Oleh: Asmadji As Muchtar
PENDIDIKAN kita ’’terjajah’’ Bahasa Inggris, demikian gerutu beberapa orang tua murid terkait dengan biaya sekolah anak-anaknya yang makin mahal. Dengan memasang label rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) ataupun sekolah bertaraf internasional (SBI) secara terang-terangan atau tersamar kini makin banyak sekolah yang mengharuskan muridnya untuk mampu berbahasa Inggris. Mahalnya biaya sekolah hanya karena ingin muridnya mampu berbahasa Inggris adalah sesuatu hal yang sulit dimengerti oleh rakyat. Pasalnya, proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah relatif murah. Artinya, sekolah cukup hanya menyediakan buku untuk guru dan murid.
Jika guru Bahasa Inggris memang betul-betul mahir berbahasa Inggris dan mampu mengajarkannya dengan baik, sedangkan murid-muridnya serius belajar, pasti akan mampu berbahasa Inggris. Dengan kata lain, proses belajar mengajar Bahasa Inggris tidak memerlukan infrastruktur yang mahal dan karenanya sangat aneh jika biaya sekolah menjadi sangat mahal. Dalam hal ini, laboratorium Bahasa Inggris, kalau memang dianggap penting, bukan termasuk infrastruktur yang mahal dan bisa dibangun dengan anggaran pendidikan yang disediakan negara.
Rakyat makin tahu bahwa mahalnya biaya sekolah terkait dengan urusan belajar mengajar Bahasa Inggris hanya gara-gara label negeri dan label internasional. Artinya, setelah pemerintah berhasil memopulerkan status sekolah dengan label ’’terdaftar’’ dan ’’diakui’’, dilanjutkan dengan kebijakan mengistimewakan sekolah-sekolah berstatus negeri, lantas mencoba memopulerkan sekolah negeri bertaraf internasional.
Terkait proses belajar mengajar Bahasa Inggris, sejumlah sekolah swasta nyata-nyata lebih baik ketimbang sekolah negeri. Satu contoh saja, betapa Pondok Pesantren Gontor (swasta) ternyata mampu mendidik muridnya mahir berbahasa Inggris (dan juga Bahasa Arab) tanpa biaya mahal. Mahalnya biaya sekolah terkait proses belajar mengajar Bahasa Inggris sangat aneh dan sulit dimengerti. Namun, lepas dari urusan biaya, proses belajar mengajar Bahasa Inggris di banyak sekolah perlu dibenahi agar Bahasa Inggris tidak terkesan menjajah (yang berarti juga menindas) rakyat.
Dalam upaya pembenahan proses belajar mengajar Bahasa Inggris, yang harus dicermati adalah kualitas buku dan lembar kerja siswa (LKS). Jika buku dan LKS yang ada kurang baik, seharusnya segera diperbaiki. Layak diduga, buku dan LKS yang ada kurang baik, dan buktinya mayoritas lulusan SMA belum mampu berbahasa Inggris.
Guru Berkualitas Untuk mencermati kualitas buku dan LKS, pemerintah sebaiknya meneliti buku dan LKS di SMA, apakah ada yang sama isinya dengan yang digunakan di SMP? Jika pemerintah betul-betul cermat, mungkin menemukan banyak kejanggalan. Misalnya, ada LKS untuk SMP yang isinya sama dengan isi buku untuk SD. Atau ada LKS untuk SMA isinya sama dengan isi buku untuk SMP. Selain buku dan LKS, peran guru sangat penting. Dalam hal ini, pemerintah selayaknya terus meningkatkan kualitas guru Bahasa Inggris agar mampu mengajar lebih baik lagi.
Kalau memang pemerintah menghendaki anak-anak Indonesia mampu berbahasa Inggris, seharusnya segera menyediakan guru yang betul-betul mampu mengajar dengan baik. Terlalu gegabah jika pemerintah membiarkan guru-guru kurang cakap mengajar yang membuat lulusannya tidak akan mampu berbahasa Inggris dengan baik.
Untuk konteks global, tidak ada salahnya pemerintah mencoba merekrut guru-guru Bahasa Inggris dari luar negeri. Dalam hal ini, kehadiran guru-guru dari luar negeri akan membuka persaingan yang sehat. Artinya, guru-guru kita akan bersemangat belajar lagi jika merasa belum cakap berbahasa Inggris. Layak disayangkan, jika mahalnya biaya sekolah terkait dengan Bahasa Inggris ternyata hanya sebatas upaya menaikkan citra atau gengsi status sekolah negeri. Terlalu kasihan jika rakyat di negeri ini menderita di ranah pendidikan setelah menderita di banyak bidang lain. Kini, rakyat makin menderita karena pemerintah ’’menjajah’’ dengan mata pelajaran Bahasa Inggris yang dibungkus dengan pencitraan sekolah-sekolah negeri bertaraf internasional.
— Dr Asmadji As Muchtar, guru sekolah swasta, Direktur Forum Multi-Studies, tinggal di Kudus
Sumber: http://suaramerdeka .com/v1/index. php/read/cetak/2011/04/02/142080/10/Pendidikan-Terjajah- Bahasa-Inggris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar