisanya, 20%, untuk membangun infrastruktur dan lainnya.

Mendiknas berharap  alokasi dana yang sangat besar ini berdampak pada meningkatkan profesionalitas guru. “Kalau gajinya besar, seharusnya imbal baliknya, guru harus meningkatkan kemampuannya, sehingga hasilnya sepadan, sumbut antara gaji besar dengan peningkatan mutunya,” tegas M. Nuh.



 Tidak boleh lagi ada guru yang  tidak mau belajar. Dulu, katanya, guru itu menjadi rujukan masyarakat,s ebagai tempat bertanya. Sekarang, masyarakat sudah semakin pandai. Seharusya, guru meningkatkan kompetensinya terus-menerus agar masyarakat tetap menghormatinya sebagai guru. “Profesionalitas harus dilakukan secara sadar dan terus-menerus. Guru itu harus belajar, belajar, belajar,” paparnya.

Saat ini, dari 2,6 juta guru di Indonesia,  hanya sedikit sekali yang bisa naik pangkat dengan cepat. Ini disebabkan guru-guru tidak bisa menulis karya tulis ilmiah. Pemerintah mensyaraatkan penulisan karya ilmiah agar guru  mampu menulis dan meningkatkan kompetensinya. Angkanya memprihatinkan. Guru dengan golongan IV b hanya 0,87%, golongan IVc hanya sekitar “James Bond” yaitu 0,007%, serta IV d 0,002%.  Sampai November 2009,  terdapat 569, 611 (21,84) guru yang kariernya mentok  di IV a. “Karena itulah saya senang sekali jika ada kegiatan-kegiatan seperti ini. Kegiatan ini penting sekali untuk meningkatkan profesionalitas guru agar guru-guru bisa menulis,” tuturnya.

Ketua Ikatan Guru Indonesia Satria Dharma menyambut baik kehadiran Mendiknas di acara ini. “Ini menunjukkan Mendiknas sangat peduli pada guru-guru yang ingin belajar menulis. Kami berharap dukungan Mendiknas ini tidak disia-siakan guru. Teruslah belajar dan belajar. IGI akan sekuat tenaga memfasilitasi keinginan guru untuk belajar meningkatkan kompetensinya,” tegas Satria Dharma.



Menurutnya, menulis sangat penting bagi karier guru. IGI bekerja sama dengan harian umum Kompas dan Surya akan memfasilitasi agar karya tulis guru bisa dimuat secara berkala. “Guru diajari menulis. Setelah itu tulisannya akan dimuat di media massa. Ini kesempatan baik agar guru bisa menulis sekaligus bisa mendapatkana kredit point untuk kepentingan kenaikan pangkat. Itu artinya guru berpotensi mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangannya,” terang Satria.
Dalam kesempatan itu, Mendiknas mengeluarkan informasi baru tentang ranking pendidikan Indonesia di antara Negara-negara di dunia.  Catatan Global Competitive Index (GCI) mencatat kemajuan berarti pendidikan di Indonesia. Tahun lalu, 2009-2010, rangking Indonesia menempati  54 dari sejumlah negara di dunia. Indonesia masih kalah oleh Thailand dan Malaysia. Kini, tahun 2010-2011,  ranking GCI naik menjadi ranking 44. “Peningkatan ini sangat berarti bagi kemajuan pendidikan kita dan itu semua berkat guru-guru yang berdedikasi,” katanya.

Kondisi  antara jumlah guru dengan siswa juga masih tergolong baik. Satu guru mengajar 19 orang siswa. Angka ini masih tidak berbeda jauh dengan Singapura yang mengajar 16 guru.  Persoalannya kualitas guru memang masih menjadi pertanyaan. Dalam sertifikasi portofolio,  hampir sebagian besar guru tidak meningkat kualitasnya. Begitu diberi terapi sertifikasi melalui PLPG, kemampuan guru perlahan mulai membaik.

Dalam kesempatan itu, Mendiknas menayangkan sejumlah foto mahasiswa miskin yang menerima bantuan beasiswa. Sejumlah guru, peserta pelatihan, terharu dan menangis melihat foto-foto itu. Dalam foto terlihat rumah gubuk milik mahasiswa penerima beasiswa. (her)

Jadilah Pendongeng yang Ekspresif

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.


Sumber: Kompas




Ceritakan hal yang berbeda-beda pada Si Kecil.
Ingatkah Anda saat si kecil menyodorkan buku cerita dan meminta Anda membacakan cerita saat ia hendak tidur? Manfaatkan momen seperti ini, tak hanya makin mendekatkan hubungan Anda dengan anak, tetapi juga memberikan pendidikan baginya. Sebab, para ahli berpendapat bahwa dongeng dapat menjadi salah satu media yang efektif dalam mendidik anak. Namun, bagaimana cara mendongeng yang benar agar pesan dapat tersampaikan dengan benar? Kak Kusomo yang dikenal sebagai raja dongeng membagi beberapa tips cara mendongeng yang baik:

1. Pendongeng harus ekspresif. Untuk menarik perhatian anak, seorang pendongeng harus dapat berekspresi dan enerjik. "Kalau pendongeng lemas dan datar dalam mendongeng, mana ada anak yang mau mendengar," ujar Kak Kusomo. Menurutnya, dalam mendongeng harus ada perubahan intonasi, mimik wajah, dan gerakan tubuh. "Oleh karena itu, untuk menjadi pendongeng ekspresif, mimik wajah, intonasi, dan bahasa tubuh harus terus dilatih."



