Kamis, 11 April 2013

Guru itu pilihan hidup saya!

Segera bergabung di www.goesmart.com, dan dapatkan ratusan konten pendidikan online interaktif untuk pelajar.

Oleh Nanang Bagus Subekti
Beberapa kali saya ditanya oleh mahasiswa dan teman-teman saya mengapa saya memilih pekerjaan sebagai seorang guru. Jawaban saya memang sangat sederhana yaitu karena inilah profesi yang cocok dengan isi hati saya.
Keputusan menjadi seorang guru memang hal yang dilematis karena pada saat itu penghargaan menjadi guru sangatlah kecil, jauh dibanding profesi yang lain, apalagi jika posisi saya hanya sebatas sebagai guru honorer atau dosen luar biasa maka penghargaanya sangat kecil.
Ketika masih menjadi tenaga honorer, sangat susah membayangkan apakah pendapat saya akan cukup untuk menghidupi keluarga saya secara layak. Berkali-kali saya berpikir untuk mencari pekerjaan selain menjadi guru, toh hati serasa berat untuk meninggalkan pekerjaan sebagai pendidik ini. Akhirnya, sejak tahun 1999 saya putuskan untuk menekuni dunia pendidikan yang selalu memberikan kepuasan batin yang luar biasa bagi diri saya.
Implikasi dari keputusan untuk menjadi seorang pendidikan adalah saya harus sadar betul dengan penghargaan yang saya akan peroleh kelak. Saya selalu ingat pesan sesama rekan pendidik yang mengatakan ‘kalau mau kaya jangan jadi guru‘. Saya memahami betul apa yang selalu disampaikan teman-teman tersebut. Dalam hati kecil saya ada dorongan besar untuk menunjukan bahwa dengan menjadi guru pun kita bisa hidup cukup bahkan lebih dari cukup.
Jika dilihat lebih jauh mengapa saya tertarik menjadi guru, hal ini tidak lepas dari latar belakang keluarga saya. Bapak saya seorang guru SD swasta sedangkan ibu saya hanya seorang lulusan SD. Hidup di suatu pedesaan tidak memberikan pengalaman yang lebih banyak dibanding anak-anak seusia saya yang tinggal di kota. Figur yang saya hadapi hanyalah Bapak saya yang menjadi seorang guru SD dan aneka pekerjaan sederhana yang saya masih tertarik seperti menjadi seorang sopir bis.
Hampir setiap saat bertanya ke orang tua, jika saya besar sebaiknya menjadi apa. Bapak saya selalu bercerita jika menjadi guru itu enak. Ternyata saran orang tua saya tersebut perlahan-lahan masuk dalam diri saya dan saya mulai tekun belajar. Hampir setiap malam orang tua saya menunggui saya belajar dengan berbekal lampu minyak tanah atau petromax. Maklum hidup di desa yang tanpa listrik hingga saya kelas 6 SD tidak ada TV seperti saat ini. Permainan pun serba kampung alias ndeso sekali seperti main di sawah dan sungai.
Minat menjadi guru terus muncul sejak saya masuk SMP. Ketika itu saya memilih sekolah di lereng merapi Yogyakarta. Sebuah sekolah di pinggiran yang jauh dari pusat kota. Pokoknya semua serba kampung dengan fasilitas pas-pasan. Saya menjumpai seorang guru Bahasa Inggris yang luar biasa. Beliau menunjukan bagaimana mudahnya belajar bahasa Inggris. Sejak itulah saya suka dengan bahasa Inggris, dan ingin menjadi guru bahasa Inggris.
Lain SMP lain SMA. Ketika masuk MAN saya memilih sekolah di kota supaya ada pengalaman lain. Tidak jauh dari pengalaman saat SMP, saat di MAN saya juga menemukan guru Bahasa Inggris yang hebat. Beliau mendorong motivasi saya menjadi guru bahasa Inggris semakin kuat. Akhirnya, saya putuskan mengambil kursus bahasa Inggris yang murah-murah di kota Jogja, dengan tujuan yang penting saya bisa belajar bahasa Inggris. Waktu sehari-hari saya habiskan untuk belajar bahasa Inggris dengan harapan ketika lulus saya bisa menjadi guide pariwisata.
