Senin, 27 Desember 2010

Jenius Bukan Jaminan Sukses

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Ada kabar dari Geoff Colvin, editor senior di majalah Fortune. Penulis sekaligus dosen yang dikenal dengan tulisan-tulisan kritisnya ini menyuguhkan data mengejutkan dalam bukunya bertajuk Talent Is Overrated (2008). Sebagaimana tercermin dalam judulnya, buku ini menunjukkan betapa kita terlalu berlebihan memuja-muja bakat dan kejeniusan. Padahal semua itu nyaris tak memberi manfaat apa-apa bagi masa depan anak, baik untuk meraih sukses maupun kebahagiaan.

Bakat dan kejeniusan bukanlah kunci utama meraih sukses, apa pun bidang yang ia tekuni. Baik dalam dunia olah-raga, seni, bisnis maupun intelektual, kunci paling pokok untuk meraih sukses bukan bakat besar maupun kejeniusan. Bukan pula keterampilan melakukan hal-hal yang dianggap luar biasa oleh orang pada umumnya. Banyak pebisnis sukses maupun intelektual yang IQ-nya rata-rata. Bukan superior, apalagi jenius. Bahkan ada yang IQ-nya sedikit di bawah rata-rata, tetapi ia memiliki ketahanan mental yang luar biasa untuk belajar dan menghadapi berbagai kesulitan, termasuk hambatan fisik. Sebagian kesulitan bisa terasa lebih ringan karena berubahnya persepsi, tetapi hambatan fisik memerlukan ketahanan untuk menanggung rasa sakit.

Sebagian orang sukses memang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Ia benar-benar memiliki kemampuan intelektual yang bagus, bukan sekedar mampu mempertunjukkan kebolehan yang bersifat langka. Tetapi harus dicatat bahwa mereka meraih sukses itu melalui kerja keras yang luar biasa hebat dalam belajar. Mereka gigih belajar dan berlatih tatkala orang lain sudah terlelap. Kisah sukses Imam Syafi’i rahimahullah misalnya, bukan terutama soal kecerdasan, tetapi berkait erat dengan kemauan belajar yang luar biasa sekaligus kesanggupan untuk menghadapi kesulitan. Ini menjadikan seorang Imam Syafi’i yang ketika itu masih kanak-kanak, mampu bertahan untuk menyimak pelajaran dari luar kelas disebabkan ia tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk belajar di kelas sebagaimana anak-anak lain. Kisah Imam Bukhari mencari sebuah hadis adalah contoh lain tentang betapa berharganya kesediaan untuk menderita demi meraih apa yang diyakininya berharga. Ia rela menempuh perjalanan panjang yang sulit hanya untuk memperoleh sebuah hadis, meskipun hadis itu akhirnya tidak ia perhitungkan karena ternyata lemah.

Kisah Imam Bukhari tentu saja tidak terdapat di buku Talent Is Overrated. Saya hadirkan kisah ini karena lebih akrab dengan kita. Selebihnya banyak kisah sejenis yang bisa kita temukan. Tetapi apa pun kisahnya, inti pesannya adalah kejeniusan bukan segala-galanya. Jenius bukan jaminan sukses, Apalagi bahagia.

Anda tentu masih ingat kisah Billy Sidis yang saya sampaikan di majalah ini. Nama lengkapnya William James Sidis, anak dari Prof. Dr. Boris Sidis, orang Yahudi yang sangat mengagumi William James –seorang ahli psikologi. Secara intelektual, Billy luar biasa cerdas. IQ-nya 200, jauh di atas Albert Einstein. Usia 5 tahun sudah mampu menulis karya ilmiah –bukan cerita anak-anak—tentang anatomi. Usia 11 tahun kuliah di Harvard University –universitas terkemuka dunia yang terkenal dengan orang-orang cerdasnya—dan pada usia 14 tahun telah memberi kuliah di universitas yang sama. Semua catatan ini mengukuhkan kehebatannya sebagai anak jenius! Benar-benar jenius dan memang memiliki kemampuan intelektual luar biasa. Bukan sekedar mampu mempertontonkan kemampuan yang dapat dengan mudah dilatihkan kepada setiap anak dalam waktu satu dua hari.

Pertanyaannya, apakah yang dapat diperoleh dari kejeniusannya? Sekali lagi, Billy sangat jenius. Benar-benar anak jenius yang sempurna. Tetapi kejeniusan itu tidak memberi manfaat apa-apa baginya. Perkembangan sosial, emosional dan komunikasinya tidak sejalan dengan kemampuan kognitifnya. Ia mampu berpikir rumit dan memecahkan masalah-masalah akademis, jauh melampaui anak-anak seusianya dan bahkan lebih unggul dibanding orang-orang dewasa. Tetapi ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Ia juga mengalami hambatan emosional. Kemampuan intelektualnya yang luar biasa tidak mampu menolongnya untuk bisa berperilaku secara lebih dewasa sesuai usianya. Keasyikan Billy dengan dunianya membuat ia mengalami keterlambatan dalam perkembangan emosi dan perilaku. Inilah yang kemudian menjadi masalah besar dalam hidupnya sehingga ia memilih untuk menarik diri dari dunia intelektual, lalu bekerja sebagai tukang cuci piring di rumah makan sampai akhir hayatnya.

Kasus Billy hanya salah satu saja. Anak-anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, atau mereka hanya disibukkan dengan belajar secara akademik, cenderung menjadi pribadi yang tidak matang dan rentan masalah jika mereka kurang memperoleh kesempatan berkembang secara alamiah. Kerentanan ini akan meningkat manakala anak-anak dipacu untuk menunjukkan prestasi yang bisa membanggakan orangtua atau melakukan sesuatu yang bisa membangkitkan kebanggaan orang terhadapnya. Ia membuat anak sibuk melakukan hal-hal yang tampak luar biasa, meskipun sesungguhnya tidak penting bagi kehidupannya di masa kini maupun masa mendatang. Meskipun ia mampu menunjukkan kemampuan-kemampuan yang jarang dimiliki orang, tetapi ini bukanlah prestasi yang sesungguhnya (true achievement) . Mungkin ia memang mampu menunjukkan prestasi tersebut (real achievement) . Hanya saja yang diperlukan oleh seorang anak agar ia memiliki motivasi yang benar-benar kuat adalah prestasi yang sesungguhnya (true achievement) . Begitu Janine Walker Caffrey, Ed.D., menulis dalam bukunya yang berjudul Drive: 9 Ways to Motivate Your Kids to Achieve (2008).

Jadi, sekedar jenius saja tidak cukup. Apalagi jika yang terjadi sesungguhnya bukan kejeniusan, melainkan perilaku yang mengesankan sebagai jenius (play acting as genius). Permainan kesan ini bisa muncul dari orang-orang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, bisa juga pada mereka yang biasa-biasa saja. Tidak sedikit perilaku yang dibentuk oleh orangtua atau orang dewasa lainnya pada anak, sehingga orang lain menganggap hebat. Sementara anak itu sendiri boleh jadi merasa dirinya hebat, boleh jadi mempunyai waham kebesaran (grandeur delusion) dan bisa juga anak sepenuhnya mengetahui bahwa ia tidak sehebat yang dilihat orang.

Banyak peristiwa dalam sejarah yang menunjukkan upaya untuk mengesankan diri atau anak sebagai jenius. Wolfgang Amadeus Mozart pernah menyatakan bahwa ia menggubah konserto sekali jadi. Tetapi kemudian diketahui bahwa ia bisa menyusun sebuah konserto bahkan dalam waktu bertahun-tahun. Bukan cuma setahun. Apalagi sekali jadi. Hanya saja ia berlatih keras dan pada waktu yang tepat ia seperti memperoleh ilham, lalu mempertunjukkan karya “sekali jadi” yang sudah ia susun bertahun-tahun itu. 

Delapan Sekolah Jadi Rintisan Berkarakter Bangsa

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




BANDUNG(SINDO) – Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menetapkan delapan sekolah di Kota Bandung untuk menjadi rintisan sekolah berkarakter bangsa dan budaya. Kedelapan sekolah ini akan dikembangkan untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa. Anggota Tim Pengembang Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Feisal Ghozali mengungkapkan, kedelapan sekolah tersebut adalah SMAN 8, SMKN 3, SMPN 36, SMPLB Cicendo, SDN Sabang, SDN Pajagalan, TK Negeri Centeh, serta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Citra Sarana Bahasa dan Informatika (CSBI).

Kemendiknas telah menunjuk 16 provinsi untuk mengembangkan rintisan sekolah berkarakter bangsa dan budaya. Dalam satu provinsi, terdapat satu kabupaten/kota yang dipilih untuk mengembangkan sekolah rintisan tersebut. Dan, pada satu kabupaten/ kota ada tujuh hingga delapan sekolah yang mengimplementasikan nya. ”Di Jabar ada Kota Bandung,” ucap Feisal. Sekolah-sekolah yang telah ditetapkan akan mengintegrasikan nilai-nilai karakter bangsa dengan setiap mata pelajaran yang diajarkan.

Nilai-nilai tersebut seperti halnya nilai kebangsaan dan kewirausahaan. Indikator standar nilai kebangsaan antara lain kedisiplinan siswa dan guru, kebersihan, kesopanan, dan kenyamanan sekolah. ”Misalnya kedisiplinan, bagaimana si guru dan siswa menerapkan disiplin sekolah, seperti kedatangannya terlambat atau tidak dan lain-lain. Hal-hal seperti ini nantinya akan diterapkan secara khusus dan memiliki kelebihan dibandingkan sekolah lain,”papar Feisal.

Sementara nilai kewirausahaan adalah penerapan life skill di sekolah-sekolah.Siswa harus terlibat dalam proses enterpreneursip tersebut. ”Keterlibatan dalam proses awal hingga akhir,misalnya, dalam penjualan produk handicrafts, dalam pembuatan hingga memasarkannya siswa terlibat,”ucapnya. Sekolah juga harus memiliki terobosan dalam proses belajarmengajar di kelas; dan pendidikan karakter yang telah disusun dengan parameternya ini sudah harus diimplementasikan di sekolahsekolah tersebut.



”Jangan hanya pada tataran konsep,”ungkapnya. Pemerintah menargetkan, pada 2014 mendatang seluruh sekolah di Indonesia sudah menerapkan konsep kebangsaan dan berbudaya. Sementara pada 2010, program yang diterbitkan sejak empat bulan lalu ini masih dalam tahap sosialisasi, tahun depan implementasi dengan pendampingan pemerintah. ”Dan pada 2013,setiap sekolah rintisan sudah mandiri dalam implementasinya.
Pada 2014,seluruh sekolah sudah mampu menjalakan pendidikan karakter bangsa dan budaya,”pungkas Feisal. Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda mengatakan,Kota Bandung telah memasukkan pendidikan budi pekerti dalam muatan lokal. Hal itu sebagai salah satu mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

”Pendidikan karakter itu penting untuk menghasilkan lulusan dengan kompetensi keilmuan dan daya emosinya, sehingga nantinya lulusan yang dihasilkan akan menjadi lulusan yang memiliki kompetensi lengkap,”ujar Ayi. (krisiandi sacawisastra)

sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/363484/

Mengembangkan Ide dengan Teknik “Clustering” Berbasis "Free Writing"

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.



Oleh: Hernowo



November 2010 lalu, saya berkeliling ke beberapa instansi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk memberikan pelatihan menulis. Materi yang saya bawakan, salah satunya, adalah bagaimana memilih dan kemudian mengembangkan  ide.

Saya tidak ingin mendefinisikan ide itu apa. Bagi saya, sebuah tulisan yang tidak mengandung ide adalah tulisan yang "bisu", datar, dan hampa. Tulisan itu tidak berbunyi dan, ada kemungkinan, tidak mampu menggugah para pembacanya.

Untuk membuat agar sebuah tulisan memiliki ide, biasanya seorang penulis sibuk memikirkannya: Ada yang menyepi, ada pula yang mengisi dirinya dengan banyak membaca. Ringkasnya, perlu diadakan banyak kegiatan untuk mendapatkan ide.

Namun, hampir semua orang---bukan hanya penulis---telah menyadari bahwa ide tidak dapat ditunggu. Yang lebih aneh, ide itu hanya akan mendatangi seseorang yang sudah siap untuk menerima ide dan kehadiran ide tanpa pemberitahuan terlebih dahulu---merujuk ke film Mendadak Dangdut, bisa disebut memiliki ide sebagai "Mendadak Ide!"

Dalam sebuah pelatihan menulis, tidak mudah mengajak seseorang untuk memahami soal ide dalam kegiatan menulis ini. Meskipun dalam kegiatan menulis, ide itu sangat penting; namun, mencoba menjelaskan dan merasakan ide bukan persoalan gampang.

Saya beruntung dapat memahami hakikat teknik "free writing" dan "mindmapping" atau "clustering" . Kedua teknik---saya lebih senang menyebutnya sebagai "peralatan" penting---menulis ini dapat membantu saya dalam merekayasa kehadiran sebuah ide.

Saya belajar tentang teknik "free writing" kepada tiga tokoh: Natalie Goldberg, Peter Elbow, dan James W. Pennebaker. Dua tokoh yang pertama memang ahli menulis, namun nama tokoh yang ketiga adalah seorang doktor di bidang psikologi.

Intinya, "free writing" dapat melatih seorang penulis untuk mengeluarkan sesuatu yang "original" dari dalam dirinya. Bagaimana mendeteksi bahwa sesuatu yang "original" telah dapat dikeluarkan? Berikut beberapa tanda yang dapat dirasakan:

Grabiele Rico, Ph.D., penemu tentang tentang "clustering"

Pertama, penulis tersebut memang sudah sering mempraktikkan "free writing"-minimal 10 hingga 15 menit setiap hari. Kedua, dia sudah tidak lagi, secara otomatis, mengoreksi hasil dari "free writing". Dan ketiga, pada saat-saat tertentu, dia merasakan kelegaan luar biasa sehabis mempraktikkan "free writing".

Teknik yang kedua, yang disebut "mindmapping" atau "clustering" , saya manfaatkan untuk memilih dan mengembangkan ide dalam bentuk "peta" (gambar)---lihat contoh-contohnya di dalam tulisan ini. Dalam menggunakan teknik ini, saya tidak merujuk ke Tony Buzan (penemunya), melainkan ke Dr. Gabriele Luser Rico.



Rico mengadopsi "mindmapping" menjadi "clustering" . Salah satu pesan Rico yang sangat penting adalah menulislah sesuatu secara mencicil, sedikit demi sedikit. Menulis memang tidak dapat sekali jadi. Menulis harus dikembangkan perlahan-lahan secara kelompok demi kelompok ide.

Penerapan teknik "clustering" hampir persis dengan penerapan teknik "mindmapping" : Ambil selembar kertas ukuran A4 dan posisikan secara landscape. Di tengah kertas, tuliskanlah topik yang ingin dieksplorasi secara tertulis. Topik tersebut ingin kita kembangkan menjadi sebuah ide yang "sexy" (menggoda).

Misalnya, kita ingin menulis tentang kursi. Topik tentang kursi ini ingin kita kembangkan menjadi tulisan yang tidak biasa-biasa saja dan, nantinya, di dalam pengembangan itu kita dapat menemukan sebuah ide baru. Nah, langkah pertama yang harus kita tempuh adalah dengan meletakkan kata KURSI persis di tengah kertas A4.

Setelah itu, tariklah empat garis yang memancar dari tulisan KURSI menuju empat arah berbeda. Pandangi secara saksama empat garis itu. Kemudian, secara sangat spontan, bubuhkan satu kata tanpa berpikir di atas keempat garis tersebut. Karena tanpa dipikirkan lagi, diharapkan keempat kata itu tidak ada yang berkaitan dengan kata kursi.

Misalnya saja, empat kata yang kita tuliskan adalah ufuk, meja, bau, dan duku. Kata meja jelas masih ada hubungannya dengan kursi. Untuk mendapatkan dan mengembangkan ide yang baru, kata meja ini terpaksa kita coret. Yang tersisa adalah ufuk, bau, dan duku.



Contoh 2 membuat "clustering" berbasis "free writing"

Dari ketiga kata tersisa, kita harus memilih satu kata. Misalnya, yang kita pilih adalah ufuk. Apa hubungannya kursi dan ufuk? Tidak ada. Pada titik ini, kita telah berani menantang pikiran kita. Kita menantang pikiran kita untuk mengubah perspektif dalam memandang kata kursi.

Langkah berikutnya adalah menggunakan jalur kursi-ufuk untuk mengembangkan ide. Buatlah tiga garis cabang dari jalur (garis) kursi-ufuk yang titiknya dari kata ufuk. Lalu bubuhkan tiga kata lagi secara spontan di atas tiga garis cabang tersebut. Misalnya kita membubuhkan kata merah, darah, dan utang.

Pengembangan ide telah mencapai tahap kedua dan menurut Rico, kita harus berhenti dan meng-cluster ide kita itu. Untuk meng-cluster jalur kursi-ufuk, kita harus memilih satu kata dari tiga kata cabang yang ada. Misalnya, kita memilih kata merah.

Nah, sampai di sini, kita telah menemukan jalur kursi-ufuk-merah. Setelah kita menemukan tiga kata ini, cobalah tantang pikiran Anda dengan melakukan kegiatan menulis yang menggunakan tiga kata tersebut-kursi, ufuk, merah-untuk menemukan sebuah ide yang lain daripada yang lain.

