Kamis, 02 September 2010

Homeschooling, Bukan Musuh Sekolah Formal

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.





"" DAMA tampak begitu antusias memperhatikan penjelasan Ny. Ika tentang kelelawar dari buku Jendela Iptek Seri Ekologi. Anak dan ibu ini begitu asyik... ""
DAMA tampak begitu antusias memperhatikan penjelasan Ny. Ika tentang kelelawar dari buku Jendela Iptek Seri Ekologi. Anak dan ibu ini begitu asyik belajar sambil duduk di lantai, tanpa menghiraukan orang-orang lewat di depan mereka.
 “Kalau kelelawar makannya apa, Ma? Kayak Batman, ya?” ungkap bocah tiga tahun ini sambil menunjuk gambar hewan nokturnal yang terpampang di buku tadi. Ny Ika sejenak membaca teks gambar.
 “Kelelawar ini makannya buah-buahan dan serangga. Coba lihat gambar binatang di halaman sebelahnya. Binatang apa, ya? Warnanya black and white seperti tapir yang kita lihat di halaman sebelumnya,” ungkap sang ibu sambil tersenyum.
Di sudut lain Kantor Cabang Homeschooling Kak Seto (HSKS) Bandung yang dikenalkan ke publik sejak 19 Januari 2008, terlihat seorang anak perempuan usia dua tahunan. Ia asyik mengamati kumpulan ikan sambil berusaha memasukkan tangan ke dalam akuarium.
Ibunya mengamati dari jarak setengah meter sambil terus berkomunikasi. Seringkali sang ibu berhasil menarik perhatian putrinya. Sehingga mereka bisa bernyanyi bersama, menari, membuat gerakan lucu, dan saling merespons dengan bahasa gestural.
Sepintas aktivitas tadi hanyalah kegiatan bermain antara orangtua dan anak. Namun bila dicermati para orangtua itu tengah menerapkan konsep homeschooling, yang salah satu kriterianya menempatkan anak sebagai subyek pendidikan.
Tokoh pendidikan anak Seto Mulyadi, menjelaskan dalam konsep homeschooling, orangtua atau orang dewasa berperan sebagai tutor atau pembimbing. Kegiatan belajar dirancang fleksibel sehingga homeschooler (peserta homeschooling) merasa nyaman belajar di mana saja.
 “Anak-anak bisa memperoleh banyak ilmu yang bisa langsung diimplementasikan. Sebab konsep homeschooling dirancang untuk meningkatkan life skill anak-anak sesuai minat dan bakat mereka,” jelas Kak Seto.
Penerapan konsep homeschooling di Indonesia, merupakan satu upaya masyarakat melaksanakan program wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) sembilan tahun. Pemerintah berharap angka partisipasi kasar pendidikan anak-anak bisa memenuhi target hingga 95 persen.

Tapi di lapangan masih banyak anak-anak tak bisa masuk sekolah formal, karena tiga sebab. Secara psikologis anak tak cocok dengan metode belajar sekolah formal, secara finansial orangtua tak sanggup membiayai pendidikan anak. Atau karena letak sekolah sangat jauh dengan tempat tinggal mereka.
 “Jadi, homeschooling bukan musuh bagi sekolah formal. Bukan pula bentuk ketidakpercayaan masyarakat terhadap sekolah formal. Konsep ini sebatas alternatif agar anak bisa belajar lebih nyaman tanpa dibebani banyak tugas atau dipaksa ikut disiplin seperti robot. Perlu diingat undang-undang kita mengatur tentang wajib belajar. Bukan wajib sekolah,” tegas Kak Seto.

Hambatan Teknis dan Khawatir Ijazah
STEVANUS, seorang warga Kota Bogor, mengaku sempat ragu menjalani konsep home schooling. Pria berkulit putih ini khawatir apa ia dan istri bisa mendidik putra mereka Jose (9) melalui cara belajar seperti ini. Setelah melakukan konsultasi dengan staf HSKS Jakarta, Stevanus mengambil program distance learning. Silabus dari tenaga ahli pendidikan di lembaga ini, menuntun tahap demi tahap apa yang perlu Stevanus ajarkan kepada Jose serta apa tujuannya.
 “Ternyata memang pelaksanaannya begitu fleksibel. Jose bahkan bisa belajar di kantor saya. Buat saya semua ini pengalaman berharga, dapat mengajarkan anak secara langsung. Kalaupun ada kendala kami bisa konsultasikan lewat komunitas home schooling,” ungkap Stevanus.
Kekawatiran lain orangtua melaksanakan home schooling yaitu masalah legalitas dan ijazah. “Secara pribadi saya ingin tahu apa kalau ikut home schooling anak saya nanti bisa dapat ijazah setara SD, SMP, dan SMA? Apa bisa lanjut ke perguruan tinggi?” ungkap Ny. Ika.
Kasubdin Dikluseporabud Disdik Kota Bandung, Wawan Dewanta, menjelaskan pemerintah memiliki program akselerasi pendidikan me­lalui program kejar paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA).
 “Tapi sebelum ujian kesetaraan, peserta program kejar lebih dulu belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM yang didirikan pemerintah. Beberapa perguruan tinggi di Bandung bisa menerima peserta program kejar paket C, selama ia lulus tes masuk. Hingga kini kami masih pelajari aturan teknis pemerintah pusat tentang peserta pendidikan homeschooling,” jelas Wawan.

Lebih Banyak Teman
SUATU penelitian di Amerika Serikat mengungkap homeschooler memiliki nilai akademik sekaligus keterampilan sosial lebih tinggi, diban­ding anak-anak di sekolah biasa. Sebab di sekolah umum anak tetap digabung dengan teman yang itu-itu juga. Meski tiap tahun mereka naik kelas. Sementara home schooler diajarkan empati supaya bisa bersosialisasi dengan siapapun. Termasuk dengan teman-teman baru di lingkungan baru. Bahkan karena sifat yang fleksibel beberapa kali homeschooler belajar di tenda pengungsi bersama anak-anak korban bencana.
Sampai sekarang memang masih ada orang keliru terhadap home schooling. Mereka mengatakan home schooling hanya cocok diterapkan buat anak-anak yang punya masalah interaksi dengan orang lain. Semoga penelitian di Amerika Serikat serta praktik konsep home schooling di Indonesia bisa meluruskan anggapan keliru tadi.


Format Homeschooling:

1.  Home schooling Tunggal
     Kegiatan belajar dilakukan satu keluarga tanpa bergantung dengan lainnya.
2.  Home schooling Majemuk
     Kegiatan belajar dilakukan dua keluarga atau lebih yang satu sama lain saling bekerjasama.
3.  Home schooling Komunitas
     Gabungan beberapa home schooling yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran.

Sumber: http://pnfi.kemdiknas.go.id/publikasi/read/20080115133404/Homeschooling-Bukan-Musuh-Sekolah-Formal.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)