2. Banyak membaca. Menurut Kak Kusomo, seorang pendongeng harus mempunyai banyak cerita. Pasalnya, anak akan bosan jika terus-menerus mendengar cerita yang sama. "Perbanyaklah membaca cerita-cerita rakyat atau literatur lain. Dengan begitu, pendongeng juga dapat berimprovisasi dalam mendongeng," tutur Kak Kusomo.

3. Memilih cerita yang mempunyai pesan. Tidak semua cerita rakyat mempunyai pesan moral yang bagus bagi anak-anak. "Ada beberapa cerita rakyat yang tidak cocok untuk anak, misalnya tentang perang saudara dan lain-lain. Jadi pilihlah cerita-cerita yang pesan moral atau budayanya dapat ditiru anak," lanjutnya.



4. Sesuaikan dengan usia anak. Kak Kusomo menuturkan tiap-tiap tingkatan umur. Untuk umur di bawah 5 tahun, dongeng yang cocok adalah mengenai lingkungan, seperti cerita hewan atau tumbuhan. Pada umur 5-7 tahun, anak boleh mulai dikenalkan dengan cerita rakyat. Selanjutnya, anak pada umur 9-12 tahun cocok dengan cerita mengenai fiksi, seperti petualangan. Usia maksimal anak diberi dongeng adalah umur 12


Berjalan Kaki Ke Sekolah, Salah Satu Pendidikan Karakter

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Ditulis oleh: "Suwandi Andi" 
suwandi.view@gmail.com



Berjalan kaki ke sekolah, dari gerbang sekolah ke kelas…why not? Anak anak sekolah full day yang terbiasa dengan antar jemput baik pribadi maupun sekolah selalu termanjakan oleh armada ini, dari rumah dijemput mobil ber-ac, sampai sekolah disambut segarnya ruangan kelas ber-ac dan pulang diantar dengan mobil ber-ac juga. Bayangkan jika kebiasaan ini menjadi kebutuhan setiap orang, bisa kita bayangkan imbasnya pada kharakter anak serta dampaknya terhadap lingkungan. 

Untuk menanamkan pendidikan kharakter sekolah sekolah berkategory full day melaksanakan program berjalan kaki. Program ini diluncurkan sebagai bagian dari komitmen sekolah pada kepedulian lingkungan dan kesehatan siswa. Ada beberapa manfaat dari program ini. Manfaat program ini adalah :



a. Berjalan kaki ke sekolah akan mengurangi stress pada anak, menurunkan resiko obesitas dan mengurangi resiko serangan jantung ketika mereka dewasa. Menurut hasil studi tentang tingkat stress yang dilakukan oleh peneliti di Buffalo, Amerika Serikat menunjukkan bahwa para siswa yang terbiasa berjalan kaki ke sekolah mengalami kenaikan detak jantung sekitar tiga denyut permenit ketika mereka dihadapkan pada soal yang sulit. Sementara murid yang ke sekolah dengan mengendarai mobil mengalami kenaikan 11 denyut permenit (kenaikan detak jantung menunjukkan tingkat stress yang dialami). Berdasarkan jurnal Medicine & Science in Sport & Exercise edisi Agustus, para siswa yang naik mobil ke sekolah dua kali lebih rentan stres ketimbang siswa yang berjalan kaki (liputan6.com).

b. Berjalan kaki ke sekolah akan melatih fisik anak karena dengan berjalan kaki, sejumlah 200 otot bergerak secara simultan, persendian menjadi lebih kuat dan tulang menjadi lebih sehat. Dengan melatih fisiknya, maka energy yang dimiliki anak akan menjadi lebih besar dan lebih siap untuk belajar.



c. Berjalan kaki ke sekolah akan memberikan kesempatan anak untuk bertemu dengan teman-temannya, membuat pertemanan baru, menciptakan permainan baru sambil berjalan ke sekolah, meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian anak.

d. Berjalan ke sekolah akan mengurangi volume kendaraan yang lalu lalang sehingga kemacetan bisa teratasi dan udara akan menjadi lebih segar karena terjadi pengurangan tingkat emisi di kawasan yang biasanya padat kendaraan.


Tak Ada Cara Instan Cerdaskan Anak

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.






Ditulis oleh: "Mohammad Ihsan" 
ihsan@igi.or.id


JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak ada guna bagi orangtua menyertakan anaknya dalam pelatihan aktivasi otak tengah yang diklaim bisa mencerdaskan seorang anak dalam waktu singkat. Untuk membuat anak menjadi pintar, orangtua harus menekankan buah hatinya agar rajin belajar sambil membangkitkan minat dan bakat.

