Rabu, 03 November 2010

Mendiknas Tegaskan Pentingnya Profesionalitas Guru

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.




dicopas dari milis IGI

SURABAYA- Menteri Pendidikan Nasional Prof.Dr. Muh Nuh, DEA menegaskan pentingnya profesionalitas guru.  Pemerintah menaruh perhatian luar biasa untuk meningkatkan dan mendorong terwujudnya guru yang bermutu, berkompeten dan professional. Untuk tujuan ini, pemerintah mengalokasikan sebagian besar anggarannya untuk memberikan penghargaan bagi guru yang professional.

 “Pemerintah mengalokasikan 70% anggaran pendidikan untuk gaji guru dan dosen. Ini angka yang sangat besar,” tegas M. Nuh, dalam sambutan seminar “Guru Menulis” yang diselenggarakan Ikatan Guru Indonesia (IGI) bekerja sama dengan Harian Umum KOMPAS, di Gedung PDAM Surabaya, Minggu (31/10).  Tahun ini, anggaran pendidikan mencapai Rp 243 trilyun.   Sekitar 10%  dari jumlah itu dipakai untuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sisanya, 20%, untuk membangun infrastruktur dan lainnya.

Mendiknas berharap  alokasi dana yang sangat besar ini berdampak pada meningkatkan profesionalitas guru. “Kalau gajinya besar, seharusnya imbal baliknya, guru harus meningkatkan kemampuannya, sehingga hasilnya sepadan, sumbut antara gaji besar dengan peningkatan mutunya,” tegas M. Nuh.



 Tidak boleh lagi ada guru yang  tidak mau belajar. Dulu, katanya, guru itu menjadi rujukan masyarakat,s ebagai tempat bertanya. Sekarang, masyarakat sudah semakin pandai. Seharusya, guru meningkatkan kompetensinya terus-menerus agar masyarakat tetap menghormatinya sebagai guru. “Profesionalitas harus dilakukan secara sadar dan terus-menerus. Guru itu harus belajar, belajar, belajar,” paparnya.

Saat ini, dari 2,6 juta guru di Indonesia,  hanya sedikit sekali yang bisa naik pangkat dengan cepat. Ini disebabkan guru-guru tidak bisa menulis karya tulis ilmiah. Pemerintah mensyaraatkan penulisan karya ilmiah agar guru  mampu menulis dan meningkatkan kompetensinya. Angkanya memprihatinkan. Guru dengan golongan IV b hanya 0,87%, golongan IVc hanya sekitar “James Bond” yaitu 0,007%, serta IV d 0,002%.  Sampai November 2009,  terdapat 569, 611 (21,84) guru yang kariernya mentok  di IV a. “Karena itulah saya senang sekali jika ada kegiatan-kegiatan seperti ini. Kegiatan ini penting sekali untuk meningkatkan profesionalitas guru agar guru-guru bisa menulis,” tuturnya.

Ketua Ikatan Guru Indonesia Satria Dharma menyambut baik kehadiran Mendiknas di acara ini. “Ini menunjukkan Mendiknas sangat peduli pada guru-guru yang ingin belajar menulis. Kami berharap dukungan Mendiknas ini tidak disia-siakan guru. Teruslah belajar dan belajar. IGI akan sekuat tenaga memfasilitasi keinginan guru untuk belajar meningkatkan kompetensinya,” tegas Satria Dharma.



Menurutnya, menulis sangat penting bagi karier guru. IGI bekerja sama dengan harian umum Kompas dan Surya akan memfasilitasi agar karya tulis guru bisa dimuat secara berkala. “Guru diajari menulis. Setelah itu tulisannya akan dimuat di media massa. Ini kesempatan baik agar guru bisa menulis sekaligus bisa mendapatkana kredit point untuk kepentingan kenaikan pangkat. Itu artinya guru berpotensi mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangannya,” terang Satria.
Dalam kesempatan itu, Mendiknas mengeluarkan informasi baru tentang ranking pendidikan Indonesia di antara Negara-negara di dunia.  Catatan Global Competitive Index (GCI) mencatat kemajuan berarti pendidikan di Indonesia. Tahun lalu, 2009-2010, rangking Indonesia menempati  54 dari sejumlah negara di dunia. Indonesia masih kalah oleh Thailand dan Malaysia. Kini, tahun 2010-2011,  ranking GCI naik menjadi ranking 44. “Peningkatan ini sangat berarti bagi kemajuan pendidikan kita dan itu semua berkat guru-guru yang berdedikasi,” katanya.

