Selasa, 10 Mei 2011

Ribuan Dokumen Sastra di TIM Terancam Punah

Segera bergabung di www.indi-smart.com, dan dapatkan ratusan konten pembelajaran online interaktif untuk pelajar.






Sumber: Jawa Pos, 20/03/11

JAKARTA,  Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin terancam tidak bisa berkembang. Sebab, dana subsidi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta turun drastis. Koleksi dan dokumen-dokumen sastra sejak masa sebelum kemerdekaan terancam tidak terawat.

“Selama ini dana operasional kami berasal dari bantuan masyarakat dan subsidi pemerintah. Tapi, angkanya terus turun,” kata Ketua Perpustakaan PDS H.B. Jassin Endo Senggono di Jakarta kemarin (19/3).

Subsidi dari Pemprov DKI Jakarta, kata Endo, tidak pasti. Biasanya Rp 300 juta hingga Rp 350 juta. Namun, jumlah duit subsidi itu menurun dari tahun ke tahun. Pada 2006, mereka sempat mendapat kucuran dana Rp 500 juta. Tetapi, angka itu turun menjadi Rp 350 juta pada 2008.

Tahun ini, kata Endo, jumlah dana belum jelas. Namun, dia mendapat informasi bahwa pihaknya hanya akan mendapat Rp 50 juta. Padahal, dana Rp 300 juta per tahun hanya cukup untuk pengoperasian PDS, minus pengadaan. “Tapi, Rp 50 juta itu saya dengar masih dari satu pos pembiayaan. Untuk pos yang lain, saya belum dengar,” katanya.

Endo menuturkan, kebutuhan dana untuk PDS sejatinya terus bertambah. Selain menggaji karyawan, perawatan dokumen-dokumen sastra perlu duit. Ada banyak kertas yang rentan lapuk. Selain itu, mereka perlu pengadaan untuk meng-update koleksi.

Mereka juga harus mengkliping cerpen-cerpen di koran dan mengumpulkan berdasar nama penulis. “Sekarang koran-korannya menumpuk. Tidak ada orang yang mengkliping,” ujar lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) itu.



Endo berharap, pemprov tidak akan mengurangi biaya subsidi. Sebab, itu menjadi sumber pembiayaan yang penting bagi PDS. Dia khawatir, jika subsidi berkurang drastis, PDS tidak bisa mempertahankan koleksinya dan harus tutup.

Kabar terancam tutupnya PDS gara-gara dana membuat beberapa sastrawan bergerak. Penyair Sitok Srengenge, misalnya. Dia menggalang dana untuk PDS melalui sejumlah koleganya dan lewat akun jejaring sosial Twitter miliknya. Beberapa dari mereka bahkan sudah membentuk koordinator pengumpul koin di wilayahnya. “Ini sifatnya gawat darurat. Masyarakat harus ikut membantu,” tuturnya.

Menanggapi itu, Kepala Dinas Parisiwata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budiman menampik anggapan bahwa PDS terancam tutup. Menurut dia, tidak mungkin aset bersejarah dan komplet itu gulung tikar. Dia mengakui dana subsidi kurang. “Tapi, kami masih mencari jalan keluar. Tidak mungkin ditutup. Saya jamin,” katanya kepada wartawan di Jakarta kemarin (19/3).

PDS H.B. Jassin saat ini dikelola Yayasan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Lembaga yang dirintis begawan sastra Indonesia H.B. Jassin sejak 1930 itu bertempat di Taman Ismail Marzuki (TIM) dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1977. Ribuan dokumen sastra ada di sini, baik tulisan H.B. Jassin maupun sastrawan yang lain. Bahkan, tulisan tangan penyair Chairil Anwar juga masih tersimpan. (aga/c4/kum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Permainan untuk Balita Anda (klik play, pilih lagu di kiri, lalu tekan sembarang tuts)