"Saya melihat pelatihan aktivasi otak tengah itu tidak bermanfaat karena tidak mungkin seorang anak jadi pintar dalam dua hari," ujar guru besar Psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan Sarwono, Jumat (29/10/2010) di Jakarta.

Pria yang akrab disapa Mas Ito ini ragu bahwa kecerdasan anak bisa meningkat dengan cepat dalam 48 jam. "Untuk orangtua yang berpunya, uang sebesar Rp 3,5 juta itu tak seberapa. Tapi, kasihan pada sang anak kalau gagal memenuhi harapan ayah dan ibunya, menjadi orang pandai seperti Einstein," tutur pakar Psikologi Sosial itu.

Mas Ito juga memastikan bahwa di dalam psikologi tidak dikenal istilah aktivasi otak tengah atau mid-brain. Ia mengkhawatirkan, anak bisa menjadi takut kalau dipaksa oleh orangtuanya untuk ikut kegiatan yang mengklaim otak tengah anak masih dapat diaktifkan.



Menurut Sarlito, kecerdasan seorang anak tergantung pada sikap rajin belajar si anak. Orangtua perlu memberikan latihan asosiasi kepada anaknya.

"Orangtua juga harus mencari minat dan bakat yang dimiliki anak hingga kemudian orangtua terus berusaha mendukung dan membangkitkan minat dan bakat tersebut," kata peraih gelar doktor pada tahun 1978 di University of Leiden, Belanda, itu.

Sarlito meminta kalangan guru untuk memberikan pengajaran yang menyenangkan dan menghibur bagi muridnya sehingga ilmu bisa lebih cepat diserap tanpa disertai kebosanan dan ketakutan. "Saya yakin anak mampu menjadi sosok yang cerdas apabila sang anak diberikan dorongan dan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakatnya sendiri. Dan, untuk mencapai titik cerdas itu, tidak cukup dalam waktu instan," ungkapya.

dimuat di http://m.kompas. com/news/ read/data/ 2010.10.29. 22483634


Mohammad Ihsan
Sekjen Ikatan Guru Indonesia

Selasa, 26 Oktober 2010

Tinjauan Buku: STONES INTO SCHOOLS

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Oleh: "Satria Dharma"

Jika Anda punya sedikit waktu untuk membaca di pagi, siang atau malam hari maka saya menganjurkan Anda untuk membaca buku “Stones into Schools”, sebuah buku tentang perjuangan Greg Mortenson dalam membangun lebih dari 145 sekolah di Pakistan dan Afghanistan selama 17 tahun ini. Buku ini adalah sekuel memoar laris “Three Cups of Tea” yang bukunya telah terjual 3,4 juta kopi dan diterbitkan di tiga lusin negara di seluruh dunia dan bertahan sebagai buku terlaris New York Times untuk kategori jenis nonfiksi selama tiga tahun terus menerus!

Fakta ini saja sebenarnya cukup untuk membuktikan bahwa buku ini dahsyat! Sebuah buku yang patut untuk Anda baca dan sebarluaskan semangatnya pada siapa saja yang ingin memiliki hidup yang memiliki arti bagi orang lain. Buku ini bahkan menjadi buku bacaan wajib bagi para perwira militer yang mengikuti pendidikan penumpasan pemberontakan (countersurgency) di Pentagon. Buku ini dapat mengajar para perwira tersebut agar mereka memahami semangat dan visi Greg Mortenson dalam membangun peradaban di negara yang diluluhlantakkan oleh perang yang tiada henti.

Buku ini diberi kata pengantar oleh Khaled Hosseini, penulis novel fenomenal laris “The Kite Runner”, yang memberikan penghargaan yang tinggi terhadap upaya Greg Mortenson untuk membangun sekolah di negara-negara yang luluh lantak oleh perang dan pertikaian suku itu. Greg tidak hanya membangun sekolah bagi anak-anak di daerah sangat terpencil di sudut-sudut dunia yang tak terbayangkan oleh kita tapi ia juga mengutamakan dedikasinya tersebut bagi anak-anak perempuan yang paling menderita oleh karena situasi perang dan pertikaian tersebut.



Greg percaya pada fenomena ‘Girl Effect’ pada pepatah Afrika yang menyatakan “Jika kita mengajar anak laki-laki, kita mendidik individu; tapi jika kita mengajar anak perempuan, kita mendidik satu komunitas.” Dari upayanya ini Greg berhasil menumbuhkan anak-anak perempuan yang berasal dari suku paling terpencil di Pakistan dan Afghanistan menjadi pahlawan dan pemimpin komunitasnya masing-masing, sesuatu yang bahkan takkan terbayangkan waktu sekolah itu dibangun.