Kondisi  antara jumlah guru dengan siswa juga masih tergolong baik. Satu guru mengajar 19 orang siswa. Angka ini masih tidak berbeda jauh dengan Singapura yang mengajar 16 guru.  Persoalannya kualitas guru memang masih menjadi pertanyaan. Dalam sertifikasi portofolio,  hampir sebagian besar guru tidak meningkat kualitasnya. Begitu diberi terapi sertifikasi melalui PLPG, kemampuan guru perlahan mulai membaik.

Dalam kesempatan itu, Mendiknas menayangkan sejumlah foto mahasiswa miskin yang menerima bantuan beasiswa. Sejumlah guru, peserta pelatihan, terharu dan menangis melihat foto-foto itu. Dalam foto terlihat rumah gubuk milik mahasiswa penerima beasiswa. (her)

Jadilah Pendongeng yang Ekspresif

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.


Sumber: Kompas




Ceritakan hal yang berbeda-beda pada Si Kecil.
Ingatkah Anda saat si kecil menyodorkan buku cerita dan meminta Anda membacakan cerita saat ia hendak tidur? Manfaatkan momen seperti ini, tak hanya makin mendekatkan hubungan Anda dengan anak, tetapi juga memberikan pendidikan baginya. Sebab, para ahli berpendapat bahwa dongeng dapat menjadi salah satu media yang efektif dalam mendidik anak. Namun, bagaimana cara mendongeng yang benar agar pesan dapat tersampaikan dengan benar? Kak Kusomo yang dikenal sebagai raja dongeng membagi beberapa tips cara mendongeng yang baik:

1. Pendongeng harus ekspresif. Untuk menarik perhatian anak, seorang pendongeng harus dapat berekspresi dan enerjik. "Kalau pendongeng lemas dan datar dalam mendongeng, mana ada anak yang mau mendengar," ujar Kak Kusomo. Menurutnya, dalam mendongeng harus ada perubahan intonasi, mimik wajah, dan gerakan tubuh. "Oleh karena itu, untuk menjadi pendongeng ekspresif, mimik wajah, intonasi, dan bahasa tubuh harus terus dilatih."



2. Banyak membaca. Menurut Kak Kusomo, seorang pendongeng harus mempunyai banyak cerita. Pasalnya, anak akan bosan jika terus-menerus mendengar cerita yang sama. "Perbanyaklah membaca cerita-cerita rakyat atau literatur lain. Dengan begitu, pendongeng juga dapat berimprovisasi dalam mendongeng," tutur Kak Kusomo.

3. Memilih cerita yang mempunyai pesan. Tidak semua cerita rakyat mempunyai pesan moral yang bagus bagi anak-anak. "Ada beberapa cerita rakyat yang tidak cocok untuk anak, misalnya tentang perang saudara dan lain-lain. Jadi pilihlah cerita-cerita yang pesan moral atau budayanya dapat ditiru anak," lanjutnya.



4. Sesuaikan dengan usia anak. Kak Kusomo menuturkan tiap-tiap tingkatan umur. Untuk umur di bawah 5 tahun, dongeng yang cocok adalah mengenai lingkungan, seperti cerita hewan atau tumbuhan. Pada umur 5-7 tahun, anak boleh mulai dikenalkan dengan cerita rakyat. Selanjutnya, anak pada umur 9-12 tahun cocok dengan cerita mengenai fiksi, seperti petualangan. Usia maksimal anak diberi dongeng adalah umur 12


Berjalan Kaki Ke Sekolah, Salah Satu Pendidikan Karakter

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





Ditulis oleh: "Suwandi Andi" 
suwandi.view@gmail.com



Berjalan kaki ke sekolah, dari gerbang sekolah ke kelas…why not? Anak anak sekolah full day yang terbiasa dengan antar jemput baik pribadi maupun sekolah selalu termanjakan oleh armada ini, dari rumah dijemput mobil ber-ac, sampai sekolah disambut segarnya ruangan kelas ber-ac dan pulang diantar dengan mobil ber-ac juga. Bayangkan jika kebiasaan ini menjadi kebutuhan setiap orang, bisa kita bayangkan imbasnya pada kharakter anak serta dampaknya terhadap lingkungan. 