Selamat berlatih dan selamat mengalami "Mendadak Ide!". Salam.[]

Sumber teks: www.mizan.com
Sumber gambar: www.gabrielerico. com

Tips Menghentikan Anak Berkelahi

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Ditulis oleh: Hikari Hidayati
Sumber: http://rumahparenti ng.com

Bunda, jika kita menganggap perilaku buruk anak kita sebagai suatu yang wajar dan nanti akan hilang sendiri, maka kita sudah terjebak pada mitos yang tidak benar bahkan menjebak. Karena kita harus selalu memahami bahwa, jika kita melihat dan membiarkan anak berperilaku buruk, maka itu artinya membolehkan. Mari kita bantu anak-anak kita menghentikan kebiasaannya berkelahi dengan teknik PARENTING .

P : Kita akan menggunakan teknik pengasuhan yang benar
A : Anak adalah Anugerah
Berkelahi adalah salah satu proses penyelesaian masalah yang memiliki beberapa ciri khas, yaitu adanya amarah yang disertai bentuk fisik berupa suara (teriak) dan gerak (memukul dan menendang). Kita pasti sudah memahami bahwa ketika ada permasalahan dengan teman, saudara, atau siapapun kita harus bisa menyelesaikan dengan cara yang bijak. Kita harus bisa mengendalikan emosi, mengkomunikasikan permasalahan kita serta menghindari kata dan tindakan yang menyakiti. Jika seandainya ada kata dan tindakan yang menyakiti, kita pun harus belajar untuk meminta maaf. Di sisi lain, kita harus belajar mendengarkan, dan memaafkan orang. Keterampilan penyelesaian masalah ini haruslah kita latih kepada anak. Kapankah itu? Saat ada permasalahan yang membuat mereka berkelahi adalah saat yang tepat untuk mengajari mereka tentang manajemen konfik.

R : Redam Amarah
Berkelahi bagi anak adalah pembelajaran. Marilah kita bimbing mereka dengan sabar dan bijak. Supaya kita bijak dalam membimbing mereka menyelesaikan konflik, maka kita harus meredam amarah kita. Mengapa? Adalah suatu yang wajar apabila ketika sedang marah, maka kata-kata yang keluar pun akan bernada emosional dan kurang bijaksana yang justru akan membuat anak melawan atau di sisi lain menjadi sakit hati.



E : Empati Mendengarkan
Ketika anak dalam keadaan tenang, atau sudah reda amarahnya setelah berkelahi, mari kita bangun komunikasi antara kita dan antara kedua anak yang berkelahi. Dengarkanlah pikiran dan perasaan dari setiap anak. Supaya komunikasi menjadi efektif, kita atur pembicaraan. Buatlah agar ketika satu anak berbicara, maka yang lain harus mendengarkan. Setelah mereka mengungkapkan permasalahan yang ada dan bunda bisa benar-benar paham, baru berikan nasihat dengan teknik N di kotak bawah.

N : Notifikasi Pembicaraan dan Tindakan
1. Silakan bahas tentang cara yang benar dalam menyelesaikan konflik. Yang dibahas di sini adalah materi kamunikasi efektif, belajar berbagi, belajar memahamii perasaan orang lain, cara mengungkapkan marah yang tepat, dll. Selalu pilih kata-kata yang dapat dipahami oleh anak sesuai dengan usia dan dasar pengetahuan.

2. Sampaikan perilaku baik tentang keharusan meminta maaf dengan ucapan dan tindakan setelah berkelahi. Jika dua-duanyanya bersalah, misalnya kakak merebut mainan adik berarti kakak harus minta maaf karena merebut mainan adik dan mengembalikan mainan tersebut. Jika adik memukul kakak karena merebut mainan, maka adik harus minta maaf karena memukul kakak.

3. Mengendalikan emosi memerlukan latihan. Untuk membantu latihan ini pada anak, maka mereka perlu dikenalkan dengan teknik menenangkan diri (time out). Teknik ini sudah dibahas di forum konsultasi Al Hikmah Edisi 44. Ketika kedua anak berkelahi, maka yang di-time out adalah kedua anak. Pastikan bunda menghindari penjelasan yang panjang dan emosi ketika melaksanakan teknik ini. Pembahasan diadakan dalam kondisi anak benar-benar tenang.

T: Tanamkan Energi Positif
Berikan predikat-predikat positif (anak pintar, anak sholeh, anak baik, anak sabar, dll), ucapkan hal itu sesering mungkin di setiap pertemuan dengan nanda. Hindari predikat negatif : nakal, jahat, suka merebut, tidak adil, dll.

I: Istiqomah
Lakukan latihan mengatasi konflik ini dengan istiqomah. Silakan bekerja sama dengan pasangan dan komponen pengasuhan lain terutama dalam menerapkan teknik time out bila nanda tidak bisa dihentikan maksimal 3 kali teguran/peringatan yang kita sampaikan.

NG : MenNGadakan Time out
Time out dilakukan jika anak berkelahi tapi tidak bisa berhenti walaupun sudah diberi teguran. Berkelahi ini berbeda dengan berebutan mainan. Jika hanya berebutan mainan, kita bisa membuat konsekuensi selain time out, misalnya mainan yang membuat anak berebut kita ambil dengan penjelasan : “Sepertinya ada mainan ini membuat kalian rebut, jadi kita simpan saja. Jika memang mau memainkan bersama, dan tidak berebutan, silakan minta bunda untuk mengambilkan kembali”.. Berkelahi ini perlu time out karena perlu dihentian dengan cepat, karena perkelahian ini bisa membahayakan kedua anak yang berkelahi.

Kamis, 23 Desember 2010

Where Have All The Fathers Gone?

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Ditulis oleh: Lyle Jones


Bill Cosby memang berharga. Ketika beberapa tahun silam, anaknya Bill Cosby Jr diterjang peluru, hampir sebagian warga dunia berguncang. Seorang ayah 'ideal' kehilangan anaknya. Puluhan pertanyaan berhamburan dibalik kejadian itu. Orang-orang tidak membayangkan Bill Cosby Jr punya masalah dengan bandit-bandit pengedar obat terlarang. Bukankah Bill Cosby seorang ayah ideal, humoris, sabar, pengertian, enak dan perlu.

Tidaklah berlebihan, kalau Alvin F. Poussaint M.D, seorang Asisten Profesor dari Harvard MedicalSchool, membutuhkan 10 halaman untuk menjelaskan kehebatan sang tokoh. Namun ada satu pertanyaan inti yang tidak mampu dijawab secara transparan oleh Bill.yaitu, "Where has Bill gone?". Kemanakah Bill pergi selama ini. Apakah yang ia lakukan sepanjang hari dengan anaknya. Kenapa, Bill tidak mengetahui sedikitpun tentang sepak terjang anaknya?

Malam, ketika tulisan ini sedang dirampungkan, telpon rumah saya berdering. Interlokal dari kampung saya disebuah dusun pedalaman Sumatra. Suara gagap dan ragu-ragu kakak perempuan saya mengabarkan, dua orang keponakan kami masuk penjara. Satu orang tertangkap sebagai pengedar Narkoba dan satu lagi sebagai pemakai Narkoba kronis. Sama seperti Bill Cosby, tiba-tiba puluhan pertanyaan menyergap dan mengepung ruang dalam otak kanan saya. Semua pertanyaan itu berputar-putar dan akhirnya berpilin pada sebuah
pertanyaan.. . "Where has their father gone ?" Kemanakah ayah mereka pergi selama ini ?

Sehari sebelum saya terima kabar dari kampung, dalam sebuah dialog antara pemerhati pecandu Narkoba, seorang ibu bercerita. Katanya, tak ada kesakitan yang lebih mencekam ketimbang cengkraman Narkoba pada anaknya. Dengan menahan tangis dan sedikit dendam, ia mengatakan anaknya adalah korban dari hilangnya lelaki dewasa (ayah) dalam putaran kehidupan rumah tangganya. "Where has the father gone ?" Dimana sih ayah-ayah mereka?

Anak-anak yang ditakdirkan menjadi pelaku sejarah diatas hanyalah sebagian kecil di antara berjuta anak yang sebenarnya tidak membutuhkan konseling psikologi. Apa yang mereka butuhkan namun seringkali tidak mereka miliki- adalah ayah yang peduli padanya dan punya waktu untuk bersama. Anak-anak itu tidak butuh tenaga psikiater tapi dia butuh seseorang yang bisa dipercaya. Lalu dimanakah ayah-ayah mereka? Ada dua jawaban.

Pertama, ayah yang ada tapi suka membolos. Tipe ini kita temukan dimana-mana. Di lapangan golf, tenis, bulu tangkis, kantor dan tempat lainnya. Ada ayah yang dinas luar (tugas kantor atau dakwah) ke daerah-daerah hampir setiap bulan. Ada ayah yang bekerja, berangkat sesudah subuh dan pulang larut malam. Ada juga ayah yang nongkrong, tidur-tiduran ditempat tertentu hanya untuk melegitimasi bahwa ia sibuk sepanjang hari. Sehingga seolah-olah hanya ada waktu sisa buat anak-anaknya.