Upaya-upaya serius untuk mempromosikan sekolah untuk anak perempuan agar dapat menjadi bagian dari pendidikan komunitas yang diprakarsai oleh Greg juga berlangsung di seluruh penjuru dunia, dari Guatemala dan Mesir hingga Bangladesh dan Uganda. Dan itu semua dimulai dari kunjungan pertama Greg ke desa Balti di pegunungan di Afghanistan (ia tersesat dan ditolong oleh penduduk desa itu saat itu) ketika Haji Ali berkata padanya. ”Pada cangkir teh pertama yang kamu minum bersama kami, kamu masih orang asing. Pada cangkir kedua, kau adalah teman. Tapi pada cangkir ketiga, kau menjadi keluarga – dan demi keluarga, kami bersedia melakukan apa saja, bahkan mati.” Greg telah minum bercangkir-cangkir teh bersama para penduduk gunung dan daerah-daerah paling terpencil di Afghanistan dan Pakistan dan ia bersedia untuk mati berkali-kali untuk membantu mereka, keluarga barunya, yang dibelanya begitu gigih. Begitu fantastisnya apa yang dilakukan oleh Greg sehingga bahkan membayangkannya saja telah membuat saya gemetaran. “Tashakor, Greg jan, atas semua yang telah Anda lakukan.” Demikian kata Khaled Hosseini dalam kata pengantarnya. Ya, Greg Mortenson adalah pahlawan dalam arti sesungguhnya. ....

baca selanjutnya di :
·         http://satriadharma.wordpress.com/2010/10/25/stones-into-schools/#more-317
·         http://satriadharma.com/index.php/2010/10/25/stones-into-schools/#more-206
·         http://satriadharma.com/

Bangun Generasi Baru Berkarakter!

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Oleh: Yudhistira ANM Massardi


NABI Muhammad Saw menganjurkan agar para orangtua mengajari anak-anak mereka menunggang kuda, memanah, dan berenang, sejak usia dini. Para orangtua Yahudi mengajari anak-anak mereka main piano, menembak, dan berlari. Para pemimpin Jepang, setelah dikalahkan oleh Sekutu dalam Perang Dunia II, langsung  memerintahkan agar bangsanya segera mengambil oper olahraga utama bangsa penakluknya, Amerika Serikat: bisbol. Bangsa Brasil, identik dengan sepakbola dan tarian samba. Bangsa Rusia identik dengan catur dan balet. Bangsa China identik dengan ping-pong dan senam. Bangsa Inggris identik dengan cricket dan polo.
Negara-negara tersebut, telah memilih dan memutuskan jenis olahraga dan seni yang diberi dukungan penuh. Untuk itu, negara menyediakan sarana dan prasarananya: dari sekolah pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi. Dengan  demikian, seluruh bangsa, setiap keluarga, setiap anak, siap untuk ambil bagian, termasuk berkompetisi sepanjang tahun, penuh semangat.



Tuhan memberikan tiga kemampuan dasar bagi manusia untuk belajar: kemampuan penglihatan (visual), kemampuan pendengaran (auditori), dan kemampuan raga (kinestetik). Ketiga kemampuan itu harus diasah dan ditingkatkan agar manusia bisa mencapai tingkatan paripurna: seluruh kecerdasan jamaknya terbangun optimal. Untuk itu, negara dan bangsa harus memberikan dukungan penuh. Tanpa itu, maka tujuan pendidikan yakni, --“...agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No 20 Th 2003/Sisdiknas) “-- tidak akan bisa dicapai.

Nabi Muhammad dan para pemimpin bangsa-bangsa besar paham: membangun karakter dan kecerdasan bangsa, harus dimulai sejak anak usia dini; dan itu dilakukan melalui main. Para pakar pendidikan modern, seperti Charles H. Wolfgang, merumuskan bahwa untuk membangun kecerdasan jamak anak-anak usia dini, perlu dilakukan stimulasi melalui tiga macam main: Main Sensorimotor (Fungsional) , Main Peran Makro dan Mikro (Simbolik), Main Pembangunan Sifat Cair dan Terstruktur. Sara Smilansky kemudian menambahinya dengan: Main dengan Aturan. Pada saat sebelum, selama dan sesudah main, kepada anak diberikan pijakan main yang berisi ilmu pengetahuan, aturan, penuturan kembali pengalaman main, dan evaluasi. Orang dewasa/guru perlu mendampingi agar anak bisa memahami dan memaknai seluruh proses, aturan dan tujuan main secara baik dan benar, secara kronologis, ilmiah, maupun akidah.



Bangsa Indonesia harus melalui proses dari awal. Menetapkan jenis main yang akan menjadi identitas bangsa (bulutangkis, misalnya), dan negara (Kemendiknas, Kemendagri, Kemenpora) beserta seluruh masyarakat menjadikannya sebagai gerakan nasional yang kompetitif dan berkelanjutan.

Melalui aktifitas olehraga sejak dini, anak-anak secara jasmani dibiasakan hidup sehat dan bugar. Melalui aturan main dan disiplin dalam pelatihan dan pertandingan, mereka dibiasakan bekerja dalam aturan, memahami batasan-batasan, dan kerja-keras untuk mencapai hasil optimal.