Ketika lulus MAN, saya berpikir kemungkinan untuk kuliah atau mencari pekerjaan lain. Kondisi ekonomi orang tua yang pas-pasan  adalah alasan utama saya. Mempertimbangkan pekerjaan orang tua, maka saya harus mencari kampus yang terjangkau dan murah. Akhirnya saya ambil S1 Pendidikan Bahasa Inggris dan lulus pada tahun 2000. Hampir waktu-waktu kuliah saya habiskan untuk belajar dan bekerja untuk mendapatkan tambahan uang saku. Alhamdulillah, masa kuliah S1 hanya 3.5 tahun dengan bantuan beasiswa dari berbagai lembaga dan perusahaan. Dengan berbekal nilai IPK semester yang baik, saya mendapatkan beasiswa studi.
Lulus pada tahun 2000 saya melamar menjadi asisten dosen dan dosen luar biasa di beberapa PTS di Yogyakarta, beberapa sekolah dan lembaga bimbingan belajar.
Dorongan kuat untuk belajar terus mengalir, sehingga saya memutuskan untuk studi lanjut. Saya melihat biaya S2 sangat mahal sekali dan orang tua tidak akan mampu. Bahlan tabungan saya pun tidak cukup untuk S2 di Yogyakarta.Tidak ada solusi lain kecuali mencari beasiswa. Maka tahun 2002 saya melamar beasiswa dan tahun 2003 saya mendapatkan beasiswa lengkap dengan pelatihanya. Pada tahun itu saya mendapatkan beasiswa S2 dari Pemerintah Australia dengan nama ADS (Australian Development Scholarships) untuk menempuh S2 di Australia.
Pada tahun 2006 saya selesaikan S2 dan ijasah saya keluar 2007. Pada waktu yang bersamaan saya kembali ke Yogyakarta dan mengajar di almamater saya di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa dan beberapa PT di Yogyakarta seperti UT Yogyakarta, Univ PGRI Yogyakarta, Beberapa Akademi, dan menjadi pembicara workshop atau seminar di wilayah Yogyakarta.
Awal 2007 keinginan belajar muncul kembali. Hal serupa saya lakukan yaitu melihat besaran biaya S3 di dalam negeri. Hatipun kaget karena biayanya sangat tinggi sekali. Dalam hati saya, tidak ada alasan lain selain mencari beasiswa. Pada akhir tahun 2007, saya kirimkan aplikasi untuk melamar beasiswa LN Dikti. Alhamdulillah lolos dan tahun 2008 saya kembali ke Australia di kampus yang sama untuk melanjutkan studi S3.
Masa – masa studi saya menikmati sekali. Banyak hal yang ingin saya pelajari tetapi dana mepet. Pada suatu ketika, saya ingin belajar langsung dengan ahli pendidikan bahasa Inggris. Saya sampaikan ke supervisor PhD saya, jika ada summer course yang bagus di UNSW Sydney, tetapi saya tidak sanggup membayar uang kuliah, tiket pesawat dan akomodasi. Hal yang sama terulang kembali. Saya membuat aplikasi Grant untuk program ini. Dengan bahasa Inggris yang cukup bagus dan alasan yang kuat, maka saya mendapatkan dana dari Flinders University, Adelaide untuk mengikuti summer course di UNSW (University of New South Wales) Sydney. Semua ditanggung oleh pihak universitas dan tidak keluar uang sepeser pun.
Cerita saya di atas hanyalah sebagai gambaran cerita anak kampung yang tidak pernah masuk di sekolah SD, SMP dan SMA yang hebat dengan impian selangit. Saya menyadari jika saya buka orang brilian dengan IQ super dan idealisme yang hebat tetapi berusaha untuk tampil semaksimal mungkin menggali potensi yang ada dalam diri kita. Jika dikaitkan dengan ajaran agama, maka rezeki Yang Kuasa itu luas dan tidak ada yang tahu, karena rezeki itu sebuah misteri.
Kesuksesan saya ini tidak saya capai sendirian, di sana ada keluarga besar dan keluarga inti saya. Saya sangat bersyukur sekali memiliki keluarga yang sangat mendukung karir saya (istri dan 2 orang anak saya), sehingga harus ikut wira-wiri ke sana kemari.
Semoga cerita ini memberikan inspirasi bagi kita untuk tetap maju dan jangan takut melangkah. Selama kita konsisten dengan sesuatu yang baik dan tulus, Insya Allah jalan kemudahan pasti akan datang.

Regards,Yudi.R,www.goesmart.com 



Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)