Kesimpulannya, ayah-ayah ini ada di mana-mana, tapi mereka sering membolos dari waktu bersama anaknya. Mereka (ayah-ayah ini) sulit ditemukan di rapat-rapat POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru), karena ada peninggalan purba yang menyatakan bahwa urusan sekolah adalah hak mutlak sang ibu semata . Kita jarang menemukan ayah di tempat praktek dokter menggendong anaknya yang sakit. Kita juga tidak melihatnya di kantor kepolisian mengurus anaknya yang melakukan tindakan kriminal.
Ayah- ayah ini apabila ditanyakan pada mereka:apakah yang penting dalam hidupmu ? Biasanya mereka menjawab: keluarga dan anak-anak. Naifnya, jawaban ini sering tidak tercermin dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagaimana mereka mengatur waktu dan tenaga mereka sehari-hari antara pekerjaan dan anak. Simaklah dialog berikut ini:

Sang Anak : "Ayah, Yah main bola yuk!"
Sang Ayah : "O, ya. Ayah baca koran dulu!"
"O, ya. Ayah nonton berita dulu !"
"O, ya. Ayah janji main bola hari Sabtu!"
"O, ya. Ayah ada acara nih"
"O, ya. Ayah lagi cape ? "
"O, ya. Ayah lagi banyak kerjaan"
"O, ya. Ayah mau tapi ? "

Mungkin ayah seperti inilah yang dimaksudkan oleh hasil need assesment dari Lembaga Demografi salah satu universitas negeri di Jakarta. Jajak pendapat itu menerangkan empat ciri menonjol ayah tipe Pertama ini. Cepat marah, jarang ada waktu ngobrol dengan anak, ditakuti anak dan selalu menakar seluruh pekerjaan dengan uang.

Kedua, ayah yang ada (fisik) dan rajin tapi tidak tahu harus berbuat apa.Kita menemukan ayah-ayah ini sering berada di rumah. Mereka mengerjakan banyak hal, tapi tidak terlalu mengerti apa yang dikerjakannya. Sebuah gelombang rutinitas menjebak dan membawanya berputar-putar ke dalam pekerjaan yang memiliki kualitas rendah.

Anak-anak menjumpai tokoh ini sepanjang waktu di rumah, namun sayangnya lambat laun sang tokoh menjadi tidak berarti dalam kehidupan mereka. Tidak ada lagi kejutan-kejutan psikologis yang biasa ditunggu-tunggu anak dari seorang ayah yang normal. Ritme komunikasi berjalan tanpa greget dan hambar.

Sebagian besar korban Narkoba dan pelecehan seksual di kalangan remaja memiliki ayah tipe kedua ini. Bukan Superman tapi Superstar. Benar, ayah bukanlah superman, tapi ia adalah
superstar.

Ia bintang di tengah keluarga. Ia pembawa dan penentu model sekaligus agen sosial. Lewat aksi panggungnya yang memikat, ia menggemuruhkan keceriaan keluarga. Tapi, sebagai seorang bintang, ia tidak lahir dengan sendirinya. Ia membutuhkan dukungan, karena bagi lelaki peran ayah bukanlah peran instingtif.

Peran ini lebih membutuhkan bimbingan sosial dari pada wanita dengan perannya sebagai ibu. Sebelum dukungan datang dari luar, maka sang ayah harus mencari dukungan dari dirinya sendiri. Mereka haruslah secara kontinyu merangsang dialog dengan hati nurani secara intens dan apresiatif.

Dialog-dialog ini harus mampu meyakinkan bahwa ia tidaklah satu-satunya ayah yang sedang belajar menjadi superstar. Bahwa anak-anak membutuhkan cinta, dukungan, dorongan dan perlindungannya. Bahwa melalui anak-anak para orang tua diajarkan makna hidup, cinta, kesucian, kesabaran dan sebagainya. Bahwa anak-anak melihat dunia luar dengan perantara jendela sang superstar.

Dukungan dalam diri tidak akan berarti tanpa tekun dan sabar berlatih. Sampai suatu saat hilangnya kekakuan dalam berhadapan dengan anak-anak. Muncullah ayah yang dengan ikhlas membantu anaknya mengerjakan PR, memandikan anak, mencuci baju dan belanja. Ayah yang membacakan buku cerita untuk anaknya, mengantar anak les komputer.

Ayah-ayah inilah yang akan membuat dunia ini berputar dan menjawab pertanyaan : "Where have all the fathers gone?" dengan "Here I am. Now and forever!"

Dikopas dari: milis sekolah rumah

Apa saja yang perlu disampaikan dalam Pendidikan Seks?

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Sumber: www.dailypsychology.net

Pendidikan seks bisa diberikan sejak anak masih usia dini. Para orangtua, jangan panik dulu! Materi apa yang sebaiknya disampaikan kepada anak disesuaikan juga dengan usia dan kebutuhannya kok. Dari keseluruhan perkembangan seorang anak, kesulitan terbesar akan dihadapi para orangtua ketika harus memberikan pendidikan seks kepada anaknya yang remaja? Kenapa?
Karena pada tahap perkembangan tersebut, mereka akan mulai berpikir kritis dan mempertanyakan, atau menantang ajaran Anda. Jangan salah, mereka mempertanyakan atau menantang bukan untuk membantah. Namun, mereka sedang mempraktekkan berpikir kritis, dimana remaja mulai memiliki keinginan dan dorongan untuk memahami dan mengerti dunianya. Oke, berikut saya berikan panduan umumnya tentang pendidikan seks apa yang sebaiknya orangtua berikan pada anak, disesuaikan dengan rentang usia anak.

1. Usia TK
Dalam usia ini, cukup sering kita mendapati anak yang bertanya pada orangtuanya atau guru, “Aku itu datengnya dari mana?” atau “Bayi itu dari mana sih?” Yang bila dijawab oleh orangtua dengan perkataan seperti “Dari perut mama..” anak biasanya akan melanjutkan pertanyaan dengan “Kok bayi bisa ada di perut mama?” Nah, cukup sering saya menemui orangtua yang kemudian hanya menjawab dengan perkataan seperti “Nanti kalau sudah besar, kamu mengerti sendiri.” Saya ingat, dulu waktu kecil jawaban seperti itulah yang saya dapatkan dari orangtua saya. Bahkan sampai sekarang saya masih melihat banyak orang, seperti sepupu-sepupu saya yang sudah berkeluarga menjawab dengan kalimat yang persis sama. Ini adalah kesempatan terbesar dan termudah bagi para orangtua untuk berlatih memberikan pendidikan seks kepada anak. Kenapa termudah? Coba saja bayangkan bagaimana sulitnya Anda menjawab pertanyaan anak usia remaja (akan kita bahas nanti) seperti, “Hubungan seks itu bagaimana sih?"

Oke, jadi materi pertama yang sebaiknya diajarkan kepada anak di usia dini adalah tentang asal muasal bayi. Anda tidak perlu menjelaskan secara teknis bagaimana bayi bisa ada di perut ibu. Anak Anda juga belum mengerti bila Anda menjelaskan secara teknis. Cukup berikan penjelasan seperti “Mama dan papa saling menyayangi dan mencintai, dan ingin ada kamu di tengah-tengah kita untuk bisa berbagi rasa saying itu. Jadi, papa meletakkan kamu di perut mama.” Respon yang sangat mungkin untuk muncul dari anak adalah ia akan mempertanyakan masalah ukuran, seperti “Masak aku segede ini bisa muat di perut mama?” Nah, untuk meresponnya, Anda bisa saja menjawabnya dengan mengatakan “Awalnya kamu tidak sebesar ini sayang. Keciiil sekali. Tapi karena mama dan papa saling menyayangi satu sama lain, kamu yang kecil akhirnya tumbuh dan berkembang sampai sebesar sekarang.” Pilihan kata bisa dimodifikasi sesuka Anda, namun tekankan bahwa anak adalah hasil kasih sayang dan cinta kedua orangtuanya.

Materi berikutnya, adalah tentang perbedaan anak laki-laki dan perempuan. Anda pernah menonton filmnya John Travolta yang Look Who’s Talking? Dalam salah satu adegan dimana John dan istrinya memandikan kedua anaknya, si sulung (laki-laki) melihat badan adiknya (perempuan) dan bertanya “Dimana penis Julie?” Di usia TK ini adalah kesempatan pertama bagi orangtua untuk mulai mengajarkan perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan. Berikan pemahaman kepada mereka bahwa laki-laki memiliki penis dan perempuan memiliki vagina. Sekali lagi, untuk memudahkan Anda nantinya memberikan pendidikan seks pada anak usia remaja, sebaiknya biasakan sejak dini untuk menggunakan istilah ilmiah, seperti penis, vagina, dan payudara. Kebiasaan dari kecil untuk mengganti istilah tersebut dengan sebutan yang imut, seperti burung untuk pengganti penis, hanya akan membiasakan diri Anda sendiri untuk tidak nyaman berbicara seks dengan anak. Dan juga mengajarkan kepada anak bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan seks tidak boleh disebut.



2. Usia SD
Dalam usia SD ini, pendidikan seks kembali ditekankan pada aspek perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan. Berikan pemahaman kepada mereka bahwa alat kelamin mereka adalah salah satu hal mendasar yang menentukan siapa diri mereka. Terutama sekali, ajarkan mereka bahwa tidak sembarang orang boleh menyentuh alat kelamin tersebut, sehingga mereka pun diminta untuk menghargai orang lain, terutama lawan jenisnya, dengan menjaga diri dan tidak menyentuh area sensitif tersebut. Salah satu pendidikan yang sebaiknya ditekankan sekali oleh para orangtua adalah apa yang seharusnya anak lakukan bila alat kelamin mereka disentuh oleh orang dewasa, atau bila mereka disentuh yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Ajarkan kepada mereka tentang sentuhan-sentuhan yang wajar (seperti orangtua menggandeng tangan anak saat menyeberang jalanan atau memeluk anak saat anak sedang menangis) dengan sentuhan yang tidak wajar (seperti orang dewasa yang menyentuh alat kelamin atau meminta anak menyentuh alat kelamin mereka). Hal ini sangat penting untuk diajarkan kepada anak agar anak pun bisa melindungi dirinya dari para paedophilia (salah satu jenis kelainan seksual dimana orang dewasa mencari dan mendapatkan kepuasan seksual dari hubungan seksual dengan anak kecil).

3. SD Akhir – SMP
Dalam kelompok usia ini, berikan pendidikan seks kepada anak seputar pubertas. Berikan mereka informasi tentang perubahan-perubahan apa yang akan terjadi secara fisik saat mereka menjalani proses pubertas. Dan khusus untuk anak laki-laki, berikan penjelasan kepada mereka tentang mimpi basah. Ketika anak mulai mengalami pubertas, banyak orangtua yang memberikan penjelasan kepada anak sebatas pada aqil balik (ajaran agama Islam) dimana hal ini berarti anak sudah harus menanggung dosanya sendiri. Namun, sebaiknya disampaikan pula bahwa ketika laki-laki sudah mengalami mimpi basah dan perempuan sudah menstruasi, hal ini berarti mereka secara seksual sudah matang dan sudah bisa menghamili ataupun dihamili. Oleh karena itu, tekankan sekali lagi kepada mereka tentang pentingnya menjaga alat kelamin agar jangan sampai dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

4. SMA – Kuliah
Dan sampailah kita kepada tahap terberat dalam memberikan pendidikan seks kepada anak. Dalam tahap ini, orangtua sebaiknya sudah mempersiapkan diri (secara mental dan materi) dalam memberikan pendidikan kepada anaknya seputar hubungan pacaran, perilaku seksual (mulai dari berpegangan tangan – berpelukan – berciuman – sampai hubungan seksual), konsep keperawanan, alat kontrasepsi, dampak hubungan seksual seperti kehamilan dan Infeksi Menular Seksual.

Jadi bagaimana para orangtua? Masih membayangkan sulitnya memberikan pendidikan seks kepada anak sejak usia dini? Bila ya, ingat saja kata kuncinya, MEMBAYANGKAN. Untuk tahu pasti tentang sulit/tidaknya, silakan dicoba. After all, experience is the best teacher right?

*Sumber ada pada penulis
Nadya Pramesrani, seorang perempuan berusia 24 tahun yang saat ini sedang menempuh pendidikan Magister Profesi di Fakultas Psikologi UI, berharap bisa lulus dalam waktu sebulan lagi. Sebelumnya, perempuan ini juga lulus sebagai Sarjana Psikologi dari universitas yang sama pada tahun 2007. Dalam psikologi, Nadya ini tertarik dalam bidang seksualitas dan perilaku seksual manusia. Sebelumnya, ia aktif dalam kegiatan Sex Education kepada kelompok remaja yang akan kembali dilanjutkan setelah berhasil lulus pendidikannya.
Di luar psikologi, hobinya ada di bidang kuliner (penyantap, bukan pembuat) dan interior design. Kalau ada kesempatan, Nadya ini ingin meneruskan impiannya sebagai interior designer yang harus tertunda. Bila sedang stres, her personal disneyland is ikea store dan index. 


Kamis, 16 Desember 2010

Tips Luar Biasa dari Sekolah Taman Kanak-Kanak

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




oleh Made Teddy Artiana, S. Kom

Inilah yang biasa kami kerjakan pada hari Selasa, Kamis, Sabtu pagi : bangun awal, menuju lokasi jogging track kami dan berolah raga. Tetapi hari ini ada yang sedikit berbeda. Sehabis erobik, kami mampir ke tukang bubur langganan di daerah Halim sana. Nyabu alias nyarap bubur, sambil duduk-duduk di dalam areal Taman Kanak-Kanak Angkasa 5 Halim. TKA 5 kali ini tampak agak meriah. Ada foto-foto terpajang disana-sini, rupanya mereka baru saja mengadakan sebuah kegiatan seru. Yang tak kalah menarik, 4 gantungan kalimat dalam bahasa Inggris dan Indonesia yang diletakkan berjajar agak tinggi di lorong sekolah. Kalimat-kalimat itu adalah :

“Cleanliness is the part of faith”
“Discipline is the early of success”
“No day without any achievement”
“Pray, play and study is my day activity”

Mari kita perhatikan bersama-sama. Yang pertama, Kebersihan adalah bagian dari iman. Slogan klise yang agak sering kita dengar. Bisa jadi yang dimaksud tidak hanya kebersihan, namun dampak lebih jauh dari sebuah kebersihan, yaitu kesehatan. Ini penting karena betapapun suksesnya kita, jika tidak sehat. Hidup pastilah tidak dapat kita nikmati sepenuhnya.



Lalu, kedisplinan adalah permulaan dari kesuksesan. James Gwee mengatakannya sedikit berbeda: discipline is the bridge between your dream and success. Banyak orang terbuai dengan cita-cita dan kesuksesan, dan melupakan bahwa untuk meraih semua itu besar kemungkinan diperlukan sesuatu bernama: disiplin. Tidak selalu berupa kerja keras, tetapi paling tidak sebuah disiplin untuk menjaga kesuburan mimpi kita agar tidak lenyap oleh fakta sementara.

Kemudian, achievement atau pencapaian. Ini berbicara tentang standar hidup. Pencapaian yang seharusnya tidak boleh dikompromikan, namun tetap harus fleksibel. Setiap hari haruslah berguna. Dan yang terakhir yang paling menarik. Berdoa, bermain dan belajar adalah aktivitas keseharian kami. Ini sebuah nasehat sangat bijaksana bagi kita, orang dewasa (tua) yang seringkali terlalu serius dengan hidup ini. Kita lupa untuk memberi makan roh/spirit kita dengan menjalin hubungan dengan Sang Pemilik Hidup, TUHAN lewat berdoa. Kemudian tak sempat lagi meluangkan waktu untuk menikmati indahnya hidup lewat permainan (hiburan) yang merupakan makanan bagi jiwa. Dan terakhir lupa bahwa setua apapun kita, yang namanya manusia, sampai kapanpun juga harus tetap b-e-l-a-j-a- r.

Terus..bagaimana dengan bekerja ? Apakah kita tidak perlu bekerja ? rasanya bekerja yang benar seharusnya mengandung ketiga unsur diatas : berdoa, bermain dan belajar. Ini sangat kontras dengan yang dijalani oleh sebagian besar dari kita sekarang : Kerja, kerja dan kerja !!! (*)

What a wonderfull world ! What an exciting journey !!

Made Teddy Artiana, S. Kom (fotografer, penulis & event organizer)
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com

Guru RSBI Berkualitas Rendah Harus Diganti

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





JAKARTA — Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Suyanto, menyatakan bahwa guru-guru berkualitas rendah yang mengajar di sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sebaiknya diganti. Menurutnya, jika guru berkualitas rendah dipertahankan akan berpengaruh pada kualitas pendidikan di sekolah diarahkan pada kualitas bertaraf internasional.

“Jika memang guru RSBI ada yang terbukti memiliki kompetensi dan kualitas rendah serta tidak sesuai dengan standar sekolah RSBI dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) , maka sepatutnya  diganti,” ungkap Suyanto kepada JPNN di Jakarta, Jumat (19/11).

Suyanto menegaskan, sebenarnya segala macam aturan, syarat dan kriteria tenaga pendidik bagi sekolah RSBI dan SBI tersebut sudah ditetapkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Aturannya kan sudah ada dan memang harus dipenuhi. Tetapi kami juga mengakui bahwa masih ada beberapa sekolah RSBI dan SBI yang belum 100 persen memenuhi aturan yang berlaku, namun setidaknya mengarah ke standar internasional,” jelasnya.

