Kamis, 18 November 2010

Permendiknas 28/2010 Pastikan Kepsek Penuhi Standar Kompetensi

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





REPUBLIKA.CO. ID,JAKARTA- -Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Menjadi Kepala Sekolah tidak menggantikan kewenangan daerah untuk memilih calon kepala sekolah.''Kewenangan tetap di daerah. Pusat hanya memastikan sebelum ditunjuk menjadi kepala sekolah harus memenuhi standar kompetensi sebagai kepala sekolah,'' tutur Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal kepada Republika, Rabu (3/11). Guru yang akan menjadi kepala sekolah, kata Fasli tetap dipilih oleh bupati. Yaitu orang-orang yang sudah memenuhi syarat sesuai ketentuan kriteria yang dimiliki daerah dan siap menjadi kepala sekolah.

Lahirnya Permendiknas No 28 tahun 2010 ini juga melengkapi peraturan sebelumnya yaitu UU Sisdiknas yang di antaranya mengatur bahwa penugasan menjadi kepala sekolah harus sesuai standar karena kepala sekolah memegang peran penting. Selain itu adanya permen ini pun, menurut Fasli, untuk menjawab adanya keraguan dari masyarakat terhadap pemerintah daerah.''Sering terjadi tuduhan-tuduhan kalau ada bupati baru membawa orang-orangnya, '' tutur dia.



Jumlah guru yang mengikuti ujian standar kompetensi inipun, menurut Fasli, disesuaikan dengan jumlah kepala sekolah yang dibutuhkan. Tapi tetap ada lebihnya sedikit untuk memberi ruang gerak kepada kepala daerah untuk memilih,'' tutur dia. Di antara syarat menjadi kepala sekolah, dipaparkan di antaranya harus lulus S-1 dan pada beberapa kasus harus lulus S-2 dan sudah lama menjadi guru serta lulus uji kompetensi menjadi kepala sekolah. Setelah uji kompetensi, kata Fasli, calon kepala sekolah pun harus menjalani serangkaian pelatihan mempersiapkan diri menjadi kepala sekolah.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/11/03/144414-permendiknas-282010-pastikan- kepala-sekolah-penuhi-standar-kompetensi

Pelajaran Tak Berdaya

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.



Ditulis oleh: Andry Cahya (dengan suntingan seperlunya)

Ada sebuah pelajaran yang sungguh sangat berbahaya dan tak berguna untuk dipelajari. Kita sebut saja PELAJARAN TAK BERDAYA. Pelajaran ini didapat biasanya dari pengalaman. Kita mempelajarinya secara tak sengaja, namun efeknya luar biasa permanen.
Seorang anak yang pernah digigit anjing ketika masih kecil tak akan mengerti bahwa anjing adalah binatang peliharaan yang setia terhadap tuannya. Baginya anjing adalah mahluk buas dan sama sekali bukan diciptakan untuk jadi sahabat manusia. Karakter ini bisa disebuat semacam trauma.
Digigit anjing merupakan contoh dari sebuah pengalaman buruk yang bisa menyebabkan sang anak mempelajari sebuah fenomena yang membentuk pendapatnya terhadap anjing.

Namun maksud saya tidak hanya itu. Ada hal-hal lain yang kelihatannya sepele padahal sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak ketika besar nanti. Seorang anak akan mendapati identitas dirinya melalui perjalanan hidupnya. Sangat disayangkan apabila perjalanan pada usia dininya ia mendapati sebuah pelajaran tak berdaya.
Misalnya ia mendapati dirinya berkali-kali gagal dalam memanjat pohon. Setelah kegagalan kesekian, kawannya memberikan ejekan pula yang isinya mengingatkan bahwa ia selalu gagal memanjat. Hingga di dalam pikiriannya terbentuk sebuah pola pikir paten buat dirinya untuk jangan berharap banyak dalam urusan memanjat dikarenakan pengalaman kegagalannya.
Apalagi ketika orang tuanya memperingatinya untuk sadar diri, bahwa sudah 3 kali ia terjatuh untuk urusan permainan monyet-monyetan ini.



Inilah yang saya maksud pelajaran tak berdaya. Pengalaman yang memberikannya kesimpulan dan batasan untuk tidak berdaya. Pelajaran tak berdaya ada disekitar kita, dan sangat berbahaya. Kita sering tidak menyadarinya. Jangankan urusan anak, kita saja yang udah bangkotan gini juga kadang-kadang kena pelajaran itu.
Berkali-kali seseorang merugi dalam business-nya bisa menyebabkan ia terlalu cepat mengambil kesimpulan," ... Yaaah.,. mungkin emang gue gak bakat dagang kali". Apalagi kesimpulan takdir,, wah... Kalau orang udah bilang ,"... yaaah,.,. emang dari sononye takdirnya udah gini garisnya".

Haduh.,., kita jangan bawa-bawa takdir deh,, ntar jadi debat agama gak jelas juntrungan. yang pasti-pasti aja, bahwa pelajaran tak berdaya ada di mana-mana, di sekitar kita, siap menerjang dan mengancam kita dan anak-anak kita, hingga menghancurkan dan melumat kita menjadi manusia yang "merasa" tidak berdaya. Orang yang tidak pernah bisa menembus apa-apa, dikarenakan keterbatasan-keterbatasan yang sebenarnya dibuat oleh kita sendiri.

Anak-anak kita, lebih rawan lagi. Apalagi jika mereka berada di luar jangkauan kita (maksud saya di sekolah). Mereka sangat rentan akan terkaman pengalaman-pengalaman yang melumpuhkan. Oleh karena itu, saya mengajak kita orang tua untuk tidak lengah. Jangan biarkan si kecil mencicipi pelajaran itu di sana sini. 

Diterbitkan di sebuah milis oleh: pujinev@yahoo.com

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)