Pada waktu latihan pemanasan dan pertandingan, para suporter menyanyikan lagu-lagu daerah/nasional/ patriotis, sehingga semua merasakan getar identitas dan jati diri sebagai warga bangsa. Kompetisi yang berlangsung di tiap wilayah dan berlanjut ke tingkat nasional, akan melatih mental mereka untuk siap menang dan juga siap kalah. Jika sportifitas dijaga dan ditegakkan, maka kita bisa menghasilkan satu generasi baru yang tahan banting dan berdisiplin.



Dengan setiap jenis olahraga, anak-anak dicerdaskan secara kinestetik, visual dan auditori. Kecerdasan jamaknya juga terbangun secara simultan. Yakni, Kecerdasan linguistik (cerdas kosakata), Kecerdasan logika dan matematika (cerdas angka dan rasional), Kecerdasan spasial (cerdas ruang/tempat/ gambar), Kecerdasan kinestetika- raga (cerdas raga), Kecerdasan musik (cerdas musik), Kecerdasan interpersonal (cerdas orang), Kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), Kecerdasan naturalis (cerdas alam), dan Kecerdasan Spiritual. Hanya dengan pendekatan semacam itu, kita bisa melahirkan generasi baru bangsa yang berkarakter, berbudi pekerti luhur, memiliki jati diri, berdisiplin, sportif, berani, dan mandiri. Insya Allah.[]



*Yudhistira ANM Massardi adalah sastrawan/wartawan/ pemimpin umum Media TK Sentra, dan pengelola sekolah TK-SD gratis untuk kaum dhuafa di Bekasi.

Yudhistira ANM Massardi
email: ymassardi@yahoo. com
www.mediatksentra. com

Sabtu, 23 Oktober 2010

Gerakan Indonesia mengajar, Guru Bermutu Tinggi, Mengajar di Daerah Terpencil

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.








KOMPAS.com - Hidup di Singapura, bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji besar, ternyata bukan akhir cita-cita Ayu Kartika Dewi. Begitu ada kesempatan menjadi guru sekolah dasar di daerah terpencil, berbagai fasilitas perusahaan yang sudah dinikmati di Singapura langsung ditinggalkannya.

”Ini kesempatan yang ditunggu-tunggu,” kata lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, ini bersemangat, ketika mengetahui akan menjadi guru sekolah dasar dan ditempatkan di daerah terpencil di Kabupaten Halmahera Selatan.

Ketika tahu untuk mencapai Halmahera Selatan butuh waktu delapan jam menggunakan kapal laut dari Ternate, semangatnya tak surut, bahkan makin berapi-api.

”Buku harian saya tidak akan monoton, sekolah, kuliah, lalu bekerja, tetapi penuh warna. Saya bisa merasakan hidup di daerah terpencil,” kata Ayu yang tak sabar ingin segera berangkat ke tempat penugasan.

Lain lagi dengan Erwin Puspaningtyas Irjayanti (24). Lulusan Institut Pertanian Bogor yang sudah bekerja di sebuah bank terkemuka di Jakarta dengan gaji sangat memadai ini rela meninggalkan pekerjaannya untuk mengabdi menjadi guru sekolah dasar nun jauh di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

”Ini kesempatan emas berbuat untuk negeri sekaligus memenuhi panggilan hati,” kata wanita penulis novel best seller The Sacred Romance of King Sulaiman & Queen Sheba (1986) yang diterbitkan PT Mizan ini bersemangat.

Semangat serupa dipancarkan Rahman Adi Pradana (24). Peraih dua gelar kesarjanaan, Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung dan lulusan cum laude Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, ini rela meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta dan bertugas menjadi guru sekolah dasar di Halmahera Selatan.

Orangtuanya sempat kaget. Namun, setelah diyakinkan bahwa ia ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk negerinya, Indonesia, orangtuanya mendukung langkah Adi. ”Negeri ini sudah sangat baik. Saatnya memberikan sesuatu untuk negeri yang saya cintai,” kata Adi.

Generasi pilihan Menjadi guru sekolah dasar di daerah terpencil atau menjadi Pengajar Muda merupakan program dari ”Indonesia Mengajar” yang digagas Anies Baswedan yang juga Rektor Universitas Paramadina, Jakarta.

Ide dasarnya, masih banyak sekolah dasar di daerah terpencil yang dibimbing guru-guru kualitasnya tidak sesuai dengan standar. ”Jika kondisi ini terus dibiarkan, Indonesia sulit maju,” kata Anies Baswedan.

Setelah berdiskusi dengan banyak kalangan, akhirnya dibentuklah gerakan Indonesia Mengajar yang mencari generasi muda terbaik untuk menjadi guru SD di daerah terpencil.

”Gerakan Indonesia mengajar hanya menempatkan guru di daerah terpencil selama satu tahun,” kata Anies. Selama bertugas, mereka akan mendapat uang saku Rp 3,2 juta sampai Rp 4,8 juta per bulan, tergantung dari daerah tugas.



Banyak harapan

Setelah gerakan ini dipublikasikan, ternyata responsnya luar biasa. Meskipun persyaratannya cukup ketat, seperti indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 3, berusia di bawah 25 tahun, dan berbagai persyaratan lain, tercatat 1.383 orang mendaftar. Mereka merupakan lulusan-lulusan terbaik dari berbagai perguruan tinggi.

Setelah diseleksi ketat, terpilih 160 orang. Kemudian diseleksi lagi sehingga terpilih 51 sarjana berkualitas terbaik yang akan ditempatkan di lima daerah terpencil, yakni di Kabupaten Halmahera Selatan (Maluku Utara), Kabupaten Paser (Kalimantan Timur), Kabupaten Bengkalis (Riau), Kabupaten Majene (Sulawesi Barat), dan Kabupaten Tulang Bawang Barat (Lampung).

Bukan di ibu kota kabupaten, justru semuanya ditempatkan di daerah-daerah terisolasi yang sarana transportasinya sangat sulit, listrik terbatas, dan tidak ada sinyal telepon, apalagi internet.

Agar tidak kaget saat ditempatkan di daerah terisolasi, para Pengajar Muda diberikan pelatihan selama tujuh minggu, termasuk cara mengajar, kurikulum pengajaran, ekstrakurikuler, sampai menjaga kesehatan di daerah terpencil. Saat pelatihan di asrama, listrik pun dimatikan setelah pukul 22.00 dan telepon seluler disimpan panitia.

”Pelatihan ini sebagai persiapan agar tidak kaget ketika bertugas di tempat yang sesungguhnya,” kata Mutia Hapsari, lulusan Antropologi Universitas Indonesia.

Meski tahu akan ditempatkan di daerah terisolasi, semua peserta sangat antusias. ”Kondisi di tempat tugas sangat menantang. Saya akan tahu kondisi masyarakat Indonesia yang sesungguhnya,” kata Bagus Arya Wirapati (21), lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mengenal kondisi masyarakat di daerah terpencil memang menjadi salah satu sasaran gerakan ini. Tak sekadar mengenal, mereka juga diharapkan menjadi contoh, memotivasi dan berbagi ilmu dengan anak- anak sekolah dasar. ”Percayalah, prestasi yang kalian raih selama ini akan menjadi idaman anak- anak sekolah dasar di daerah terpencil,” kata Anies.

Bagi Pengajar Muda, pengalaman selama tinggal setahun di daerah terpencil juga akan menjadi pengalaman yang melekat seumur hidup. Mereka akan mengetahui denyut nadi masyarakat di daerah pedalaman.

Diharapkan setelah mereka kembali ke profesi apa pun yang mereka tekuni, apakah menjadi peneliti, bankir, pengusaha, ataupun politisi, mereka tidak lupa diri. Ada bagian kecil masyarakat Indonesia yang membutuhkan perhatian mereka.



(THY)

Kamis, 21 Oktober 2010

01 Apakah Indismart Itu



Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.

Senin, 18 Oktober 2010

89 Persen Siswa Bersemangat Belajar Berkat Ujian Nasional

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar





Jakarta, 4/10/2010 (Kominfo-Newsroom) Kepala pusat Penilaian Pendidikan,
Kemendiknas, Nugaan Yulia Wardhani mengungkapkan dari hasil kajian empirik
dengan beberapa universitas di Indonesia bahwa dampak positif Ujian Nasional
(UN) sebanyak 89 persen siswa lebih semangat belajar, semangat menambah
wawasan, dan meningkat masuk sekolah.


“Rata-rata nilai UN SMP relatif ada peningkatan, ada penurunan namun
tidak begitu berarti. Begitu juga pada level SMU, ada peningkatan. Secara
umum terjadi peningkatan dan penurunan tidak siginifikan. Dari kesimpulan
kajian itu bahwa sebanyak 89 persen siswa lebih semangat belajar,” kata
Nugaan Yulia Wardhani saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X di Gedung
DPR RI Jakarta, Senin (4/10).


Menurutnya, peningkatan semangat belajar siswa harus diimbangi dengan
perhatian orang tua secara lebih maksimal dengan memberi dorongan belajar,
atau menambah fasilitas belajar pada anak-anaknya.


Namun rupanya siswa memiliki respon atau opini yang beragam tentang
pelaksanaan UN. Nugaan Yulia Wardhani menjelaskan hal ini berdasarkan studi
IKIP Padang pada 2004.



“Opini siswa tentang UN terbagi pada tidak stres, sedikit stres, sangat
stres, dan tidak menanggapi. Yang tertinggi adalah sedikit stress dan sangat
stres sedikit yang memilih jawabannya,” jelasnya.


Sementara itu, anggota Komisi IX DPR dari FPG, HM Nasrudin mengatakan, patut
dipahami bahwa setiap sistem ada kelebihan dan kekurangan. Maka kita perlu
mengkaji sejauh mana UN bisa menjadi parameter bagi para siswa.


“Di berbagai negara tidak melaksanakan UN. Maka sebaiknya keputusan tentang
UN harus komprehensif dan sangat berhati-hati. Karena tidak semua sekolah
dapat kita survei. Pembanding negara lain diperlukan sebagai komparasi
tentang penerapan UN,” tukasnya.