Ditambahkan, Kemdiknas terus berupaya meningkatkan program sertifikasi guru. Pasalnya, hal ini bukan saja berpengaruh pada sekolah berstatus RSBI dan SBI saja, melainkan juga akan mempengaruhi kualitas pendidikan di sekolah reguler lainnya.

Sebelumnya, berdasarkan hasil studi evaluasi penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Kepala Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Hendarman, mengungkapkan bahwa nilai akademik guru RSBI sangat rendah, Rendahnya kualitas guru sekolah RSBI itu terutama pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Nilai akademik guru SMA RSBI untuk mata pelajaran bahasa inggris , matematika, fisika dan biologi rata-rata lebih rendag 10,8 persen jika dibandingkan dengan guru regular,” jelas Hendarman.

Selain itu, Hendarman juga menjelaskan bahwa sebagian besar guru RSBI belum memenuhi kriteria kualifikasi pendidikan S2. Padahal persyaratan komposisi guru RSBI berkualifikasi pendidikan S2 di setiap sekolah RSBI sudah diatur yaitu 10 persen untuk SD, 20 persen untuk jenjang SMP, serta 30 persen untuk SMU/SMK sebanyak 30 persen.

Tak hanya itu, kemampuan berbahasa Inggris pendidik dan tenaga kependidikan RSBI pada SD, SMP, SMA dan SMK masih berada pada level novice (pemula) dengan skor 10-250 atau sekitar 50 persen. Padahal mengacu pada persyaratan yang ada, tenaga pendidik SBI dan RSBI dituntut memiliki kemampuan Bahasa Inggris aktif dengan skor TOEFL minimal 450 (level intermediate) .(cha/jpnn)

Sumber: http://m.jpnn.com/news.php?id=77503

Senin, 13 Desember 2010

Kepala Sekolah Harus Berlisensi

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





KLOJEN - Surya- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 28 tahun 2010, menyebutkan untuk guru yang ingin menjadi kepala sekolah, mulai tingkat dasar sampai menengah, harus memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Untuk mendapatkan sertifikat itu, seseorang harus melalui tiga tahap, yaitu In Service Learning, On the Job Learning (OJL) dan In Presentation. “In service Learning, calon Kepsek harus memenuhi persyaratan administrasi. Kalau tahap itu sudah terpenuhi, baru akan menjalani OJL,” terang Drs Tri Suharno MPd dari Lembaga Peningkatan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jatim dalam Program Sertifikasi Kepala Sekolah di Malang, Rabu (10/11).

Dalam OJL tersebut, setiap peserta calon kepala sekolah menjalani ujian kemampuan dalam lima kompetensi, yakni manajerial, supervisi, kewirausahaan. Sementara kompetensi bidang sosial, dan kepribadian setiap peserta langsung penerapan di lingkungan sekolah.  “Jika tahap kedua itu dinyatakan lolos, calon tersebut harus mempresentasikan hasil OJL tersebut, yang merupakan tahap terakhir dalam proses lisensi itu,” jelasnya.

Setelah ketiga tahap itu selesai, akan disampaikan ke Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan Kepala Sekolah (LP2KS) untuk memberikan sertifikat sebagai lisensi. Sementara itu, bagi guru yang sudah menjadi Kepsek, pihaknya juga melakukan pengembangan lima kompetensi itu dengan mengikuti Countinous Profesional Speedy (CPD) atau pelatihan singkat berlanjut.

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/11/11/kepala-sekolah-harus-berlisensi.html

Jumat, 10 Desember 2010

Masyarakat Boleh Lihat Dokumen BOS

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Penulis: Siwi Tri Puji B


REPUBLIKA.CO. ID, JAKARTA--Indonesia Corruption Watch menyatakan putusan Majelis Komisi Informasi Pusat terkait sengketa informasi data Biaya Operasional Sekolah dan Bantuan Operasional Pendidikan adalah putusan bersejarah. "Putusan Majelis KIP adalah keputusan penting dan bersejarah," kata Peneliti Senior ICW, Febri Hendri, di Jakarta, Senin.

Majelis KIP di Kementerian Informasi dan Komunikasi, Senin), memenangkan ICW dalam kasus sengketa informasi publik dalam pengelolaan dana BOS dan BOP tahun 2007-2009 melawan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan lima kepsek SMP negeri.

Dalam putusannya, Majelis Komisioner KIP memutuskan bahwa SPJ (Surat Pertanggung Jawaban) dan dokumen pendukung berupa kwitansi pembayaran dan bukti keuangan lainnya adalah dokumen publik dan dapat diakses oleh publik dan ICW sebagai pemohon.

Menurut Febri, putusan itu penting karena menyangkut transparansi publik pengelolaan keuangan negara dan publik.  Selain itu, lanjutnya, putusan tersebut tidak saja berlaku bagi ratusan ribu sekolah di Indonesia akan tetapi juga bagi seluruh badan publik, baik milik negara, pemerintah atau swasta.

Ia mengemukakan, selama ini transparansi dimaknai sebagai penyerahan dokumen keuangan tersebut pada lembaga berwenang seperti BPK, BPKP, Inspektorat atau lainnya.  "Pejabat publik menyatakan telah transparan ketika telah menyerahkan dokumen keuangan pada lembaga pemeriksa tersebut," kata Febri. Hal tersebut, ujar dia, membuat akses publik terhadap berbagai dokumen penting tersebut dinilai seakan-akan bukan bagian dari transparansi.



Putusan Majelis Komisioner mempertimbangkan antara lain permintaan salinan dokumen oleh ICW sebagai pemohon telah sesuai dengan UU No 14 Tahun 2008 tentang KIP (Keterbukaan Informasi Publik) dan Peraturan Komisi Informasi Pusat No 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik pada Badan Publik.

Selain itu, pemberian SPJ pada termohon tidak melanggar juknis BOS dan BOP karena tidak digunakan untuk audit sekolah bersangkutan dan belum ada undang-undang yang mengatur bahwa dokumen SPJ adalah dokumen rahasia. Dokumen SPJ dinyatakan tidak termasuk informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur pada pasal 17 UU No 14 Tahun 2008 tentang KIP.

Pembukaan dokumen SPJ pada publik juga diyakini tidak akan berdampak pada proses hukum, kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat, pertahanan dan keamanan negara, kekayaan alam Indonesia, ketahanan ekonomi nasional, kepentingan hubungan luar negeri, dan akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang. "Putusan ini telah mendorong bangsa Indonesia satu langkah maju kedepan menjadi bangsa yang transparan dan akuntabel dalam mengelola sumber daya publik," kata Febri.

Sumber: http://m.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/11/15/146966-masyarakat-boleh-lihat- dokumen-bos

Sudut Pandang Anak tentang Belajar

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Ditulis oleh : Sumardiono
Email: aar@rumahinspirasi.com

Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar.

1. Anak tertarik dengan nyata
Salah satu minat terbesar anak adalah hal-hal yang dilakukan orangtua/orang dewasa. Anak tertarik dengan mobil, komputer, gadget, sepatu, benda-benda dan kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa. Mereka juga tertarik dengan benda nyata, bukan benda imitasi atau pura-pura. Jika bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh orangtua, mereka akan melakukannya.
Oleh karena itu, sebenarnya kita tak perlu mencari-cari mainan untuk mereka. Jika memungkinkan dan aman, benda-benda nyata yang ada di sekitar adalah alat main sekaligus belajar yang sangat menyenangkan buat anak.

2. Anak melihat sisi fun
Orangtua biasanya melihat sebuah materi dilihat dari penting atau tidaknya materi itu. Sementara itu, anak tak terlalu mengerti tentang hal itu. Anak melihat segala sesuatu berdasarkan sisi fun; apakah sesuatu itu menarik dan asyik buatnya.
Kalau orangtua bisa mengkomunikasikan sisi menarik/asyik dari sebuah hal hingga anak dapat melihat sudut pandang itu, anak pasti akan mempelajari/ melakukan hal yang dikatakan orangtua; sekalipun hal/materi itu mungkin dianggap sulit oleh orang dewasa.
Sebaliknya, komunikasi orangtua yang hanya menekankan pada tingkat kepentingan tapi tak mampu menghadirkan sisi fun bisa dipastikan akan menerima resistensi, bahkan penolakan dari anak.

3. Anak ingin terlibat
Jika memungkinkan, anak ingin terlibat pada hal-hal yang dilakukan orang dewasa, seperti mengendarai motor/mobil, menghidupkan televisi, memasak, memainkan komputer, dan hal-hal lain yang dilakukan orangtua.
Jika orangtua memberikan kesempatan anak untuk terlibat, itu akan membangun kebanggaan dan kepercayaan diri mereka. Mereka akan merasa besar, berharga, dan bisa melakukan hal-hal seperti orang dewasa.