Untuk menanamkan pendidikan kharakter sekolah sekolah berkategory full day melaksanakan program berjalan kaki. Program ini diluncurkan sebagai bagian dari komitmen sekolah pada kepedulian lingkungan dan kesehatan siswa. Ada beberapa manfaat dari program ini. Manfaat program ini adalah :



a. Berjalan kaki ke sekolah akan mengurangi stress pada anak, menurunkan resiko obesitas dan mengurangi resiko serangan jantung ketika mereka dewasa. Menurut hasil studi tentang tingkat stress yang dilakukan oleh peneliti di Buffalo, Amerika Serikat menunjukkan bahwa para siswa yang terbiasa berjalan kaki ke sekolah mengalami kenaikan detak jantung sekitar tiga denyut permenit ketika mereka dihadapkan pada soal yang sulit. Sementara murid yang ke sekolah dengan mengendarai mobil mengalami kenaikan 11 denyut permenit (kenaikan detak jantung menunjukkan tingkat stress yang dialami). Berdasarkan jurnal Medicine & Science in Sport & Exercise edisi Agustus, para siswa yang naik mobil ke sekolah dua kali lebih rentan stres ketimbang siswa yang berjalan kaki (liputan6.com).

b. Berjalan kaki ke sekolah akan melatih fisik anak karena dengan berjalan kaki, sejumlah 200 otot bergerak secara simultan, persendian menjadi lebih kuat dan tulang menjadi lebih sehat. Dengan melatih fisiknya, maka energy yang dimiliki anak akan menjadi lebih besar dan lebih siap untuk belajar.



c. Berjalan kaki ke sekolah akan memberikan kesempatan anak untuk bertemu dengan teman-temannya, membuat pertemanan baru, menciptakan permainan baru sambil berjalan ke sekolah, meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian anak.

d. Berjalan ke sekolah akan mengurangi volume kendaraan yang lalu lalang sehingga kemacetan bisa teratasi dan udara akan menjadi lebih segar karena terjadi pengurangan tingkat emisi di kawasan yang biasanya padat kendaraan.


Tak Ada Cara Instan Cerdaskan Anak

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.






Ditulis oleh: "Mohammad Ihsan" 
ihsan@igi.or.id


JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak ada guna bagi orangtua menyertakan anaknya dalam pelatihan aktivasi otak tengah yang diklaim bisa mencerdaskan seorang anak dalam waktu singkat. Untuk membuat anak menjadi pintar, orangtua harus menekankan buah hatinya agar rajin belajar sambil membangkitkan minat dan bakat.

"Saya melihat pelatihan aktivasi otak tengah itu tidak bermanfaat karena tidak mungkin seorang anak jadi pintar dalam dua hari," ujar guru besar Psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan Sarwono, Jumat (29/10/2010) di Jakarta.

Pria yang akrab disapa Mas Ito ini ragu bahwa kecerdasan anak bisa meningkat dengan cepat dalam 48 jam. "Untuk orangtua yang berpunya, uang sebesar Rp 3,5 juta itu tak seberapa. Tapi, kasihan pada sang anak kalau gagal memenuhi harapan ayah dan ibunya, menjadi orang pandai seperti Einstein," tutur pakar Psikologi Sosial itu.

Mas Ito juga memastikan bahwa di dalam psikologi tidak dikenal istilah aktivasi otak tengah atau mid-brain. Ia mengkhawatirkan, anak bisa menjadi takut kalau dipaksa oleh orangtuanya untuk ikut kegiatan yang mengklaim otak tengah anak masih dapat diaktifkan.



Menurut Sarlito, kecerdasan seorang anak tergantung pada sikap rajin belajar si anak. Orangtua perlu memberikan latihan asosiasi kepada anaknya.

"Orangtua juga harus mencari minat dan bakat yang dimiliki anak hingga kemudian orangtua terus berusaha mendukung dan membangkitkan minat dan bakat tersebut," kata peraih gelar doktor pada tahun 1978 di University of Leiden, Belanda, itu.

Sarlito meminta kalangan guru untuk memberikan pengajaran yang menyenangkan dan menghibur bagi muridnya sehingga ilmu bisa lebih cepat diserap tanpa disertai kebosanan dan ketakutan. "Saya yakin anak mampu menjadi sosok yang cerdas apabila sang anak diberikan dorongan dan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakatnya sendiri. Dan, untuk mencapai titik cerdas itu, tidak cukup dalam waktu instan," ungkapya.

dimuat di http://m.kompas. com/news/ read/data/ 2010.10.29. 22483634


Mohammad Ihsan
Sekjen Ikatan Guru Indonesia

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)