Anggota Komisi X DPR lainnya, Dedi Wahidin turut mengapresiasi paparan
Nugaan Yulia Wardhani. Tapi menurutnya, hal tersebut kontra dengan kondisi
di daerah. Ebtanas kata dia, lebih baik dari pada UN, kembalikan lagi UN ke
Ebtanas. Untuk pemetaan, tidak untuk alat kelulusan, tidak untuk alat
melanjutkan. Dengan pemetaan, kalau ada sekolah yang hasilnya jelek, ini
yang harus diperhatikan serta ditelusuri penyebabnya.


“Di negara-negara yang juga melaksanakan UN, di sisi lain kedisiplinan
mereka lebih bagus. Maka kita tidak bisa membandingkan diri dengan mereka,”
tegasnya. (T.wd)


Sumber: http://www.bipnewsr oom.info/ index.php? &newsid=66803& _link=loadnews. php

Mendeteksi Anak Kecanduan Pornografi

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




JAKARTA, KOMPAS.com — Tanda-tanda anak atau remaja yang mengalami kecanduan pornografi tidak sepenuhnya kasat mata. Para orang tua wajib mewaspadai tanda-tanda tersebut supaya dapat segera dilakukan penanganan dan pencegahan.


Menurut psikolog keluarga Elly Risman, Psi, di sela-sela acara "Mengenali dan Mengatasi Adiksi Pornografi pada Anak dan Remaja" di Universitas Paramadina, Kamis (30/9/2010) kemarin, setidaknya ada delapan tanda seorang anak atau remaja yang keranjingan gambar, film atau materi berbau pornografi.



Inilah ciri-ciri anak yang sudah teradiksi:
1. Suka menyendiri
2. Bicara tidak melihat mata lawan bicara
3. Prestasi di sekolah menurun
4. Suka berbicara jorok
5. Berperilaku jorok (menarik tali bra, menyenggol dengan sengaja bagian-bagian tubuh tertentu, dll)
6. Suka berkhayal tentang pornografi
7. Banyak minum dan banyak pipis
8. Suka menonton, bila dihentikan akan mengamuk (tantrum)


Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Randall F Hyde, PhD, pakar penanganan adiksi pornografi, memberikan beberapa cara mendeteksi anak atau remaja yang telah teradiksi pornografi.
"Yang pertama adalah catatan history (di komputer) menunjukkan banyak web yang berhubungan dengan pornografi," ujarnya.



Para orang tua juga dapat menggunakan teknik yang disebut "tinta tumpah". "Kita sengaja menumpahkan tinta di kertas dan meminta anak menyebutkan gambar apa yang tercipta melalui tumpahan tinta tersebut. Karena hal yang ia jelaskan merupakan asosiasi dari realita yang ia ketahui," terangnya.


Cara lain adalah dengan meminta anak untuk menggambar dirinya (laki-laki atau perempuan). Randall bilang, orang tua patut curiga kalau seorang anak mampu menggambar dan menerangkan dengan baik bagian-bagian tubuh tertentu di luar pengetahuan seksual anak seusianya.


Untuk mencegah adiksi pornografi, Randall sangat menyarankan para orang tua untuk menjalin komunikasi yang lebih dekat. "Bermain merupakan cara efektif menimbulkan ikatan batin yang membuat anak terproteksi dari hal buruk," kata Randall.

Sumber: Kompas.com

Remaja AS Susah Bangun Pagi, Sekolah Dianjurkan Mulai Lebih Siang

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




REPUBLIKA.CO. ID, NEW YORK--Menurut survei *National Sleep Foundation*,
sekitar 50 persen remaja di AS kurang tidur selama duduk di bangku sekolah.
Para pakar mengatakan, remaja secara biologis terprogram untuk tidur dan
bangun terlambat, sehingga irama alami tubuh mereka tidak sesuai dengan jam
sekolah pagi.


Kurangnya waktu tidur ini berdampak negatif pada semua segi kehidupan
remaja. Sekarang, semakin banyak guru berusaha menyesuaikan kondisi itu
dengan jadwal sekolah pada pagi hari.


Danny, 16 tahun, adalah remaja aktif yang suka berolahraga dan mendengarkan
music rock. Tetapi, seperti halnya remaja lainnya, ia juga kurang tidur.
“Setiap bangun pagi, saya selalu masih mengantuk. Rasanya tidak ingin pergi
sekolah. Selama pelajaran pertama dan kedua saya hampir tidak bisa membuka
mata,” tutur Danny.


Sementara banyak yang yakin bahwa remaja biasanya malas bangun pagi. Namun
para pakar mengatakan, hal itu tidak benar sepenuhnya.


Michael Breus, pakar psikologi klinis yang ahli dalam masalah kelainan
tidur, mengatakan, “Kita tahu orang yang kurang tidur, mudah uring-uringan.
Jadi, jika anak yang seharusnya tidur 8-9 atau bahkan 9-10 jam, hanya tidur
tujuh jam semalam, mereka akan mengalami sejenis depresi yang dapat
mempengaruhi keseluruhan aktivitas mereka,“ jelasnya.
Irama biologis remaja, kata Breus. adalah tidur dan bangun terlambat. Tetapi
karena sekolah dimulai jam tujuh pagi, remaja seperti Danny pergi ke sekolah
dengan setengah mengantuk.