4. Anak senang ditemani
Ketika anak melakukan kegiatan, mereka merasa bahagia kalau orangtua terlibat dan ikut serta berkegiatan bersama mereka. Keterlibatan (engagement) itu penting dan lebih berharga daripada sekedar instruksi. Dengan ikut keterlibatan orangtua, anak merasa bahwa kegiatannya itu penting dan asyik.

Keterlibatan itu beragam bentuknya, mulai membantu menyiapkan sarana, mengikuti proses, bekerja bersama, serta memberikan umpan balik kepada anak. Kunci kekuatan dari keterlibatan orangtua adalah dilakukan dengan sepenuh hati, bukan basa-basi dan berpura-pura saja.

Dengan mengetahui sudut pandang anak dan menggunakannya secara baik, itu akan menciptakan keuntungan bersama bagi orangtua dan anak.

Sumber: http://rumahinspirasi.com/homeschooling/sudut-pandang-anak-tentang-belajar

Bahasa Asing di RSBI Tidak Efektif

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Bangkok, Kompas - Bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah yang berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional di Indonesia berjalan tidak efektif. Ini disebabkan tidak ada standar pengajaran yang jelas sehingga metode pengajaran bahasa asing setiap guru berbeda.

Hal itu dikemukakan Head of English Development British Council, Danny Whitehead yang memaparkan hasil penelitian Stephen Bax dari University of Bedfordshire, Inggris, di konferensi internasional Language, Education, and Millenium Development Goals (MDGs)”, Kamis (11/11) di Bangkok, Thailand. ”Setiap guru di satu sekolah yang sama bisa saja metode pengajaran dengan bahasa Inggrisnya berbeda-beda. Ini disebabkan tidak ada panduan dan standar pengajaran yang jelas,” ungkap Whitehead.

Hasil penelitian itu juga menyebutkan, penggunaan bahasa asing tidak efektif karena jumlah guru yang memiliki kemampuan mengajar dalam bahasa Inggris kurang dari 25 persen. Mayoritas guru hanya sekadar bisa berbicara dalam bahasa Inggris. ”Mahir bicara dalam bahasa Inggris dan mampu mengajar dalam bahasa Inggris jelas dua hal yang berbeda. Guru harus dilatih secara khusus untuk bisa mengajar dengan bahasa Inggris,” kata Whitehead.

Tak harus RSBI
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kata Whitehead, tidak perlu melalui pendirian rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Justru akan lebih efektif jika pemerintah memusatkan perhatian pada metode dan proses pengajaran, baik di RSBI maupun non-RSBI. Bahkan, RSBI sebenarnya bisa mengembangkan kurikulumnya sendiri dengan tetap berdasarkan kurikulum nasional dan tidak perlu mengambil mentah-mentah dari negara lain. ”Jangan justru mendahulukan keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh,” kata Whitehead.

Hal senada diutarakan konsultan pendidikan di British Council Indonesia, Hywel Coleman. Ia mengaku khawatir RSBI justru menciptakan diskriminasi pendidikan yang semakin lebar. Apalagi kurikulum RSBI sebagian diambil dari sekolah luar negeri. ”Biaya pendidikan di RSBI sebenarnya bisa murah jika kurikulum yang digunakan kurikulum buatan sendiri,” kata Coleman. Ia khawatir akan banyak anak yang tidak bisa menikmati pendidikan berkualitas baik, seperti di Pakistan dan Thailand.

Karena sudah telanjur harus ada sesuai undang-undang, Whitehead dan Coleman menyarankan agar pemerintah mengawasi dan mengevaluasi RSBI, terutama efektivitas dalam pengajaran menggunakan bahasa Inggris. ”Sampai saat ini belum ada evaluasi menyeluruh dari pemerintah tentang RSBI,” kata Whitehead. (LUK)


http://koran.kompas.com/read/2010/11/12/04063954/bahasa.asing.di.rsbi.tidak.efektif

Rabu, 08 Desember 2010

RSA Animate - Changing Education Paradigms



Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.

Kamis, 02 Desember 2010

Video Telkom SIAP Online, Agar Administrasi Pendidikan lebih Tertata



Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.

Kamis, 25 November 2010

Lebah Memecahkan Masalah Matematika untuk Cari Makanan

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Studi mengatakan lebah adalah serangga pertama yang diketahui mampu memecahkan masalah matematika yang kompleks untuk menemukan rute terpendek ke sumber makanan. Para ilmuwan di Universitas London menemukan bahwa lebah dengan mudah dapat memecahkan apa yang disebut "Traveling Salesman Problem 'untuk menemukan jalan pintas makanan.

"Lebah pencari makan memecahkan Traveling Salesman Problem setiap hari," kata Dr. Nigel Raine yang dikutip oleh Presstv, Senin 25 Oktober. "Mereka mengunjungi bunga di beberapa lokasi dan, karena lebah menggunakan banyak energi untuk terbang, mereka menemukan rute dengan jarak terbang minimum."
Komputer memecahkan masalah yang sama dengan membandingkan panjang dari semua rute yang mungkin dan memilih rute terpendek, peneliti mengatakan dalam sebuah pernyataan. Meskipun memiliki otak seukuran benih rumput, lebah mampu terbang dengan rute terpendek dalam percobaan dengan bunga buatan yang dikendalikan komputer.



Para ilmuwan mencoba untuk melihat apakah serangga mengikuti rute yang ditentukan oleh urutan di mana mereka menemukan bunga atau mereka menghitung rute terpendek. Lebah dengan cepat menemukan jalan pintas setelah menjelajahi lokasi bunga, MSNBC melaporkan. Para peneliti mengatakan temuan mereka dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah lalu lintas dan digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana lebah menyerbuki tanaman dan bunga-bunga liar.

"Gaya hidup kita bergantung pada jaringan seperti lalu lintas di jalan-jalan, arus informasi di Web dan rantai pasokan bisnis," kata pernyataan itu. "Dengan memahami bagaimana lebah dapat memecahkan masalah mereka dengan otak sekecil itu, kita dapat meningkatkan manajemen jaringan sehari-hari tanpa perlu banyak waktu di komputer."

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempulah jalan Tuhan-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnannya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan (QS. An Nahl: 69)

[muslimdaily. net/ptv]

Penggunaan Bahasa Inggris di Sekolah Melanggar UU

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





JAKARTA (Suara Karya): Internasionalisasi standar pendidikan Indonesia saat ini telah disalahartikan sebatas mengganti bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Padahal, dalam Undang-Undang (UU) No 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan secara tegas dinyatakan bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam proses belajar-mengajar.

"Sekarang ini ada semacam euforia berbahasa asing di sekolah dan perguruan tinggi. Hal itu bisa dilihat pada program rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Penggunaan bahasa asing dalam kegiatan belajar di sekolah telah melanggar UU," kata Agus Dharma, Wakil Kepala Sementara Pusat Bahasa, dalam seminar Pengujian Bahasa di Jakarta, Selasa (20/7).



Agus Dharma menambahkan, proses belajar-mengajar di negara mana pun di dunia selalu menggunakan bahasa nasionalnya sebagai bahasa pengantar di sekolah. Bahasa asing , seperti bahasa Inggris, hanya digunakan saat mata pelajaran tersebut diajarkan.

"Internasionalisasi pendidikan telah ditanggapi salah oleh dunia pendidikan kita dengan penggunaan bahasa Inggris, kelas ber-AC, dan laboratorium bahasa. Yang perlu diinternasionalisas i adalah keilmuan para siswa, bukan bahasanya. Karena di Jerman, para siswa tetap menggunakan bahasa nasionalnya di dalam kelas," ucap Agus Dharma menegaskan.



Hal senada dikemukakan peneliti bahasa, Dendy Sugono. Internasionalisasi standar pendidikan di Indonesia baru sebatas kulit, bukan substansi. Internasionalisasi standar pendidikan seharusnya menyentuh mutu pendidikan dan wawasan para siswanya, tak sebatas pada penggunaan bahasa asing di sekolah.

"Kemampuan berbahasa asing memang penting bagi siswa agar mereka bisa masuk dunia internasional. Tetapi, semua ada aturan mainnya. Dalam UU No 24/2009, secara tegas dinyatakan bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan adalah bahasa Indonesia. Jika tidak, mana rasa kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia," ungkap Dendy.



Menurut Dendy, pengabaian bahasa Indonesia terjawab pada hasil nilai ujian nasional (UN) bahasa Indonesia yang tidak memuaskan. Hampir sebagian besar siswa yang tak lolos UN terganjal pada ujian bahasa Indonesia. "Kondisi ini merupakan salah satu contoh bagaimana bahasa Indonesia mulai terabaikan," kata mantan Kepala Pusat Bahasa itu.