Breus mengakui, meskipun ada faktor-faktor lain yang turut menyebabkan
remaja kurang tidur, sekolah merupakan tempat di mana perubahan-perubahan
kecil yang dilakukan dapat memberikan hasil yang luar biasa.


“Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perubahan dimulainya jam sekolah yang
memungkinkan anak-anak masuk sedikit lebih siang membuat nilai mata
pelajaran pertama dan kedua lebih baik,” ungkap Breus lebih lanjut.


Puluhan sekolah di seluruh AS mengamati penelitian itu dan sedang
mempertimbangkan cara untuk menyesuaikan jadwal jam pelajaran mereka.


Sumber: www.republika.co.id

Anak Berbakat Belum Tentu Sukses

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.

Professor Joan Freeman (sebelah kiri)



(ANTARA News)- Anak-anak dengan bakat luar biasa ternyata sama besar  kemungkinannya untuk gagal maupun sukses pada masa dewasa. Dalam salah satu penelitian terpaling luas yang pernah diadakan, ditemukan bahwa dari 210 anak berbakat, hanya tiga persen yang akhirnya "jadi orang". Professor Joan Freeman mengatakan dari 210 anak-anak yang dia teliti, hanya setengah lusin yang bisa dikatakan meraih 'kesuksesan konvensional' . "Pada usia enam atau tujuh tahun anak berbakat memiliki potensi yang mencengangkan, tetapi banyak dari mereka terjebak dalam situasi potensi terpasung," kata Freeman seperti yang dikutip Daily Mail, Senin.


Professor Freeman melacak anak-anak yang berbakat di bidang matematika, seni, dan musik sejak tahun 1974 hingga sekarang. Kebanyakan dari mereka tidak sukses pada masa dewasa karena perlakuan yang mereka alami dan dalam beberapa kasus direngut dari masa kanak-kanak. Dalam beberapa kejadian, orang tua menekan anaknya begitu keras atau malah dipisahkan dari kelompok sebayanya, sehingga akhirnya hanya mempunyai  sedikit teman. Ia juga menambahkan 'menjadi istimewa berarti lebih bisa menghadapi hal-hal yang bersifat intelektual tapi tak selalu bisa menghadapi hal-hal emosional.


Freeman juga cenderung menekankan bahwa anak-anak berbakat sama rapuhnya dengan anak biasa bahkan mungkin "punya kekuatan emosi yang lebih besar". "Saya ingin menegaskan bahwa mereka yang berbakat juga hanya manusia biasa tapi menghadapi tantangan-tantangan , khususnya harapan yang tidak sesuai kenyataan, biasanya dipandang aneh dan tak bahagia," tegas Freeman. "Orang tua dan guru bisa merasa terancam dengan kehadiran mereka dan bereaksi  meredam kemampuan mereka. Yang mereka inginkan hanya diterima apa adanya, kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi, dan mendapatkan dukungan moral yang memadai," papar Freeman lebih jauh.


Salah satu contoh anak berbakat yang kemudian gagal untuk berkembang adalah Andrew Halliburton, yang ketika masih berusia delapan tahun telah memahami matematika untuk sekolah menengah tetapi kini hanya bekerja di warung cepat saji McDonald. Contoh lain yang menarik adalah Anna Markland dan Jocelyn Lavin yang telah menjadi bintang sekolah musik Chetham, Manchester, Inggris, ketika berusia 11 tahun. Markland  yang kini berusia 46 tahun, berasal Princes Risborough, Buckinghamshire, Inggris dan pada 1982 dinobatkan sebagai Pemusik Termuda Terbaik pleh BBC. Ia kemudian belajar musik di Oxford selama dua tahun dan sekarang menjadi seorang pemusik profesional, yang menurutnya merupakan profesi terbaik di dunia. 


Sebaliknya, Lavin berbalik dari musik dan berpindah menekuni ilmu pengatahuan alam. Ia kemudian memperoleh nilai A dalam bidang itu di antara 210 anak berbakat tadi. Tetapi setelah masuk University College London, ia gagal dalam matematika dan astronomi pada usia 17 tahun. Ia kemudian keluar tanpa meraih satu gelarpun. "Saya tak tahu yang ingin saya tekuni kecuali terbang ke luar angkasa," katanya. Setelah 20 tahun berprofesi sebagai guru matematika, ia kini masih harus bermasalah dengan rumahnya yang dililit masalah kredit.


Menurut Professor Freeman, permasalahan lain bagi anak-anak istimewa, mereka sering kali cemerlang di bidang apa saja sehingga mereka cenderung ingin mencoba bidang lain padahal bidang yang terdahulu belum dikuasai betul. Pada dasarnya anak cerdas akan gagal jika mereka ditempatkan di bawah tekanan untuk berkembang. "Kepuasan dan kreatifitas dari masa anak-anak adalah dasar untuk semua pekerjaan besar," pungkas Freeman.
(Ber/A038/BRT)

Sumber: Antara

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)