Dendy mengharapkan, agenda internasionalisasi pendidikan Indonesia diikuti agenda internasional bahasa Indonesia. Salah satunya menggalakkan sertifikasi pendidikan dengan bahasa sendiri bagi para guru dan dosen. Sebab, banyak guru dan dosen belum memiliki sertifikat UKBI (Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia).

"Para guru dan dosen perlu digalakkan untuk meningkatkan mutu penguasaan bahasa Indonesia. Sekarang yang terjadi para guru atau dosen berlomba-lomba menguasai bahasa asing. Bagi mereka, sertifikasi bahasa asing lebih bergengsi daripada sertifikasi bahasa Indonesia," ujarnya. Di dunia kerja pun, menurut Dendy, situasinya hampir sama. (Tri Wahyuni)

Digelar, Festival Film Sains untuk Anak

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




Sumber: Kompas.com


Pembelajaran sains yang menyenangkan bagi anak-anak akan hadir di Indonesia. Belajar seraya dapat hiburan lewat film-film sains bisa disaksikan siswa, guru, dan masyarakat umum secara gratis dalam program Festival Film Sains yang digelar di Jakarta pada 16-30 November.

FX Augustin, Direktur Goethe-Institut Indonesia, di Jakarta, Kamis (11/11/2010) , menjelaskan, awalnya festival film sains digelar di Thailand sejak lima tahun lalu. dan sudah lebih dari 100.000 pengunjung yang belajar sains lewat film. Menurut dia, perlu untuk membawa anak-anak dan kaum muda sejak dini berhubungan dengan berbagai pertanyaan ilmiah.

"Perlu kita buktikan ke anak-anak bahwa untuk menyingkap berbagai rahasia dan harta karun ilmu pengetahuan dunia ini bukanlah hal yang sulit, namun ringan dan menyenangkan. Film sains ini bisa memberikan inspirasi dan menghibur dalam waktu yang bersamaan," kata Augustin.

Untuk itulah, Festival Film Sains Indonesia 2010 digelar pertama kalinya. Ada 28 film sains menarik dari berbagai negara, termasuk Indonesia, yang bisa dinikmati anak-anak dan masyarakat umum secara gratis mulai 16-30 November 2010.

Festival ini memberikan keceriaan dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan bagi semua lapisan umur. Festival ini sekaligus hendak menggambarkan bahwa dunia hiburan juga peduli pada pendidikan. Festival film sains Indonesia digelar di Blitz Megaplex (Pasific Place), Universitas Paramadina , PP-IPTEK Taman Mini Indonesia Indah, dan Goethe-Institute. Pemesanan tiket hanya dapat dilakukan lewat email sff@jakarta.goethe.org dan nomor telepon 08589057010 atau 021-23550208 ext 131. Setiap pemutaran film diikuti berbagai aktivitas, kuis, dan percobaan yang dikembangkan tim majalah komik sains Kuark.
Kategori film yang diputar adalah pendidikan keluarga, ekologi dan lingkungan, ilmu pengetahuan alam, fisika, dan teknologi, budaya dan sejarah. Semua film disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia. Informasi lebih lanjut tentang Festival Film Sains Indonesia 2010 bisa dilihat di laman www.goethe.de/ sciencefilmfestival.

Penulis: Ahmad Rizali
http://ahmadrizali.com

Kamis, 18 November 2010

Permendiknas 28/2010 Pastikan Kepsek Penuhi Standar Kompetensi

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





REPUBLIKA.CO. ID,JAKARTA- -Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Menjadi Kepala Sekolah tidak menggantikan kewenangan daerah untuk memilih calon kepala sekolah.''Kewenangan tetap di daerah. Pusat hanya memastikan sebelum ditunjuk menjadi kepala sekolah harus memenuhi standar kompetensi sebagai kepala sekolah,'' tutur Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal kepada Republika, Rabu (3/11). Guru yang akan menjadi kepala sekolah, kata Fasli tetap dipilih oleh bupati. Yaitu orang-orang yang sudah memenuhi syarat sesuai ketentuan kriteria yang dimiliki daerah dan siap menjadi kepala sekolah.

Lahirnya Permendiknas No 28 tahun 2010 ini juga melengkapi peraturan sebelumnya yaitu UU Sisdiknas yang di antaranya mengatur bahwa penugasan menjadi kepala sekolah harus sesuai standar karena kepala sekolah memegang peran penting. Selain itu adanya permen ini pun, menurut Fasli, untuk menjawab adanya keraguan dari masyarakat terhadap pemerintah daerah.''Sering terjadi tuduhan-tuduhan kalau ada bupati baru membawa orang-orangnya, '' tutur dia.



Jumlah guru yang mengikuti ujian standar kompetensi inipun, menurut Fasli, disesuaikan dengan jumlah kepala sekolah yang dibutuhkan. Tapi tetap ada lebihnya sedikit untuk memberi ruang gerak kepada kepala daerah untuk memilih,'' tutur dia. Di antara syarat menjadi kepala sekolah, dipaparkan di antaranya harus lulus S-1 dan pada beberapa kasus harus lulus S-2 dan sudah lama menjadi guru serta lulus uji kompetensi menjadi kepala sekolah. Setelah uji kompetensi, kata Fasli, calon kepala sekolah pun harus menjalani serangkaian pelatihan mempersiapkan diri menjadi kepala sekolah.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/11/03/144414-permendiknas-282010-pastikan- kepala-sekolah-penuhi-standar-kompetensi

Pelajaran Tak Berdaya

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.



Ditulis oleh: Andry Cahya (dengan suntingan seperlunya)

Ada sebuah pelajaran yang sungguh sangat berbahaya dan tak berguna untuk dipelajari. Kita sebut saja PELAJARAN TAK BERDAYA. Pelajaran ini didapat biasanya dari pengalaman. Kita mempelajarinya secara tak sengaja, namun efeknya luar biasa permanen.
Seorang anak yang pernah digigit anjing ketika masih kecil tak akan mengerti bahwa anjing adalah binatang peliharaan yang setia terhadap tuannya. Baginya anjing adalah mahluk buas dan sama sekali bukan diciptakan untuk jadi sahabat manusia. Karakter ini bisa disebuat semacam trauma.
Digigit anjing merupakan contoh dari sebuah pengalaman buruk yang bisa menyebabkan sang anak mempelajari sebuah fenomena yang membentuk pendapatnya terhadap anjing.

Namun maksud saya tidak hanya itu. Ada hal-hal lain yang kelihatannya sepele padahal sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak ketika besar nanti. Seorang anak akan mendapati identitas dirinya melalui perjalanan hidupnya. Sangat disayangkan apabila perjalanan pada usia dininya ia mendapati sebuah pelajaran tak berdaya.
Misalnya ia mendapati dirinya berkali-kali gagal dalam memanjat pohon. Setelah kegagalan kesekian, kawannya memberikan ejekan pula yang isinya mengingatkan bahwa ia selalu gagal memanjat. Hingga di dalam pikiriannya terbentuk sebuah pola pikir paten buat dirinya untuk jangan berharap banyak dalam urusan memanjat dikarenakan pengalaman kegagalannya.
Apalagi ketika orang tuanya memperingatinya untuk sadar diri, bahwa sudah 3 kali ia terjatuh untuk urusan permainan monyet-monyetan ini.



Inilah yang saya maksud pelajaran tak berdaya. Pengalaman yang memberikannya kesimpulan dan batasan untuk tidak berdaya. Pelajaran tak berdaya ada disekitar kita, dan sangat berbahaya. Kita sering tidak menyadarinya. Jangankan urusan anak, kita saja yang udah bangkotan gini juga kadang-kadang kena pelajaran itu.
Berkali-kali seseorang merugi dalam business-nya bisa menyebabkan ia terlalu cepat mengambil kesimpulan," ... Yaaah.,. mungkin emang gue gak bakat dagang kali". Apalagi kesimpulan takdir,, wah... Kalau orang udah bilang ,"... yaaah,.,. emang dari sononye takdirnya udah gini garisnya".

Haduh.,., kita jangan bawa-bawa takdir deh,, ntar jadi debat agama gak jelas juntrungan. yang pasti-pasti aja, bahwa pelajaran tak berdaya ada di mana-mana, di sekitar kita, siap menerjang dan mengancam kita dan anak-anak kita, hingga menghancurkan dan melumat kita menjadi manusia yang "merasa" tidak berdaya. Orang yang tidak pernah bisa menembus apa-apa, dikarenakan keterbatasan-keterbatasan yang sebenarnya dibuat oleh kita sendiri.

Anak-anak kita, lebih rawan lagi. Apalagi jika mereka berada di luar jangkauan kita (maksud saya di sekolah). Mereka sangat rentan akan terkaman pengalaman-pengalaman yang melumpuhkan. Oleh karena itu, saya mengajak kita orang tua untuk tidak lengah. Jangan biarkan si kecil mencicipi pelajaran itu di sana sini. 

Diterbitkan di sebuah milis oleh: pujinev@yahoo.com

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)